Sejak adanya pandemi, banyak orang dipaksa untuk bekerja secara virtual. Sudah 1.5 tahun, para pekerja terbiasa dengan metode kerja virtual. Ke depannya, akan banyak perusahaan yang membebaskan para karyawannya untuk dapat bekerja di mana pun.
Mulai bulan Mei 2020, Twitter telah mengumumkan bahwa karyawannya akan bekerja secara virtual tanpa batas waktu. Selain itu, Mark Zuckerberg memberikan kesempatan bekerja 50:50 antara rumah dan kantor dalam 10 tahun mendatang. Dengan adanya metode kerja virtual ini, muncul istilah hybrid model. Nah, sebetulnya apa sih hybrid model? Yuk, simak penjelasannya menurut PIO berikut ini.
Hybrid Model Office
Hybrid model adalah sebuah organisasi yang bekerja bukan di satu atap secara bersamaan namun terhubung melalui teknologi dari berbagai lokasi (Daft, 2010). Cara kerja didukung dengan komputer dan internet.
Berbicara tentang hybrid work, ada dua aspek penting yaitu tempat dan waktu. Selama ini, pemahaman tentang bekerja adalah mengerjakan suatu tugas di tempat tertentu di jam yang sudah ditentukan. Namun, hybrid work memberikan kebebasan para karyawan untuk bekerja di mana pun dan kapan pun.
Model kerja metode hybrid workplace ini hanya dapat diterapkan pada pekerjaan tertentu. Pekerjaan seperti keuangan, manajemen bisnis dan pekerjaan administrasi lainnya dapat diselesaikan tanpa harus datang ke kantor. Namun, untuk beberapa pekerjaan seperti kesehatan, peternakan, perhotelan dan kawasan industri perlu bekerja di kantor.
Dampak Positif Hybrid Work
1. Meningkatkan produktivitas
Hybrid work model sangat menekankan pada kebebasan karyawan. Mengacu pada job chracteristics model Hackman & Oldham (1975) bahwa sebuah desain pekerjaan yang memberikan autonomi akan mempengaruhi motivasi karyawan. Karyawan memiliki kebebasan untuk bekerja kapan pun dan di suatu tempat yang menurutnya nyaman dan dapat meningkatkan produktivitas.
2. Work-life balance
Saat bekerja work from office, perlu melakukan perjalanan pulang dan pergi. Bahkan, selama berjam-jam waktu kita habis untuk melakukan perjalanan. Model hybrid work memudahkan kita untuk tidak perlu melakukan perjalanan ke kantor. Waktu yang biasanya digunakan untuk perjalanan, kali ini dapat digunakan untuk melakukan hal yang kita sukai atau dimanfaatkan untuk me time. Hasilnya, work-life balance pun terjaga.
3. Tingkat stres yang rendah
Penelitian yang dilakukan oleh menemukan bahwa bekerja jarak jauh cenderung memiliki tingkat stres kerja yang rendah. Pekerja lebih menghemat waktu sehingga bisa menghabiskan banyak waktu dengan keluarga (Bailey & Kurland, 2002). Selain itu mereka tidak perlu menghadapi kemacetan jalan.
Strategi Memaksimalkan Hybrid Work
Hybrid work tidak hanya sebatas kebebasan bekerja kapan pun dan di mana pun, namun perlu memperhatikan bagaimana tugas dapat terselesaikan dengan baik dan maksimal. Menurut Phillips (2020) ada 3 hal yang perlu diperhatikan untuk menerapkan hybrid work. Berikut penjelasan 3 hal tersebut:
1. Pemimpin dan management
Kepemimpinan dan manajemen yang efektif menjadi faktor penting dalam kesuksesan hybrid work. Mengelola remote teams sama halnya dengan mengelola kelompok biasa. Namun, ketika bekerja jarak jauh para pemimpin perlu membangun kepercayaan dan rasa hormat.
Model hybrid work memang fokus pada fleksibilitas namun bukan berarti dengan mudahnya memberikan ketidakpastian. Misalnya, jika sudah dijadwalkan meeting dengan anggota tim perlu datang tepat waktu dan tidak membatalkan begitu saja. Tepat waktu merupakan bentuk rasa hormat dan komitmen pada anggota tim.
Pekerja jarak jauh cenderung bekerja hingga 20% lebih lama dari biasanya sehingga diperlukan dukungan dari pimpinan. Pemimpin perlu memperhatikan kondisi kesejahteraan mental anggota tim agar pekerjaan ini tidak menyebabkan stres maka dari itu diperlukan pemimpin yang memiliki empati.
2. Komunikasi
Komunikasi menjadi hal utama dalam menyelesaikan tugas dengan baik dan maksimal. Komunikasi efektif adalah hal vital untuk memastikan semua karyawan menerima dan memahami informasi. Dibutuhkan rencana untuk melakukan pertemuan rutin dengan seluruh tim dan melakukan one to one sessions.
Pertemuan rutin merupakan wadah untuk menyampaikan tujuan, agenda dan membahas hal-hal penting. Disamping itu, menjadi sarana untuk berinteraksi dengan rekan kerja. Dari kegiatan ini dapat memunculkan rasa percaya dengan tim dan mengenal lebih jauh.
Tidak dipungkiri lagi manusia sebagai makhluk sosial membutuhkan interaksi. Perlu membuat agenda informal di luar kegiatan pekerjaan agar lebih akrab dengan rekan kerja. Misalnya makan malam bersama secara virtual.
3. Budaya dan nilai
Setiap perusahaan tentunya memiliki nilai-nilai yang diusung. Tantangan bekerja jarak jauh adalah mempertahankan budaya dan nilai organisasi. Nilai organisasi bukan hanya sebatas pemahaman melainkan diwujudkan dalam perilaku kerja.
Sebuah umpan balik yang negatif ternyata dapat mengikis budaya dan menciptakan sikap apatis. Pastikan bahwa memberikan umpan balik yang membangun agar karyawan merasa dihargai. Selain itu perlu memberikan apresiasi atas pencapaian.
Pekerja jarak jauh terkadang merasa terisolasi dengan rekan-rekan kerjanya. Memberikan umpan balik yang membangun dan apresiasi merupakan cara agar karyawan merasa menjadi bagian dari kelompok dan organisasi.
Diprediksi, hybrid model akan diterapkan oleh banyak perusahaan dan model ini sangat cocok dengan karakter generasi milenial. Diharapkan dengan hybrid work banyak karyawan yang lebih produktif dan bahagia.
Referensi
- Bailey, D., & Kurland, N. (2002). A review of telework research: findings, new directions and lessons for the study of modern work. Journal of Organizational Behavior, 383-400.
- Daft, R. L. (2010). Organization Theory and Design. 2008: South Western.
- Hackman, J. R., & Oldham, G. R. (1975). Development of the job diagnostic survey. Journal of Applied Psychology, 159-170.
- Phillips, S. (2020). Working through the pandemic: Accelerating the transition to remote working. Business Information Review, 1-6.