logo kampuspsikologi

  • Home
  • Editor’s Picks
  • Kuliah Psikologi
  • Kesehatan Mental
    • Depresi
    • Gangguan Mental
    • Kecemasan
  • Wawasan
    • Emosi
    • Kepribadian
    • Perempuan
    • Psikologi Industri dan Organisasi
    • Romansa
    • Seksualitas
    • Teori
    • Tips & Trick
  • Serba-Serbi
FacebookInstagramYoutubeEmail
logo kampuspsikologi

Stres Digital: Dibalik Kemudahan Dunia Digital

by Galuh SaraswatiSeptember 5, 2021September 3, 2021

Dunia digital sudah menjadi bagian hidup kita dan sudah melekat dalam kehidupan sehari-hari. Mulai dari sarana untuk mencari hiburan, pembelajaran dan kegiatan profesional. Ditambah lagi, pandemi memaksa kita untuk melakukan kegiatan serba digital.

Dari pagi hari sudah diawali menatap layar untuk online meeting atau online school kemudian di saat istirahat scrolling sosial media, berita atau e-commerce. Dibalik kemudahan mengakses informasi ternyata dunia digital mempengaruhi kondisi psikologis loh. Yuk simak penjelasan berikut ini.

Table of Contents

  • Macam-Macam Stres Digital
    • 1. Information overload
    • 2. Anxiety Available
    • 3. Fear of Missing Out (FOMO)
    • 4. Approval Anxiety
  • Cara Mengatasi Digital Stres
    • 1. Detoks sosial media
    • 2. Work life balance
    • 3. Selektif di Sosial Media
    • 4. Tidak menggunakan gadget sebelum tidur
    • 5. Melakukan aktivitas lain
    • 6. Membangun relasi yang bermakna

Macam-Macam Stres Digital

1. Information overload

Setiap sehari selalu menerima notifikasi puluhan atau bahkan ratusan dari email atau sosial media. Banyak pesan yang diterima berarti banyak informasi yang perlu dicerna. Terlalu banyak informasi yang diterima otak akan mengalami kelelahan dalam mencerna informasi

Kemudahan dalam mengakses berbagai hal membuat orang mudah melakukan banyak kegiatan dalam waktu yang bersamaan atau disebut multitasking. Niatnya melakukan dua hal dalam waktu bersama agar lebih efisien ternyata otak tidak mampu menerima informasi yang banyak secara bersamaan.

Terlalu banyak informasi maka mempengaruhi kapasitas otak untuk mencerna. Otak dapat mengalami kelelahan yang dapat menyebabkan individu merasa stres.

2. Anxiety Available

Informasi baru yang terus bertambah serta notifikasi yang muncul setiap saat membuat diri kita harus selalu siap sedia merespons. Hal ini menyebabkan adanya tuntutan dan tekanan untuk merespons pesan sesegera mungkin.

Orang cenderung akan mengecek notifikasi terbaru dan berusaha untuk segera membalas pesan. Apabila tidak dapat membalas pesan dengan cepat akan muncul perasaan gelisah. Kondisi ini yang dapat memicu individu mengalami stress.

3. Fear of Missing Out (FOMO)

FOMO adalah ketakutan bahwa dirinya tidak tertinggal dan tidak mengalami pengalaman yang berharga. Ini dicirikan dengan adanya keinginan untuk tetap terkoneksi dengan  apa yang orang lain lakukan. Ditambah lagi dunia digital yang tidak berhenti dengan berita terbaru membuat orang ingin terus update dengan berita terkini.

Orang yang mengalami FOMO memiliki frekuensi tinggi dalam penggunaan media online. Ia cenderung akan memegang gadget dan memeriksa sosial media saat beraktivitas seperti makan, kuliah, rapat dan lain-lain.  Hal ini akan mengganggu aktivitas sehari-hari dan menyebabkan kelelahan mental atau burnout.

4. Approval Anxiety

Sosial media menjadi wadah untuk berbagi foto, video dan tulisan pada orang lain. Ia akan mendapatkan like atau komen dari orang lain. Jumlah like atau komen menjadi sebagai bentuk apresiasi.

Bagi individu yang haus akan validasi akan merasa cemas dan stres ketika tidak apresiasi yang diinginkan tidak sesuai dengan ekspektasi. Lalu akan muncul pertanyaan dalam diri seperti “fotoku kurang bagus yah?” atau “orang-orang gak suka postinganku yah?”.

Cara Mengatasi Digital Stres

1. Detoks sosial media

Detoks sosial media yaitu menghentikan penggunaan sosial media dalam waktu tertentu. Melakukan detoks sosial media mengurangi aktivitas untuk scrolling atau memberi komentar serta like. Hal ini dapat mengurangi rasa ketergantungan dan kecanduan dalam menggunakan sosial media.

 Bagi yang masih pemula bisa melakukan secara bertahap yaitu selama 7 hari kemudian beri waktu yang lebih lama. Pada umumnya, detoks ini dilakukan selama 30 hari tetapi jika ingin lebih pun bisa.

2. Work life balance

Urusan pekerjaan sering menggunakan whatsapp. Terkadang, banyak orang yang masih menghubungi rekan kerjanya diluar jam kantor. Maka dari itu, agar work-life balance terjaga, perlu mengatur waktu penggunaan media komunikasi dengan mematikan gadget atau notifikasi apabila jam kantor sudah selesai.

3. Selektif di Sosial Media

Perlu memilih akun siapa saja yang akan diikuti. Terlalu banyak mengikuti akun-akun di sosial media maka akan banyak menerima informasi. Pilihan yang bisa dilakukan yaitu unfollow atau hide akun-akun yang menurut kamu tidak relevan.

4. Tidak menggunakan gadget sebelum tidur

Menggunakan gadget akan mempengaruhi pada rutinitas tidur. Awalnya sudah terasa mengantuk namun tiba-tiba kantuk hilang karena keasikan scrolling sosial media. Maka, lebih baik jika 15 – 30 menit sebelum sudah mematikan ponsel agar tidur lebih nyenyak dan nyaman.

5. Melakukan aktivitas lain

Kamu bisa melakukan kegiatan yang kamu suka atau hobi untuk menghindari penggunaan gadget yang berlebihan. Misalnya olahraga, membaca buku atau bersih-bersih rumah. Melakukan aktivitas lain dapat mengimbangi penggunaan gadget yang berlebihan.

6. Membangun relasi yang bermakna

Digital membuat yang jauh menjadi dekat namun terkadang menjauhkan orang yang terdekat. Sering melihat orang-orang duduk bersamaan namun sibuk dengan gadget masing-masing. Jika kamu mengalami situasi seperti ini masukan gadget-mu dan mulailah ngobrol, bercerita dan memberikan perhatian penuh kepada orang didekatmu.

Dunia digital memang sangat menarik. Berbagai informasi dan hiburan bisa diperoleh dengan mudah. Namun, perlu diingat bahwa semua hal yang berlebihan akan mempengaruhi kondisi psikologis.

References

Reinecke, L., Aufenanger, S., Beutel, M. E., Dreier, M., Quiring, O., Stark, B., Müller, K. W. (2016). Digital Stress over the Life Span: The Effects of Communication Load and Internet Multitasking on Perceived Stress and Psychological Health Impairments in a German Probability Sample. Media Psychology, 1-26.

toxic relationship
previous post
Apa Itu Toxic Relationship? Bagaimana Cara Mengatasinya?
next post
Berkenalan Dengan Konsep Maskulinitas: Laki Atau Bukan?
Galuh Saraswati
I have calling to encourage people to cultivate their potential.

Artikel Terkait

Cara Mengatasi Rasa Malas, Agar Lebih Produktif

Anjuni Khofifah Hanifi, S.PsiOctober 27, 2021April 9, 2022

Tips Sederhana Agar Tidak Kecanduan Media Sosial

Irma Dasi, S.Psi., M.AJanuary 28, 2023January 25, 2023

Bangkit Lagi Yuk! Mengenal Resiliensi dan Cara Meningkatkannya

Anisa Sawu Dwi Astuti, S.Psi.April 1, 2021March 27, 2021

Leave a Comment Cancel Reply

Save my name, email, and website in this browser for the next time I comment.

Artikel Terbaru

  • Tips Sederhana Agar Tidak Kecanduan Media Sosial
  • Ingin Wawancara Kerja Lancar? Simak Tips Mindfulness Ini!
  • 10 Ciri Psikopat Ringan Menurut Psikologi
  • Intuisi Menurut Psikologi dan Contohnya
  • Tips Menghadapi Masa Lalu dengan Penuh Keberanian
  • Alasan Psikologis Kenapa Cowok Nggak Suka Curhat

Artikel Terpopuler

15 Cara Move On Dari Mantan Ala Psikologi

Neraca Cinta Dzilhaq, S.Psi.December 15, 2020February 6, 2021
by Neraca Cinta Dzilhaq, S.Psi.

Mengenal MBTI: 8 Fungsi Kognitif yang Membentuk Kepribadian

Neraca Cinta Dzilhaq, S.Psi.January 25, 2021February 18, 2021
by Neraca Cinta Dzilhaq, S.Psi.

Jenis-Jenis Gelar Psikologi Dan Penulisannya

Adrian SuwondoFebruary 25, 2021April 10, 2022
by Adrian Suwondo

6 Alasan Memilih Jurusan Psikologi

Narko RasalatDecember 23, 2020January 25, 2021
by Narko Rasalat

Menjadi Dewasa Adalah Pilihan, Bagaimana Caranya?

Miftahun Fadhila, S.Psi.February 19, 2021February 8, 2021
by Miftahun Fadhila, S.Psi.

Perbedaan Psikologi Saintek dan Soshum, Kenali Sebelum Memilih

Adrian SuwondoFebruary 21, 2021April 10, 2022
by Adrian Suwondo
About US
KampusPsikologi.com menyediakan artikel psikologi berkualitas yang ditulis oleh mahasiswa, sarjana, dan magister jurusan Psikologi universitas ternama. Semua artikel di situs ini bersifat informasional dan tidak menggantikan pendapat ahli atau psikolog.

Selengkapnya tentang kami
Contact us: admin@kampuspsikologi.com
@2022 - kampuspsikologi.com. All Right Reserved.
logo kampuspsikologi
FacebookInstagramYoutubeEmail
  • Home
  • Editor’s Picks
  • Kuliah Psikologi
  • Kesehatan Mental
    • Depresi
    • Gangguan Mental
    • Kecemasan
  • Wawasan
    • Emosi
    • Kepribadian
    • Perempuan
    • Psikologi Industri dan Organisasi
    • Romansa
    • Seksualitas
    • Teori
    • Tips & Trick
  • Serba-Serbi
Go to mobile version