Image default

8 Peran Ayah dalam Pengasuhan Anak Menurut Psikologi

Pengasuhan orangtua menjadi kunci penting dari tumbuh kembang anak. Kerja sama antara Ayah dan Ibu untuk menjadi orangtua yang baik tentu bukanlah hal yang mudah. Apalagi fakta yang menyampaikan bahwa di Indonesia saat ini menempati urutan ketiga sebagai negara yang fatherless atau father hunger karena peran Ayah secara fisik dan psikologis kurang dalam mendukung pengasuhan anak (CNN Indonesia, 2021).

Selain itu, Pada tahun 2015 hasil survei dari KPAI menunjukkan bahwa kualitas peran ayah sangat sedikit yaitu sekitar 27,9% (Setiyawan, 2017). Peran pasif Ayah merupakan hasil dari konstruksi sejarah masyarakat yang meyakini bahwa anak adalah tanggung jawab Istri.

Padahal peran pengasuhan tidak hanya dilakukan oleh sepihak saja, butuh kerjasama antara Ibu dan Ayah. Ayah tidak hanya secara hukum berperan sebagai kepala keluarga atau pencari nafkah saja, namun harus terlibat secara aktif dalam pengasuhan anak. 

Kajian Ilmu Psikologi menjelaskan peran Ayah yang terlibat dalam keluarga memberikan dampak yang positif bagi tumbuh kembang anak. dampak positif dari keterlibatan Ayah juga dapat meningkat kesejahteraan mental Anak dan Ibu. Artikel ini akan sedikit mengurai mengenai peran apa saja yang harus dilakukan oleh Ayah untuk Anak menurut psikologi.

Table of Contents

1. Pelindung dan Pemberi Kasih Sayang

Ayah dapat berperan pada pengasuhan anak melalui keterlibatan aktif. Peran Ayah di rumah harus membangun keluarga yang dekat dan egaliter, bukan sebagai figur otoritas. Disini kita harus melihat citra Ayah sebagai kepala rumah tangga yang bertanggungjawab terhadap pemenuhan kebutuhan emosi anak dan sebagai pelindung.

2. Keterlibatan Kegiatan Positif

Perlu dicatat bahwa keterlibatan Ayah tidak harus kegiatan pengasuhan yang bersifat langsung. Tapi pada jumlah dan kualitas waktu yang dihabiskan dalam kegiatan yang melibatkan anak, Ayah harus berperan aktif dalam kegiatan-kegiatan interaktif atau pengayaan dengan anak-anak.

Keterlibatan orangtua pada pengasuhan anak memiliki hubungan positif yang dapat mendukung perkembangan anak baik dari segi intelektual, emosi, dan sosial (Lamb, 1981)

Pada masa kanak-kanak pra sekolah usia 0-5 tahun, Ayah dapat terlibat secara aktif dengan Anak seperti bermain di rumah, membaca, bermain di luar ruangan (jalan-jalan).

Namun pada anak yang lebih besar 6-12 tahun, Ayah bisa terlibat dalam pengasuhan anak dengan menanggapi tentang kegiatan waktu luang, mengerjakan kegiatan atau bermain di rumah, melakukan pembicaraan pribadi, membantu membaca dan mengerjakan pekerjaan rumah.

Kegiatan ini dilakukan sesuai dengan keterlibatan anak dalam kegiatan positif-positif yang mendukung tugas perkembangan anak.

3.Warmth and Responsiveness

Keterlibatan Ayah pada pengasuhan Anak tidak hanya membicarakan waktu yang mereka berikan untuk orangtua, tetapi bagaimana Ayah mampu memberikan kehangatan paternal atau daya tanggap terhadap anak. Contoh Ayah tidak membentak atau memarahi anak ketika anak melakukan kesalahan.

Contoh lain yang juga yaitu ketika Ayah memiliki banyak masalah dalam pekerjaan, namun karena anak rewel, terkadang sikap Ayah kepada anak menjadi lebih agresif secara verbal, emosional bahkan fisik. Tujuan dari peran ini adalah untuk membangun kedekatan emosional antara Ayah-Anak.

4.Kontrol

Pada fase kanak-kanak, tahap ini anak memang masih belajar mengenai banyak hal. Partisipasi Ayah dalam pengambilan keputusan tentang anak-anak juga semakin disertakan. Salah satu aspeknya adalah pemantauan, tercermin dalam mengetahui keberadaan anak. Hal ini dapat membantu proses pengendalian lingkungan yang tidak tepat untuk anak. Oleh karena itu, kontrol dalam hal ini dimaksudkan untuk menjaga anak dari lingkungan buruk.

5. Indirect Care

Peran ini berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan anak secara material atau sosial yang tidak dilakukan secara langsung. Ayah mendukung pengasuhan anak seperti memenuhi kebutuhan yang mampu menunjang minat dan bakat anak.

Orangtua juga perlu memberikan dukungan peran ‘manajerial’ Ayah dalam persahabatan anak-anak mereka. Ayah dengan lembaga sosial seperti seperti Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak untuk dapat membantu penguatan tanggung jawab orang tua dalam pengasuhan dan perlindungan anak sebagai bentuk kepedulian sosial yang tidak langsung.

6. Proses Pertanggungjawaban

sebagian besar pasangan terus menggolongkan kontribusi suami untuk pekerjaan rumah tangga dan mengasuh anak sebagai ‘membantu istri mereka’. Tanggung jawab ini diilustrasikan bahwa di sebagian besar keluarga, suami kurang memperhatikan apa yang perlu dilakukan.

Aspek ini dapat diartikan sebagai “kepekaan” Ayah untuk mengambil inisiatif dan memantau apa yang dibutuhkan keluarga sebagai kesadaran Ayah dalam proses pengasuhan anak. Seorang Ayah seharusnya dengan tepat menyimpulkan esensi tanggung jawab sebagai “melihat kebutuhan” bukan sebagai ”memenuhi kebutuhan”.

7. Bermain dengan Anak

Bermain dengan anak terutama permainan yang merangsang dan yang membangkitkan emosi lebih menonjol dalam interaksi Ayah-Anak. Peningkatan interaksi dapat meningkatkan pengaruh Ayah yang lebih besar dari yang diharapkan berdasarkan jumlah waktu yang habiskan bersama anak-anak mereka (Lamb, 1981)

Keterlibatan Ayah dengan anak-anak mereka melalui permainan telah menjadi fokus sebagian besar studi tentang interaksi Ayah-anak di awal dan tengah masa kanak-kanak. Grau Grau dkk., (2022) menjelaskan permainan antara Ayah-anak di tahun-tahun prasekolah mengurangi masalah perilaku eksternal dan internal seperti melanggar aturan, agresif, impulsif, kontrol diri,  dan  perilaku menyimpang lain.

8. Role model

Mengutip dalam sebuah penelitian yang diterbitkan pada tahun 2016 bahwa Ayah memiliki peran dalam 3 tipe, yaitu sebagai role model ketika anak akan menjadi orangtua, role model sebagai evaluasi afektif, belajar persepsi dari Ayah (Masciadrelli dkk., 2006).

Ketiga peran dipersepsi oleh ayah sebagai peran yang bisa mereka lakukan sebagai ayah dari anak-anak mereka. Peran ayah penting bagi anak menjadi dasar dari standar perilaku yang akan ditiru oleh anak. Sikap dan perilaku dari ayah akan menjadi value yang akan dipegang oleh anak ketika menjadi dewasa atau orangtua.

Sumber

  • CNN Indonesia. (2021). Fatherless, Ketika Ayah “Tak Hadir” di Kehidupan Anak. gaya hidup. https://www.cnnindonesia.com/gaya-hidup/20210331171003-277-624531/fatherless-ketika-ayah-tak-hadir-di-kehidupan-anak
  • Grau Grau, M., las Heras Maestro, M., & Riley Bowles, H. (Ed.). (2022). Engaged Fatherhood for Men, Families and Gender Equality: Healthcare, Social Policy, and Work Perspectives. Springer International Publishing. https://doi.org/10.1007/978-3-030-75645-1
  • Lamb, M. (1981). The Role of the Father in Child Development / M. R. Lamb.
  • Masciadrelli, B. P., Pleck, J. H., & Stueve, J. L. (2006). Fathers’ Role Model Perceptions: Themes and Linkages with Involvement. Men and Masculinities, 9(1), 23–34. https://doi.org/10.1177/1097184X04270377
  • Setiyawan, D. (2017). Survey KPAI Peran Ayah Masih Rendah Dalam Keluarga | Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI). https://www.kpai.go.id/publikasi/survey-kpai-peran-ayah-masih-rendah-dalam-keluarga

Artikel Terkait

Leave a Comment