Image default

Pesan Naruto tentang Inner Child dan Pengembangan Diri

Naruto merupakan anime favorit penulis waktu kecil, siapa sangka anime ini menyimpan sejumlah pesan psikologis yang menarik, salah satunya tentang inner child, yang belakangan ini banyak dibahas dalam psikologi populer. Apa sih sebenarnya inner child itu? Apa manfaatnya berdamai dengan inner child dan kaitannya dengan Naruto? Mari simak artikel berikut ini!

Table of Contents

Pengertian Inner Child

Setiap manusia pasti memiliki inner child, namun inner child kita akan berbeda dengan inner child orang lain. Carl Jung pertama kali mendefinisikan konsep inner child dalam teori psikologinya, yakni suatu bagian dalam jiwa manusia yang suka bermain-main, kreatif, dan tanpa dosa, layaknya anak kecil. Singkatnya, inner child suatu aspek dalam diri kita yang bersifat kekanak-kanakan. Inner child terbentuk dari pengalaman di masa kecil dan akan terbawa hingga orang menjadi dewasa.

Mengapa inner child begitu sensitif? Hal ini dikarenakan inner child menyimpan secara emosional semua peristiwa yang pernah kita alami di masa kecil, baik itu positif maupun negatif. Penelitian psikologi kognitif terkini menyatakan bahwa setiap kenangan yang berhubungan dengan respon emosional akan lebih melekat dalam diri kita ketimbang yang hanya berdasarkan respon sensori.

Maka dari itu, tidak salah bahwa kenangan yang memicu reaksi emosi di masa kecil akan terasa lebih memorable, bahkan saking memorable-nya, beberapa kenangan buruk bisa memicu trauma.

Lalu, apa gunanya berdamai dengan inner child?

Inner Child dalam Anime Naruto

Anime Naruto adalah adaptasi serial komik yang ditulis dan diilustrasikan oleh Masashi Kishimoto. Kisahnya mengenai perjuangan Naruto dan kawan-kawannya untuk menjadi seorang ninja. Meskipun ceritanya fiktif, Naruto mengenalkan kita pada beberapa tokoh yang memiliki masalah dengan masa kecilnya yang mempengaruhi pilihan hidupnya di masa dewasa. Ada yang menjadi jahat, namun ada juga yang menjadi seorang pahlawan.

Contoh termudah adalah tokoh utamanya, Naruto Uzumaki. Ia mendapat bully-an dan caci maki dari orang-orang di desa karena ia diyakini sebagai jelmaan siluman rubah. Inner child Naruto adalah seorang anak yang ketakutan, kesepian, dan tidak pernah diakui. Bayangkan, jika Naruto tidak berdamai dengan inner child-nya di masa dewasa, bisa-bisa dia sudah meluluh lantakkan desa dengan kekuatannya.

Tidak hanya itu, Naruto juga mengajak orang-orang di sekitarnya untuk melakukan hal yang sama, karena ia percaya bahwa sejahat apa pun setiap manusia, ada sisi baik yang tersembunyi, karena kebanyakan dari sisi baik tersebut terpendam oleh niatan jahat atau trauma yang dialami.

Cara-cara Berdamai dengan Inner Child ala Naruto

Berikut ini 5 cara berdamai dengan inner child yang bisa dicontoh dari beberapa tokoh dalam anime Naruto:

1. Berikan Pengakuan terhadap Inner Child

Langkah pertama adalah kita harus mengakui keberadaan inner child kita. Seringkali kita mengabaikan suara inner child karena bagi kita, ia tidak penting. Memasuki masa dewasa, ada kecenderungan bagi kita untuk merasa tidak suka jika orang lain melihat sifat kekanak-kanakan dalam diri kita, atau bagian dari diri kita yang terluka karena trauma di masa lalu. Namun, kita tidak perlu menunjukkannya kepada orang lain. Kita cukup mengakui bahwa inner child selalu bersama kita.

Anime Naruto mengenalkan kita pada tokoh Sasuke Uchiha yang inner child-nya terluka karena peristiwa pembunuhan yang menimpa keluarganya. Inner child yang terluka ini sempat mengendap menjadi dendam yang membuat Sasuke menghalalkan segala cara untuk membalasnya. Namun di akhir ceritanya, ia belajar untuk menerima apa yang terjadi pada dirinya apa adanya dan move on menjadi orang yang lebih baik.

From pixabay.com

2. Berdialog dengan Diri Sendiri

Mengajak diri sendiri berbicara mungkin kedengarannya aneh. Namun, self talk diyakini psikolog sebagai metode paling mudah untuk memberikan pengakuan terhadap apa yang kamu rasakan atau kamu alami. Apabila kita tidak mengakui pikiran dan emosi kita sendiri, pikiran dan emosi kita akan berubah menjadi tumpukan sampah yang teronggok dalam alam bawah sadar, yang bisa meledak sewaktu-waktu.

Self talk bisa dilakukan dalam berbagai cara, salah satunya melalui journaling atau menulis diary. Kamu juga bisa meneriakkan kata-kata motivasi kepada diri sendiri sebelum melakukan sesuatu, seperti tokoh Might Guy dan muridnya, Rock Lee, dalam anime Naruto.

Mereka sering melakukan latihan keras, namun mereka tidak pernah bersikap keras pada diri sendiri. Sebagai gantinya, mereka selalu meneriakkan kata-kata positif dan tersenyum setiap kali mengalami kegagalan.

from pinterest.com

3. Maafkan Orang-orang yang Pernah Menyakitimu

Berdamai dengan inner child berarti menerima diri apa adanya dan belajar untuk memaafkan diri kita, atas apa yang sudah kita lakukan atau tidak kita lakukan. Hal ini juga berarti memaafkan orang lain yang pernah berperan dalam tersimpannya peristiwa tersebut dalam kenangan kita.

Sebagai contoh, kamu mungkin punya satu pengalaman cukup menyakitkan, yakni pernah di-bully waktu SD. Kenangan tentang perlakuan bully padamu tersebut begitu melekat dalam dirimu sehingga kamu punya kesulitan berhubungan dengan orang lain. Kamu juga akan memiliki trust issues karena kamu yakin bahwa orang-orang juga akan mem-bully kamu. Jika demikian, maka pengalaman kamu sama dengan salah satu tokoh Naruto, yaitu Gaara.

Awalnya, Gaara juga dipenuhi dendam karena di-bully dan dikhianati orang terdekatnya. Ia pun jadi sulit bersosialisasi dan memiliki pemikiran bahwa semua orang yang berada di luar keluarganya tidak bisa dipercaya. Ia juga tak segan-segan membuat orang yang menyakitinya menderita. Namun, setelah menyadari bahwa pengalamannya dengan Naruto sama, ia menyadari bahwa tindakannya salah.

Ia pun berangsur-angsur membuka diri pada orang-orang baru, hingga akhirnya terpilih menjadi pemimpin desa. Kunci dari kesuksesan Gaara adalah mau mendengarkan inner child-nya, mengakui bahwa tidak ada manusia yang sempurna, dan memaafkan orang yang pernah menyakitinya.

Image Garaa from pixabay.com

4. Lepaskan Mimpi-mimpi yang Belum Kamu Wujudkan

Apabila kamu punya sebuah mimpi yang belum terwujud, pasti rasanya ada yang mengganjal, bukan? Salah satu cara berdamai dengan inner child adalah membebaskan diri dari rasa penyesalan yang muncul karena tidak sempat mewujudkan suatu mimpi. Memang sulit pada awalnya, namun jika kamu tidak berusaha melakukannya, kamu akan dihantui oleh rasa bersalah seumur hidupmu. Apalagi, kamu mungkin punya tujuan hidup baru yang ingin kamu raih. Maka dari itu, bersikaplah realistis kepada dirimu sendiri.

Salah satu tokoh Naruto yang memiliki mimpi besar adalah Nagato. Ia ingin menjadikan dunia tempat yang damai dan bebas dari peperangan. Namun, ideologi yang dianutnya justru menyebabkan masalah baru karena ia menghalalkan segala cara untuk menciptakan perdamaian, bahkan jika harus melakukan kekerasan dan membunuh gurunya sendiri. Ketika akhirnya ia disadarkan oleh Naruto mengenai kesalahannya, ia pun merelakan mimpi dan idealismenya tersebut. 

Image Naruto from Unsplash.com

5. Bangun Relasi dengan Orang-orang Baru

Berdamai dengan inner child tidak hanya dilakukan dengan menengok ke belakang, namun juga berfokus pada keadaan kita saat ini dan masa depan. Maka dari itu, jangan ragu untuk terbuka dengan pengalaman baru. Salah satunya dengan memperluas relasi dan membangun kedekatan dengan orang-orang baru. Melalui interaksi dengan orang lain, kamu akan belajar melihat dunia dari perspektif mereka. Siapa tahu kamu akan mendapatkan insight yang bermanfaat bagi pengembangan dirimu.

Maka dari itu, contohlah Naruto yang menghabiskan waktunya berlatih, berpetualang, dan menjalankan misi dengan orang-orang berbeda atau tim yang berbeda. Kadang ia terkena sial, kadang misinya gagal, namun ia selalu mendapatkan pelajaran dari orang-orang asing maupun guru-gurunya dalam misi tersebut.

Berdamai dengan inner child memang tidak mudah. Namun, dengan niat yang bulat dan kepercayaan diri, kamu pasti bisa melakukannya. Seperti yang pernah Naruto katakan, “Kerja keras itu tidak berharga bagi seseorang yang tidak percaya dengan dirinya sendiri.”

Artikel Terkait

Leave a Comment