Apakah kalian pernah menonton film Good Will Hunting? Film tahun 1997 yang dibintangi Robin Williams dan Matt Damon itu menceritakan tentang seorang anak laki-laki jenius bernama Will Hunting, yang mengalami gangguan emosi. Singkat cerita, Will Hunting mengalami kasus hukum karena memukuli orang. Akibatnya, Will pun harus menanggung hukuman. Namun, Will dapat bebas dari hukuman asal dia mengikuti terapi untuk gangguan emosinya. Will dipertemukan dengan sejumlah psikolog untuk menjalani terapi. Namun, Will beberapa kali selalu absen sesi terapi dan selalu menolak psikolog apa pun yang mencoba menemuinya. Sampai akhirnya, seorang psikolog bernama Sean dapat meruntuhkan ketidakmauan Will untuk diterapi. Meski awalnya Will juga menolak Sean, secara perlahan-lahan Sean berhasil mengajak Will untuk mengikuti setiap sesi terapinya, hingga akhirnya Will berhasil mengatasi gangguan emosinya.

Mungkin film itu hanyalah cerita fiksi, namun pernahkah teman-teman membayangkan, seandainya kasus Will benar-benar terjadi? Bagaimana jika orang terdekat kita mengalami gangguan psikologis yang membutuhkan terapi, namun tidak juga menemukan terapis yang cocok? Kalau sudah demikian, bagaimana cara kita mengetahui terapi psikologi yang dilaksanakan berhasil? Mari simak uraian berikut!

Mengapa Terapi Psikologi Dilakukan?

Sebelumnya, mari kita membahas terlebih dahulu, mengapa terapi psikologi harus dilakukan? Sejumlah bukti riset tentang seberapa efektif terapi psikologi menunjukkan bahwa terapi psikologi dinyatakan efektif untuk meningkatkan kinerja, well being, resiliensi, dan hal-hal lain yang berhubungan dengan kesehatan mental. Sejumlah terapi psikologi bisa membantu mengurangi gejala depresi, masalah pengendalian emosi, kecemasan, dan membantu seseorang menjadi lebih sehat secara fisik. Contohnya, terapi yang dilakukan kepada pasien kanker terbukti berhasil meningkatkan resiliensi dan daya tahan tubuh apabila dilakukan secara rutin. Efektivitas terapi anak juga memiliki efek yang sama dengan orang dewasa. Jika dikaitkan dengan film Good Will Hunting, awalnya terapi ini dilakukan karena adanya persetujuan untuk pembebasan dari hukuman. Tokoh Will juga awalnya merasa bahwa dirinya tidak perlu diterapi. Setelah proses terapi yang yang berjalan, Will pun mulai merasa nyaman dan mulai percaya kepada psikolognya, yaitu Sean. Will mulai mau bercerita tentang kehidupannya, sampai pada titik paling kelam dalam hidupnya. Akhirnya, terungkaplah bahwa di masa lalunya, Will pernah mengalami KDRT yang dilakukan oleh ayah angkatnya.

Bagaimana Cara Mendapatkan Manfaat Lebih dari Terapi Psikologi?

Terapi psikologi memiliki sejumlah manfaat, baik secara mental maupun secara fisik. Semua terapi psikologis adalah proses dua arah yang bekerja sangat baik ketika klien dan terapis mereka berkomunikasi secara terbuka. Penelitian telah menunjukkan bahwa hasil terapi psikologis meningkat ketika terapis dan klien sepakat sejak dini tentang apa masalah utama dan bagaimana terapi psikologis dapat membantu. Klien dan terapis sama-sama memiliki tanggung jawab dalam membangun dan memelihara hubungan kerja yang baik dengan mengindahkan etika berteman dengan terapis. Maka dari itu, apabila perlu penjelasan lebih lanjut, bicarakanlah dengan terapis mengenai ekspektasi outcome terapi dan sampaikan kekhawatiran yang mungkin timbul apabila kamu menghadiri sesi. Terapi psikologis bekerja paling baik ketika kamu menghadiri semua sesi yang dijadwalkan dan memikirkan apa yang ingin kamu diskusikan selama setiap sesi. Contohnya, dalam film Good Will Hunting, tokoh Sean sebagai psikolog melaksanakan terapi dengan cara menjadwalkan pertemuan rutin dengan Will, dan setiap pertemuan rutin itu mereka membicarakan mengenai hal-hal yang personal. Sean juga tidak selalu meminta Will bercerita, melainkan juga berbagi cerita inspiratif dengan Will.

Bagaimana Kita Tahu Terapi Berjalan dengan Baik?

Penutup

Film Good Will Hunting tidak hanya mengajarkan kepada kita mengenai langkah-langkah terapi yang benar, serta pentingnya membangun kerjasama yang baik antara klien dengan terapis demi kesuksesan terapi. Namun, seefektif apa pun terapi, pasti ada masanya di mana terapi harus dihentikan. Di dunia nyata, terapi psikologis bisa dihentikan dengan dua kondisi. Yang pertama, terapi bisa dihentikan atas laporan psikolog atau terapis yang mengindikasikan bahwa klien sudah mengalami kemajuan dari awal terapi dijalankan. Yang kedua, terapi bisa dihentikan berdasarkan kehendak klien. Maka, jika kamu berpikir untuk menghentikan terapi psikologis, bicarakanlah hal ini dengan terapis. Kamu juga bisa meminta saran untuk berkonsultasi dengan profesional lain untuk opini kedua. Meskipun ada pertimbangan lain yang mempengaruhi durasi terapi psikologis, keberhasilan mencapai tujuan utama harus menjadi faktor utama dalam memutuskan kapan terapi psikologis harus diakhiri.

Di akhir kata, terapi psikologis dengan metode apa pun memang tidak mudah dijalani. Kerjasama antara terapis dengan klien dibutuhkan agar tujuan terapi bisa dicapai. Satu hal yang perlu diingat, apabila kamu sudah berniat menjalani suatu terapi, itu adalah usaha yang bagus karena kamu sedang mencoba untuk membuat dirimu sendiri menjadi lebih baik dari sebelumnya, sehingga kamu bisa menjalani hidup yang lebih produktif dan memuaskan.

References:

Callaghan, G. & Naugle, A. & Follette, W. (1996). Useful constructions of the client-therapist relationship. Psychotherapy: Theory, Research, Practice, Training. 33. 381-390. 10.1037/0033-3204.33.3.381.

NZCCP. (2020). How Effective is Psychological Therapy?. Dipetik dari NZCCP: https://www.nzccp.co.nz/for-the-public/how/how-effective-is-psychological-therapy/

Palmadottir, G. (2006). Client-Therapist Relationships: Experiences of Occupational Therapy Clients in Rehabilitation. The British Journal of Occupational Therapy. 69. 394-401. 10.1177/030802260606900902.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *