Konten pornografi pada masa sekarang menjadi masalah besar yang kita hadapi. Pornografi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan sebagai penggambaran tingkah laku secara erotis dengan lukisan atau tulisan untuk membangkitkan nafsu berahi atau bahan bacaan yang dengan sengaja dan semata-mata dirancang untuk membangkitkan nafsu berahi dalam seks.

Kehadiran teknologi membuat pornografi tidak hanya berupa lukisan atau tulisan tetapi juga berupa video atau foto. Ketersediaan internet juga menjadi media yang cukup mudah untuk mengakses pornografi.

Meskipun demikian upaya pemerintah untuk mencegah masyarakat mengakses konten porno juga dilakukan. Melalui laman website resminya, Kementerian Komunikasi dan Informatika  telah memblokir 1 juta website yang terindikasi sebagai situs pornografi atau mengandung unsur pornografi (KOMINFO, 2019).

Namun upaya ini tidak akan cukup maksimal jika literasi mengenai bahaya pornografi tidak digencarkan. Pengaruh terhadap psikologis menjadi salah satu risiko dari bahaya pornografi. Secara ringkas, artikel ini menjelaskan beberapa bahaya pornografi menurut psikologi.

Agresi Seksual 

Individu yang sering mengkonsumsi pornografi cenderung memiliki tindakan agresi seksual tinggi dari pada individu yang jarang atau tidak mengkonsumsi pornografi (Wheelock College & Dines, 2017). Tindakan perilaku agresi seksual bisa berupa tindakan non verbal dan verbal. Tindakan seksual agresif non verbal diantaranya adalah pemerkosaan, pemukulan menyentuh, memeluk tanpa izin.

Sedangkan tindakan agresif verbal diantaranya berupa catcalling, menggoda, berkomentar di internet yang mengarah pada seksual, bercanda atau menyebut yang mengarah pada seksual, dll.

Jika kita merunut pada kasus-kasus kekerasan seksual yang ada, maka kita akan menemukan bahwa salah satu yang menjadi penyebab dari kekerasan seksual yaitu pelaku sering mengkonsumsi konten pornografi.

Hal ini juga selaras dengan pernyataan kementerian sosial  khofifah indar Parawansa bahwa pelaku yang melakukan kekerasan seksual 41% terpapar oleh pornografi (Media Indonesia, 2017).

Pornografi bisa menjadi muara atau akar dari tindakan kekerasan seksual terhadap anak dan perempuan.

Menghambat Tahap Perkembangan Sosial

Orang yang telah kecanduan mengkonsumsi pornografi cenderung akan memiliki kemampuan sosial yang maladaptif. Kegagalan individu dalam beradaptasi akan menjadi salah satu penghambat perkembangan sosial mereka.

Kegagalan yang sering ditemui yaitu anak menjadi agresif, berperilaku antisosial dan kurang sensitif terhadap keadaan sosial sehingga menurunkan rasa empati pada orang lain. Pada tahap remaja, ini akan menjadi masalah yang serius dalam menunjang perkembangan anak

Dalam sebuah penelitian mengungkapkan bahwa semakin banyak orang muda terpapar pornografi, semakin sulit bagi mereka untuk menjalin hubungan intim saat mereka melewati masa remaja hingga dewasa. Sejumlah penelitian membahas dampak pornografi pada perkembangan sosial, keterikatan, dan hubungan interpersonal remaja (Owens dkk., 2012).

Konsumsi pornografi memiliki keterkaitan dengan penyesuaian nilai-nilai sosial yang lebih rendah, khususnya terkait dengan agama, sekolah, masyarakat, dan keluarga.

Merusak Perkembangan Kognitif

Penelitian yang dilakukan Castro-Calvo dkk., (2021) menjelaskan ada beberapa masalah kognitif yang akan dihadapi oleh individu yang mengkonsumsi pornogafi yaitu bias perhatian terhadap rangsangan seksual, seperti keingian untuk martubasi ketika dihadapkan oleh rangsangan seksual tidak langsung.

Selain itu, gangguan kognitif lain yang akan dihadapi yaitu gangguan pengambilan keputusan khususnya gangguan untuk memilih keputusan yang lebih menguntungkan dalam jangka panjang dibandingkan jangka pendek.  

Gangguan-gangguan diatas menjadi manifestasi defisit dari proses kognitif pada orang yang sering mengkonsumsi pornografi.

Defisit dalam kontrol kognitif dan kematangan otak dalam mengambil keputusan dikaitkan dengan bagian otak korteks prefrontal remaja yang bertanggung jawab atas pengambilan keputusan yang buruk, impulsif, dan tantangan afektif selama masa remaja (Yurgelun-Todd, 2007).

Memiliki konsep diri dan self image yang buruk

Individu yang kecanduan pornografi kecenderungan memiliki konsep diri dan self image yang buruk. Baik pada laki-laki akan perempuan, kedua memiliki ketidakpercayaan diri (insecurity) pada diri mereka sendiri (Owens dkk., 2012). Selain itu mereka juga memiliki standar tidak realistis tentang body image dan kemampuan seksual mereka.

Kehilangan kepuasan seksual 

Pada individu yang telah memiliki pasangan atau sudah menikah, maka ini akan menjadi salah satu dampak buruk pada kepuasan seksual. Hubungan seksual dengan pasangan yang tidak sesuai atau tidak memenuhi harapan dari pasangan yang menonton pornografi menjadi penyebabnya.

Kehilangan kepuasan seksual menjadi salah satu manifestasi dari body image dan performa seksual yang tidak realistis yang ada di beberapa konten porno. 

Tinjauan komprehensif tahun 2016 juga menjelaskan bahwa dampak dari pornografi yaitu peningkatan tajam dalam disfungsi ereksi, ejakulasi tertunda, penurunan kepuasan seksual, dan penurunan libido pada pria di bawah 40  tahun saat berhubungan seks dengan pasangan (Park dkk., 2016).

Fantasi perform seksualitas tidak realistis ini, bisa mengurangi kepuasan seksual pada pasangan sehingga hal ini bisa menjadi salah satu pemicu keretakan dalam hubungan romantis. 

Kesimpulan: Mengkonsumsi pornografi memiliki dampak pada psikologis, otak, biologis penggunanya. Dampak ini tidak hanya merugikan diri sendiri, tetapi orang-orang di sekitar kita seperti anak, saudara atau orang yang kita sayangi . Selain itu, dampak perilaku seperti kejahatan seksual menjadi salah satu alasan untuk mencegah konsumsi pornografi.

Oleh karena itu, pecandu pornografi perlu usaha yang besar untuk menghentikan perilaku konsumsi pornografi. Jika pengguna terlanjur kecanduan pornografi, maka langkah yang bisa diambil yaitu pendampingan profesional psikolog melalui berbagai macam terapi yang efektif untuk dilakukan. 

Sumber

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *