Image default

Kurikulum 2022 dan Kaitannya dengan Pengembangan Karir

Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek) membuat kebijakan baru terkait kurikulum 2022. Nantinya, siswa SMA tidak ada penjurusan IPA, IPS, atau Bahasa melainkan siswa diberi kebebasan memilih mata pelajaran yang disukai.

Kebijakan baru ini memberikan ruang yang luas pada siswa untuk eksplorasi minat dan bakat. Apakah kebijakan ini merupakan langkah yang tepat? Mari simak penjelasan berikut ini.

Table of Contents

Salah Jurusan

Salah jurusan sebuah fenomena yang sering kita temui. Mungkin teman mu, saudara atau bahkan dirimu sendiri mengalami hal ini. Saat SMA mengambil peminatan IPA lalu saat kuliah memilih jurusan rumpun Sosial atau sebaliknya. Tak jarang, mahasiswa merasa salah jurusan padahal sudah menempuh kuliah selama beberapa semester.

Salah jurusan bisa terjadi karena beberapa alasan di antaranya pemahaman tentang jurusan kuliah, gagal memilih jurusan yang diminati karena persyaratan nilai yang tidak memenuhi standar dan ada tekanan dari keluarga untuk memilih jurusan yang banyak lowongan pekerjaannya (Shin, Steger, & Lee, 2013). Pada intinya, faktor tersebut berkaitan dengan kesempatan eksplorasi minat dan karir.

Seorang mahasiswa yang mengalami salah jurusan akan berdampak pada karir dimasa depan. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Shin, Steger, & Lee (2013) mengatakan bahwa individu yang salah jurusan mengalami rendahnya efikasi diri dalam mengambil keputusan karir, kebermaknaan kerja dan kurang rasa panggilan dalam bekerja.

Beberapa waktu yang lalu Nadiem Makarim, Menteri Kemendikbudristek mengungkapkan bahwa hanya ada 20% orang yang bekerja sesuai jurusannya. Kondisi ini cukup mengenaskan karena Indonesia kehilangan talenta-talenta yang ahli dibidangnya. Hal ini akan menghambat kemajuan Indonesia.

Sebaiknya, ada kesinambungan antara jurusan SMA & kuliah dengan pekerjaan sehingga bisa memaksimalkan potensinya dan menjadi ahli dibidangnya. Hal ini akan membantu negara menjadi lebih maju.  

Apakah Kurikulum 2022 Sudah Tepat?

Ditahun 2022, nantinya siswa SMA tidak ada penjurusan IPA, IPS dan Bahasa. Mereka bebas memilih mata pelajaran yang ia minati.

Lalu, pertanyaannya apakah kurikulum baru ini sudah sangat sesuai dengan perkembangan usia siswa SMA khususnya pada pengembangan karir?

Berdasarkan Super’s five life and career development stages sejak usia 0 hingga 65 ke atas akan menghadapi tugas perkembangan. Lima tahapan tersebut terdiri dari:

  1. Growth (0-14 tahun): pengembangan konsep diri
  2. Exploration (15-24 tahun): eksplorasi minat dan bakat
  3. Establishment (25-44 tahun): memulai pekerjaan dan komitmen pada karir
  4. Maintenance (45-64 tahun): menjaga kemampuan di tempat kerja agar tidak kalah dengan yang lebih muda
  5. Decline (65 tahun ke atas): memasuki masa pensiun

Usia siswa masuk pada tahap exploration. Tugas utama pada masa ini yaitu mencoba berbagai aktivitas di sekolah dan kerja part time. Anak diminta untuk memilih preferensi pekerjaan yang ia sukai, belajar dari berbagai kesempatan dan mengembangkan konsep diri. Pada tahap exploration dibagi lagi menjadi tiga sub stages yaitu:

  1. Tentative (15-17 tahun): Identifikasi minat, kemampuan, nilai dan kesempatan.
  2. Crystallizing a Vocational Preference Transitions (18-21 tahun): mulai memikirkan hal realistis untuk masuk dunia profesional
  3. Specifying a Vocational Preference Trial-Little Commitment (22-24 tahun): mencoba pekerjaan pertama. Komitmen pada karir masih bersifat sementara.

Lebih tepatnya siswa SMA sedang mengalami masa sub perkembangan tentative. Artinya ia mulai mencari tahu apa yang diminati, kapasitas yang dimiliki, nilai dan mencari kesempatan untuk mengembangkannya. Pilihan-pilihan yang diambil pada usia ini masih trial and error. Tidak heran jika remaja SMA masih sering berubah-ubah pikiran.

Kurikulum 2022 ini dinilai sangat positif karena memberikan kesempatan siswa untuk eksplorasi minat dan memaksimalkan potensinya. Siswa mendapat tempat  mencoba berbagai hal dan menggali kemampuan. Disamping itu, siswa dapat lebih fokus pada beberapa pelajaran karena sudah tidak terbebani dengan mata pelajaran yang tidak disukai.

Sudah sewajarnya, sekolah bukan tempat untuk menghafal ilmu melainkan untuk mengembangkan potensi dan kemampuan siswa. Dengan begitu, diharapkan tidak ada lagi salah jurusan kuliah.

Dalam teori perkembangan manusia mengatakan bahwa  ketika satu tahap terselesaikan dengan baik maka ia akan berhasil pada tahap selanjutnya. Apabila saat SMA sudah mengerti pelajaran yang disukai, maka ia akan mudah untuk memilih jurusan. Lalu, setelah lulus kuliah ia pun percaya diri masuk pada pasar tenaga kerja.

Harapannya, konsep kurikulum 2022 akan membantu permasalahan tenaga kerja. Sehingga pada tahun 2045 nanti, Indonesia memiliki masyarakat yang cerdas dan ahli dibidangnya masing-masing

Pilihan sekolah dan kuliah adalah keputusan yang cukup berat dalam hidup. Apa yang dipilih hari ini, maka akan berpengaruh pada masa depan. Jadi, pahami dirimu terlebih dahulu lalu ambil keputusan dengan matang.

Peran Psikolog dalam Kurikulum 2022

Psikolog mempunyai peran penting dalam pendampingan siswa SMA khususnya dalam pengembangan karir. Berikut hal-hal yang bisa dilakukan oleh psikolog kaitannya dengan kurikulum 2022:

Asesmen Minat dan Bakat

Salah satu cara untuk mengetahui ketertarikan dan kapasitas siswa melalui tes psikologi. Psikolog memberikan layanan asesmen berupa tes minat dan bakat. Hasil dari tes ini bisa digunakan untuk mengambil keputusan dalam memilih mata pelajaran dan jurusan kuliah.

Layanan Konseling

Banyak siswa mengalami kebingungan dalam memilih jurusan. Psikolog perlu memberikan arah melalui konseling. Layanan ini bisa dilakukan secara one-on-one.

Edukasi Perencanaan Karir

Faktor penyebab salah jurusan yaitu kurangnya pemahaman. Hal ini bisa diatasi dengan memberikan edukasi tentang karir. Siswa diajak untuk menggali kemampuan dirinya dan merancang masa depan.

References

Shin, J. Y., Steger, M. F., & Lee, K.-H. (2013). Major Incongruence and Career Development AmongAmerican and South Korean College Students. Journal of Career Assessment, 1-18.

Artikel Terkait

Leave a Comment