Minnesota Multiphasic Personality Inventory

Tes MMPI, Alat Diagnosis Kesehatan Mental

Minnesota Multiphasic Personality Inventory (MMPI) adalah salah satu tes kepribadian yang berfokus pada bidang kesehatan mental. Tes MMPI tergolong dalam tes non proyektif, penggunaannya sudah banyak dipakai di berbagai negara, salah satunya Indonesia. Alat tersebut digunakan untuk membantu ahli kesehatan dalam mendiagnosis gangguan kesehatan mental.

Awalnya, tes kesehatan mental ini dikembangkan pada akhir 1930 dan mulai mengalami perkembangan seiring waktu untuk meningkatkan akurasi dan validitas dari tes tersebut. Pada tahun 1989, tes tersebut mengalami revisi yang menyebabkan lahirnya MMPI-2. Tes MMPI-2 terdiri dari 567 pertanyaan yang memberikan pilihan jawaban ‘ya’ atau ‘tidak’ dengan pengerjaan waktu sekitar 60 hingga 90 menit, sementara untuk MMPI-2-RF terdiri dari 338 pertanyaan dengan jawaban ‘ya’ atau ‘tidak’ yang memerlukan 35 sampai 50 menit untuk menyelesaikannya.

Table of Contents

Sejarah Tes MMPI

Minnesota Multiphasic Personality Inventory pertama kali dikembangkan pada akhir tahun 1930, atau lebih tepatnya pada tahun 1937 oleh dua orang, yaitu Starke R. Hathaway seorang psikolog klinis dan J. Charnley McKinley seorang neuropsikiater. Seperti namanya, pengembangan dari MMPI dikembangkan di University of Minnesota.

Seiring dengan berjalannya waktu, tes tersebut sering digunakan sebagai instrumen tes klinis dan juga merupakan tes psikologi yang paling sering diteliti dalam sejarah psikologi. Tes tersebut unggul dalam diagnosa dan pengobatan untuk gangguan kejiwaan. Alat ini juga diharapkan dapat mengubah stigma kesehatan mental di Indonesia.

Penggunaan MMPI

MMPI sering digunakan oleh ahli kesehatan mental dalam menilai dan mendiagnosis gangguan kejiwaan, tetapi pada beberapa juga mulai digunakan pada bidang lain selain psikologi klinis dan psikologi kepribadian. Dalam penggunaannya, MMPI-2 sering digunakan dalam kasus hukum seperti kriminal dan sengketa hak asuh.

Tes tersebut juga telah banyak digunakan dalam instrumen seleksi pekerjaan tertentu, terutama pada pekerjaan yang memiliki risiko tinggi, meskipun penggunaannya masih mengalami kontroversi. Untuk mendapatkan gambaran menyeluruh, sebaiknya digunakan dengan alat tes lain seperti fungsi kognitif MBTI.

Administrasi Minnesota Multiphasic Personality Inventory

Tes MMPI ini mendapatkan klaim hak cipta dari University of Minnesota, sehingga penggunaan dan pengelolaan tes tersebut mengharuskan untuk penggunanya membayar ketika melakukan tes. Penggunaan tes MMPI dan pembahasannya dalam pengelolaan, skoring, dan intepretasi harus dilakukan oleh ahli, diutamakan seorang psikolog klinis atau psikiater yang telah mendapatkan pelatihan untuk penggunaan MMPI.

Tes tersebut dapat dikelola secara individu atau kelompok, penggunaan MMPI juga tersedia secara digital. Dua versi MMPI yaitu MMPI-2 dan MMPI-2-RF didesain untuk individu berusia 18 tahun keatas.

Aspek Skala Klinis Tes MMPI

10 skala klinis dalam MBTI

Dalam tes tersebut, MMPI-2 dan MMPI-A mempunyai 10 skala klinis yang digunakan untuk indikasi kondisi psikologis, meskipun begitu MMPI-2-RF dan MMPI-A-RF memiliki skala yang berbeda untuk penggunaanya. Terlepas dari nama yang diberi dalam setiap skalanya, skala tersebut tidak sepenuhnya menjadi tolak ukur dikarenakan banyaknya kondisi gejala yang saling tumpang tindih. Dikarenakan hal tersebut, akhirnya kebanyakan psikolog mencari cara yang lebih mudah dalam mengacu setiap skala berdasarkan angka. Skala klinis yang ada di MMPI-2 dan MMPI-A antara lain adalah

  • Skala 1 – Hipokondriasis

Skala yang digunakan untuk menilai kegelisahannya saat mengalami gejala yang berhubungan dengan fisik dan well-being. Skala tersebut awalnya dikembangkan untuk mengidentifikasi orang yang memiliki gejala hipokondria atau kecenderungan untuk percaya bahwa individu tersebut mempunyai kondisi medis yang belum terdiagnosis.

  • Skala 2 – Depresi

Skala yang digunakan untuk mengidentifikasi depresi, dengan ciri-ciri seperti moral yang rendah, kurangnya harapan terhadap masa depan, dan rasa tidak puas terhadap hidup secara keseluruhan. Memiliki skor yang tinggi bisa mengindikasikan bahwa orang tersebut mengalami depresi, sementara jika memiliki skor sedang dapat dikatakan individu tersebut memiliki ketidakpuasan dengan hidup.

  • Skala 3 – Histeria

Skala dalam Minnesota Multiphasic Personality Inventory ini digunakan untuk mengidentifikasi seseorang yang mengalami histeria atau keluhan fisik ketika berada dalam kondisi stres. Skala tersebut cenderung memiliki skor tinggi pada kalangan terpelajar dan juga orang yang memiliki kelas sosial tinggi.

  • Skala 4 – Penyimpangan psikopatik

Skala tersebut digunakan untuk mengidentifikasi adanya penyimpangan psikopatik seseorang. Skala tersebut menguku penyimpangan sosial, kurangnya penerimaan terhadap suatu kekuasaan, dan mengabaikan moralitas. Biasanya bisa digunakan sebagai alat ukur dalam perilaku anti sosial dan ketidakpatuhan. Orang yang memiliki skor tinggi cenderung untuk lebih tidak patuh.

  • Skala 5 – Maskulinitas-Femininitas

Skala yang digunakan untuk menilai berapa banyak atau sedikitnya individu mengidentifikasi dirinya dalam peran gender laki-laki atau perempuan

  • Skala 6 – Paranoia

Skala digunakan untuk mengidentifikasi individu yang mengalami gejala paranoid seperti rasa curiga, perasaan seperti orang yang dianiaya, terlalu sensitif, dan perilaku yang kaku

  • Skala 7 – Psychasthenia

Istilah Psychasthenia sudah tidak digunakan dalam diagnostik kejiwaan dan gejala yang dideskripsikan pada skala ini lebih terhadap kegelisahan, depresi, dan gangguan obsesif-kompulsif. Skala dalam tes MMPI tersebut awalnya memiliki kegunaan untuk mengukur keraguan yang berlebihan, kompulsi, obsesi, dan rasa takut yang tidak wajar

  • Skala 8 – Skizofrenia

Skala yang awalnya digunakan untuk mengukur individu dengan kondisi skizofrenia. Skala tersebut juga bisa menunjukkan potensi adanya penyalahgunaan zat narkotika, pengasingan secara sosial dan emosional, dan minat terbatas terhadap orang lain.

  • Skala 9 – Hipomania

Skala yang dikembangkan untuk identifikasi orang yang memiliki karakter hipomania seperti perubahaan suasana hati, halusinasi, delusi, cara berbicara yang dipercepat, iritabilitas, fokus pembicaraan yang berubah-ubah atau flight of ideas, dan periode singkat depresi.

  • Skala 0 – Introvesi Sosial

Skala yang didesain untuk menilai perasaan malu dan kecenderungan untuk menarik diri dalam kontak sosial dan tanggung jawab.

Referensi:

Cherry, K. (2020, Maret 25). The history and Use of the Minnesota Multiphasic Personality Inventory. Diakses Februari 23 2021, dari https://www.verywellmind.com/what-is-the-minnesota-multiphasic-personality-inventory-2795582

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *