Image default

Kesedihan yang Bisa Dinikmati “Pleasurable Sadness”

Table of Contents

Siapa sih yang belum pernah dengerin lagu sedih?

Seluruh dunia pernah menangis karena lagu-lagu sedih dari para penyanyi atau artis sejak zaman dulu sampai sekarang. Dimulai lagu sedih yang sering diputar di AnTV dari artis lokal seperti Judika, Kangen Band, Noah, hingga artis internasional seperti Joji yang membuat seluruh dunia menangis sejenak untuk mengingat masa lalu mereka.

Semua lagu sedih itu indah dalam caranya sendiri, lagu-lagu itu membuat kita merasa ikut sedih, bernostalgia, dan memutarnya lagi.

Tapi kenapa ya? Kenapa lagu-lagu sedih itu enak didengarkan? Keanehan inilah yang kemudian disebut sebagai fenomena Pleasurable Sadness alias “Kesedihan yang Nikmat”. Mari kita ulik bersama-sama.

Pleasurable Sadness

Pertama-tama kita harus mulai dari cara kita hidup sehari-hari. Dalam keseharian, kita cenderung untuk menghindari hal-hal yang membuat kita sedih.

Namun, orang-orang tetap suka mendengarkan lagu sedih. Di sini lah paradoks antara tindakan dan keinginan kita terjadi. Paradoks yang muncul dari perasaan nikmat/enak dari lagu-lagu yang bernuansa sedih inilah yang dinamakan “Pleasurable Sadness” (Vuoskoski & Eerola, 2017).

Fenomena yang terjadi karena berbagai hal, tetapi untuk artikel kali ini kita membicarakan faktor yang menarik dulu ya! Kenapa dua?

Karena belum ada banyak penelitian mengenai fenomena ini, sehingga masih ada banyak spekulasi maupun teori yang ada tetapi belum konklusif. Terdapat dua teori populer yang menjadi penyebab fenomena ini, yaitu perasaan “tersentuh” dan Reaksi kimiawi di tubuh kita.

Terjadi Karena Lagunya “Menyentuh”

Penelitian dari Hanich dkk., (2014) mengajukan ide bahwa rasa “nikmat” dari lagu-lagu sedih didapatkan dari perasaan “tergerak, tersentuh, atau relatable”. Berangkat dari ide ini, Jonna Vuoskoski dan Tuomas Eerola (2017) menjalankan dua eksperimen untuk menginvestigasi apakah perasaan tersentuh benar-benar memengaruhi perasaan nikmat dari lagu sedih. Penemuan mereka berhasil menemukan jika perasaan sedih yang didapatkan dari proses menikmati lagu sedih mampu membuat perasaan tergerak/tersentuh semakin intens.

Kemudian bagaimana perasaan tersentuh dan rasa nikmat dari lagu sedih muncul?

Mungkin bisa dimulai dari perasaan tersentuh yang menjadi prediktor terbaik bagi individu-individu yang mengalami “Aesthetic Chills” atau perasaan “merinding” saat mendengarkan lagu (Wassiliwizky dkk., 2015).

Menariknya, perasaan merinding ini justru lebih sering terjadi ketika mendengarkan lagu sedih dibandingkan dengan lagu-lagu bahagia (Panskepp, 1995). Terlebih lagi, semua orang memiliki kenangan-kenangan indah. Baik itu kenangan bahagia bersama orangtua, sahabat, atau cinta lama mungkin?

Nostalgia memiliki asosiasi dengan emosi positif, negatif, dan campur aduk (Barrett et al., 2010). Idenya adalah jika lagu-lagu sedih ini bisa membuat kita mengenang ingatan yang berkesan, sehingga dapat meningkatkan mood.

Efek ini dikatakan lebih kuat apabila memori tersebut memiliki arti yang mendalam bagi orang tersebut (Routledge et al., 2012).

Mood yang membaik atau individu yang merasa didukung secara emosional muncul sebagai dampak dari mendengarkan lagu sedih, dan diasumsikan dapat menuntun atau menjadi pengalaman yang dinikmati.

Apakah kalian merasakan hal yang sama? Siapa yang pertama muncul dalam pikiran kalian saat mendengarkan lagu-lagu sedih dan menurutmu apa alasannya? Tulis di kolom komentar ya!

Teori Biokimia

Nah, ada juga teori yang mengatakan jika perasaan “nikmat” yang didapatkan dari lagu-lagu sedih muncul dan mengusulkan bahwa fenomena ini terjadi karena alasan biokimia (Huron, 2011) atau secara khusus dari hormon Prolaktin.

Coba dipikirkan seperti ini, kamu pernah tidak merasa baikan atau.. lega setelah menangis? Nah hormon prolaktin inilah yang bermain peran dalam membuat perasaanmu setelah menangis itu nyaman atau lebih baik.

Hormon Prolaktin ini berhubungan dengan produksi ASI dan ternyata memiliki pengaruh psikologis. Hormon ini mampu menghasilkan perasaan baik/enak dan dikorelasikan dengan perasaan rileks (Brody dan Krüger, 2006).

Sehingga, teori dari Huron (2011) mengusulkan jika perasaan sedih sebagai akibat mendengarkan lagu sedih melepaskan hormon prolaktin, sehingga kita merasa enak saat mendengarkan lagu tersebut.

Sudah sampai sini tapi masih belum terpikir kenapa orang bisa sedih karena lagu atau bahkan hanya merasa sedih saja? Santai saja, kamu tidak sendirian kok!

Justru ada berbagai faktor yang membuat orang lebih terpengaruh/tidak dari mendengarkan lagu sedih seperti;

  • Kepribadian: Ladinig dan Schellenberg (2009) menemukan jika perasaan sedih lebih mungkin untuk menghasilkan perasaan sedih pada Individu dengan Agreeableness atau Neurotisme yang tinggi pada Big-Five Personality Traits Model.
  • Produksi Prolaktin yang sedikit: Davies (1997) menemukan pada beberapa individu ada yang merasa sedih, tapi tidak merasa lega dan hanya sedih. Hal ini dikarenakan produksi prolaktin yang minim atau tidak ada sama sekali.

Begitu ya teman-teman teorinya kalau berdasarkan sudut pandang yang lebih saintifiknya. Karena semua hal yang psikologis, itu juga biologis! Oh iya, perlu diingat juga ya kalau penelitian pada topik ini masih berlanjut. Sehingga ada kemungkinan ditemukannya faktor-faktor baru yang ternyata memengaruhi “Pleasurable Sadness” ini.

Kesimpulan:

Untuk merekap, kita kadang merasa nikmat/enak saat mendengarkan lagu sedih karena nostalgia dan hormon. Lagu-lagu sedih membuat kita mengingat momen-momen tertentu yang sangat mengenang di hati kita, dan melalui proses menghidupkan kembali momen tersebut, kita merasa lebih baikan.

Kemudian ada juga peran hormon prolaktin yang secara tidak langsung membuat badan kita merasa lebih rileks dan nyaman. Sekian dari saya, terima kasih!

References

  • Barrett, F. S., Grimm, K. J., Robins, R. W., Wildschut, T., Sedikides, C., & Janata, P. (2010). Music-evoked nostalgia: Affect, memory, and personality. Emotion, 10(3), 390–403. https://doi.org/10.1037/a0019006
  • Brody, S., & Krüger, T. (2006). The post-orgasmic prolactin increase following intercourse is greater than following masturbation and suggests greater satiety. Biological Psychology, 71(3), 312–315.
  • Davies, S. (1997). Why listen to sad music if it makes one feel sad? In Jenefer Robinson (Ed.), Music and meaning (pp. 242–253). Ithaca and London: Cornell University Press.
  • Hanich, J., Wagner, V., Shah, M., Jacobsen, T., & Menninghaus, W. (2014). Why we like to watch sad films. The pleasure of being moved in aesthetic experiences. Psychology of Aesthetics, Creativity, and the Arts, 8(2), 130–143. https://doi.org/10.1037/a0035690
  • Huron, D. (2011). Why is sad music pleasurable? A possible role for prolactin. Musicae Scientiae, 15(2), 146–158. https://doi.org/10.1177/1029864911401171
  • Ladinig, O., & Schellenberg, G. (2009). Effects of cognitive, emotional, and personality variables. Paper presented at the 7th Triennial Conference of the European Society for the Cognitive Sciences of Music. Jyväskylä, Finland
  • Panksepp, J. (1995). The emotional sources of ‘chills’ induced by music. Music Perception, 13, 171–207.
  • Routledge, C., Wildschut, T., Sedikides, C., Juhl, J., & Arndt, J. (2012). The power of the past: Nostalgia as a meaning-making resource. Memory, 20(5), 452–460. https://doi.org/10.1080/09658211.2012.677452
  • Vuoskoski, J. K., & Eerola, T. (2017). The Pleasure Evoked by Sad Music Is Mediated by Feelings of Being Moved. Frontiers in Psychology, 8. https://doi.org/10.3389/fpsyg.2017.00439
  • Wassiliwizky, E., Koelsch, S., Wagner, V., Jacobsen, T., & Menninghaus, W. (2017). The emotional power of poetry: neural circuitry, psychophysiology and compositional principles. Social Cognitive and Affective Neuroscience, 12(8), 1229–1240. https://doi.org/10.1093/scan/nsx069

Artikel Terkait

Leave a Comment