Kondisi kesehatan mental yang baik merupakan hal yang diinginkan setiap orang. Kenyataan bahwa saat ini kesadaran akan pentingnya kesehatan mental tinggi juga akses terhadap penanganan kesehatan mental sudah merata dapat menjadi salah satu faktor pendukung hal tersebut.
Psikolog yang menangani klien dengan gangguan psikologis memiliki berbagai metode untuk menanganinya. Namun, sebelum melakukan penanganan, tentu saja dibutuhkan diagnosis. Diagnosis dapat diperoleh dengan melakukan asesmen berupa tes kesehatan fisik, tes laboraturium hingga interview, dan kuesioner.
Terdapat beberapa alasan mengapa penting untuk seseorang melakukan pengecekan terhadap kondisi kesehatan mentalnya. Beberapa alasan tersebut antara lain :
- Menghindari situasi sosial atau aktivitas sehari-hari
- Perubahan suasana hati yang berlangsung sangat cepat
- Merasa cemas, gelisah, atau takut yang berlebihan
- Merasa tidak berharga, mudah tersinggung, mudah marah, dan putus asa
- Tidak ada energi dan lemas
- Suasana hati buruk atau merasa sedih sepanjang waktu
- Merasa kesusahan dalam berfikir dan berkonsentrasi
- Tidak mampu menangani stress
- Berfikir untuk melukai diri sendiri (tanda terpenting dari buruknya kesehatan mental)
Selanjutnya, kita akan membahas lebih dalam tentang berbagai jenis tes yang mungkin diterima pasien dengan gangguan psikologis. Pertama, tentu saja tes kesehatan fisik. Rendahnya kondisi kesehatan fisik tentu saja dapat mempengaruhi kondisi jiwa. Selain itu, gejala penyakit fisik mungkin saja menyerupai gejala gangguan kesehatan mental tertentu. Seperti contoh, penyakit hipotiroid atau ketidakmampuan kelenjar tiroid menghasilkan hormon tiroid yang cukup dimana penting untuk metabolisme, menjaga suhu tubuh tetap hangat, dsb. (www.alodokter.com), memiliki gejala yang menyerupai gangguan depresi. Oleh karena itu, mengetahui adanya penyakit fisik melalui tes kesehatan ataupun tes laboraturium dalam penanganan psikologis adalah penting untuk membantu seseorang lebih mengenali kondisi tubuhnya. PCP (primary care physician) juga berhak untuk memberikan diagosis terhadap suatu kondisi kesehatan mental seperti depresi berat dan gangguan kecemasan menyeluruh. Terkadang mereka juga memberikan resep obat untuk menangani gangguan tersebut.
Kedua, interview, kegiatan ini biasa dilakukan dalam sesi konseling. PCP dapat merekomendasikan pasien untuk menemui psikiater untuk mengatur jadwal pengobatan dalam suatu terapi konseling. Psikolog dan atau psikiater melakukan hal ini untuk screening kondisi saat ini serta mengetahui kemungkinan anteseden-anteseden munculnya gangguan. Hal-hal yang ditanyakan berpusat pada perasaan, pikiran, dan tindakan klien. Psikolog akan menanyakan gejala-gejala yang dialami, frekuensi terjadinya simtom, dan seberapa besar dampaknya terhadap aktivitas sehari-hari. Selain itu, untuk menganalisis anteseden atau hal yang mendorong terjadinya gangguan, psikolog juga akan menanyakan tentang kejadian penting dan berkaitan di masa lalu. Hal tersebut dapat mencakup berbagai aspek kehidupan, seperti hubungan keluarga, pernikahan, pekerjaan, dan hal-hal lain yang dapat memicu stress. Pada klien dengan usia anak-anak, orang tua akan diwawancarai juga untuk mendapatkan informasi yang tepat. Para ahli juga dapat melakukan observasi pada gejala-gejala yang mungkin tampak seperti hiperaktivitas atau kurangnya energi pada klien.
Ketiga, kuesioner, merupakan metode lain untuk melengkapi proses screening. Tes psikologi tersebut hanya bisa disajikan oleh psikolog dan dapat dilengkapi oleh tes pendukung lain, seperti tes IQ. Oleh karena itu, tes psikologi bukan penentu utama dari diagnosis klinis, namun dapat membantu menemukan gejala yang dirasakan terkait gangguan yang dialami. Beberapa jenis tes psikologi yang berguna untuk membantu profesional untuk menentukan diagnosis gangguan psikologis, antara lain :
- Beck Depression Inventory (BDI)
- Dissociative Experience Scale
- Goldberg Bipolar Spectrum Screening Questionnaire
- Hamilton Anxiety Scale (HAM-A)
- Schizophrenia Test and Early Psychosis Indicator (STEP)
- Yale-Brown Obsessive Compulsive Scale
Kemudian dibawah ini ada beberapa contoh pertanyaan yang biasanya muncul di alas tes psikologi, antara lain :
- Apa kamu merasa lelah walaupun tidak kekurangan tidur?
- Apa kamu sering merasa sedih atau khawatir sepanjang waktu?
- Apa kamu mengalami susah tidur?
- Apa kamu kesulitan untuk merasa bahagia?
- Apa kamu tergantung pada narkotika atau alkohol?
- Apa kamu merasa susah untuk mengontrol emosi?
- Apa kamu pernah berpikir untuk melukai dirimu sendiri?
Seseorang juga dapat melakukan tes psikologi mandiri dan gratis secara online, seperti yang disediakan di website Mental Health America. Bagi orang tua yang ingin memeriksa kondisi anaknya, dapat membantu mengisi tes psikologi yang berkaitan dengan kondisi yang dialami anak. Namun, yang perlu diperhatikan adalah tes ini bukan merupakan pengganti tes yang dilakukan secara profesional oleh psikolog, melainkan sebagai hal yang membantu memperkirakan perlu tidaknya seseorang menemui psikolog atau psikiater. Tes psikologi yang dapat diakses dari rumah ini pada umumnya dapat memperkirakan gangguan psikologis umum seperti depresi, PTSD (Post Traumatic Stress Disorder/ gangguan stress pascatrauma), kecemasan, gangguan makan, dan adiksi.
Jadi, merupakan hal yang penting dan tepat untuk mengetahui kondisi tubuh kita baik secara fisik maupun psikis. Namun, tetap self-diagnose itu tidak disarankan walau dilakukan melalui tes kesehatan mental berupa online yang telah divalidasi. Jangan pernah ragu untuk menemui ahli kesehatan mental ketika menemui gejala-gejala gangguan psikologis untuk mendapatkan penanganan yang tepat. Be smart to deal with problems within yourself in the best way! Good luck!
Referensi :
https://www.alodokter.com/hati-hati-hipotiroid-dapat-dialami-semua-usia
Morin, A. (2020). Is There a Mental Illness Test?”. Diambil dari https://www.verywellmind.com/is-there–mental-illness-test-4587967
saya merasa kecemasan dan gemetar tubuh tiba tiba saya juga mempunyai bipolar disorder