Tersebutlah tiga orang mahasiswa bernama Tono, Tini, dan Tiyok. Karena bosan belajar online, Tono mengajak Tini dan Tiyok mengobrol lewat Google Meet.
“Eh, kalian sudah pernah mencoba tes kepribadian di internet, belum? Aku dapat ENFP!”
“Oh, yang itu. Aku dapat INTJ,” sahut Tini. “Kalau kamu bagaimana, Yok?”
“Aku ISTJ,” jawab Tiyok sekenanya. “Tapi sebetulnya, aku nggak melihat apa pentingnya asesmen ini. Yang jelas aku introvert, itu benar.”
Setelah itu, mereka pun beralih ke percakapan lain.
Nah, kalau kamu pernah bercakap-cakap hal yang sama seperti Tini, Tono, dan Tiyok, berarti kamu tahu bahwa mereka sedang membicarakan tiga dari 16 tipe kepribadian yang berasal dari Myers-Briggs Type Indicator (MBTI). Kalau kalian pernah menuju ke web 16 Personalities, berarti pernah mengetes diri kamu sendiri menggunakan instrumen berbasis MBTI dan mendapatkan hasil-hasil yang terindividuasi seperti itu, namun sesungguhnya tes MBTI yang asli itu berbayar dan bisa diakses melalui laman web resminya.
Ya, memang menarik mengetahui bahwa setiap kepribadian yang kamu miliki memiliki keunikan. Hanya saja, kepopuleran Myers-Briggs Type Indicator sebagai salah satu tes kepribadian seringkali dialihkan dari fungsi dan tujuan utamanya, dari yang semula hanya sebagai asesmen psikologi, kini menjadi fenomena pop culture. Bahkan, kita seringkali melihat orang membangga-banggakan kepribadiannya sendiri atau membuat meme mengenai kepribadian MBTI. Sebetulnya, fungsi MBTI sebagai alat asesmen bisa digunakan untuk pengembangan diri, namun karena tidak banyak orang yang memahami secara mendalam, MBTI bisa disalahgunakan untuk menilai seseorang secara subjektif berdasarkan kepribadiannya, atau bisa menyebabkan seseorang inferior karena tidak memiliki kepribadian yang menurutnya menarik. Maka dari itu, dalam artikel ini, kita akan mengkaji ulang mengenai tujuan MBTI sebagai alat asesmen, mulai dari asal usulnya hingga teori yang digunakan.
Sejarah Myers-Briggs Type Indicator
Myers-Briggs Type Indicator (MBTI) disusun oleh Isabel Briggs Myers dan Katherine Cook Briggs . Terdapat dua tujuan terkait dalam pengembangan dan penerapan instrumen MBTI, yaitu:
- Identifikasi preferensi dasar masing-masing dari empat dikotomi yang ditentukan atau tersirat dalam teori 4 fungsi kognitif menurut Carl Gustav Jung. Inti dari teori ini adalah bahwa banyak variasi perilaku yang tampaknya acak sebenarnya cukup teratur dan konsisten karena ada perbedaan mendasar individu dalam menggunakan persepsi dan penilaian ketika bereaksi dan memproses keadaan lingkungannya.
- Identifikasi dan deskripsi dari 16 tipe kepribadian berbeda yang dihasilkan dari interaksi di antara preferensi yang dipaparkan sebagai berikut.
- Dunia favorit: Apakah Anda lebih suka fokus pada dunia luar (ekstrovert/E) atau dunia batin Anda sendiri (introvert/E)?
- Informasi: Apakah Anda lebih suka fokus pada informasi dasar yang Anda ambil (sensing/S) atau Anda lebih suka menafsirkan dan menambah makna (intuition/N)?
- Keputusan: Saat membuat keputusan, apakah Anda lebih suka melihat logika dan konsistensi (thinking/T) atau pertama kali melihat orang dan keadaan khusus (feeling/F)?
- Struktur: Dalam menghadapi dunia luar, apakah Anda lebih suka memutuskan sesuatu (judging/J) atau Anda lebih suka tetap terbuka terhadap informasi dan pilihan baru (perceiving/P)?
Setelah kamu memutuskan preferensimu dalam setiap kategori, kamu memiliki tipe kepribadian yang dapat diekspresikan sebagai kode dengan empat huruf. Namun, sebelum kita membahas mengenai bagaimana kepribadian ini disusun, kita akan terlebih dahulu membahas teori kepribadian berdasarkan proses kognitif yang dipaparkan Carl Jung.
Proses Kognitif Menurut Carl Jung
Carl Gustav Jung (1875-1961) adalah seorang psikolog asal Swiss yang terkenal melalui kontribusinya pada ilmu psikoanalisis, khususnya mengenai konsep individuasi, yakni proses psikologis seumur hidup dalam diferensiasi diri dari elemen sadar dan tidak sadar setiap individu. Jung menganggap individuasi sebagai tugas utama pembangunan manusia.
Proses kognitif menurut Carl Jung ada dua jenis, yaitu penilai (judger) dan pencerap (perceiver). Proses kognitif judger akan terbagi menjadi penilai logika (thinker) dan penilai perasaan (feeler). Sedangkan perceiver terbagi menjadi pencerap berdasarkan indera (sensor) dan pencerap berdasarkan prakiraan dan imajinasi (intuitive). Nah, kedua proses kognitif ini merupakan atribut fungsi kognitif yang terdiri dari proses kognitif yang bersifat internal (introvert) dan yang bersifat eksternal (ekstrovert). Ah, tapi nggak semua orang yang proses kognitifnya internal itu pendiam dan orang yang proses kognitifnya eksternal itu cerewet, lho! Selain itu, bukan berarti orang yang secara dominan judger itu lebih pintar atau lebih baik daripada perceiver yang dikatakan irasional. Mengapa bisa begitu?
Sabar, Guys, kita masih belum selesai. Menurut Jung, setiap individu memiliki empat fungsi psikologis yang tersusun berurutan, yakni satu fungsi dominan, dua fungsi pembantu/auxiliary, dan satu fungsi inferior. Fungsi dominan adalah fungsi yang secara “sadar” paling sering digunakan oleh individu, fungsi pembantu atau auxiliary adalah yang mendampingi fungsi dominan, sedangkan fungsi inferior adalah yang paling sering tidak digunakan atau hanya muncul di saat-saat paling mendesak. Pengembangan tiap fungsi ini juga bergantung kepada bagaimana pengalaman individu membentuk sikap dan perilakunya. Inilah yang menurut Jung menyebabkan manusia unik satu sama lain.
Hm, sepertinya pembahasan ini akan cukup ribet, ya? Untuk lebih jelasnya, mari kita analogikan saja keempat fungsi ini sebagai struktur kepegawaian sebuah pesawat yang mau berangkat ke ruang angkasa. Analogi ini disusun berdasarkan model yang dikenal sebagai “The Car Model” yang disusun oleh Antonia Dodge dari Personality Hacker. Sekarang, mari bayangkan pesawat ruang angkasa itu dengan jelas dalam kepala kalian. Pesawat itu memiliki pilot, ko-pilot, teknisi, dan penumpangnya.
Well, bayangkan bentuk pesawatnya seperti itu.
Struktur pesawat terbang ini dapat diterangkan melalui tabel di bawah:
No. | Posisi | Fungsi | Keterangan |
1 | Pilot | Primer/dominan | Posisi pilot adalah analogi untuk fungsi dominan. Ia adalah pemegang kendali dari semua fungsi karena berada pada roda kemudi. Dia adalah yang selalu menentukan arah, dan merupakan fungsi kognitif yang secara “sadar” kita gunakan dalam proses belajar pada kehidupan sehari-hari. |
2 | Ko-pilot | Sekunder/auxiliary | Ko-pilot adalah analogi untuk fungsi pembantu pertama. Dia adalah yang paling sering diandalkan oleh pilot untuk membantunya dalam menavigasi atau menyarankan bagaimana sebaiknya pesawat itu dijalankan. Dalam kehidupan sehari-hari, fungsi pembantu pertama sering digunakan bersamaan dengan fungsi dominan. |
3 | Teknisi | Tersier/tertiary | Teknisi adalah analogi fungsi pembantu kedua. Dia tidak secara langsung ambil bagian dalam perjalanan pesawat, tetapi akan berperan penting apabila terjadi kerusakan dalam pesawat atau saat ingin membuat sebuah perbaikan instan dalam pesawat. Dalam kehidupan sehari-hari, fungsi “teknisi” tidak secara sadar digunakan, tetapi bisa sewaktu-waktu muncul pada keadaan mendesak. |
4 | Penumpang | Inferior | Penumpang, sebagai analogi fungsi inferior, adalah kumpulan astronot atau peneliti yang tidak perlu memedulikan masalah teknis yang terjadi selama perjalanan. Oleh sebab itu, penumpang akan jarang dimintai saran terkait teknis dan hanya menjadi pelengkap dalam perjalanan ruang angkasa ini. |
Bagaimana? Lebih mudah membayangkannya, bukan? Apabila kalian sudah memahami susunan fungsi kognitif ini, mari kita lanjut pada peran fungsi kognitif MBTI yang akan dipaparkan di artikel selanjutnya di bagian 2, yuk!
Referensi:
Jung, C. (2016). Psychological Types. Abington: Routledge.
Myers, I. B. (1987). Introduction to Type : A Guide to Understanding Your Results on the Myers-Briggs Type Indicator. Consulting Psychology Press, Inc.
Myers, I. B. (1998). MBTI Manual: A Guide to the Development and Use of the Myers-Briggs Type Indicator, 3rd ed. Consulting Psychology Press, Inc.