Image default

8 Bias Kognitif yang Sering Muncul Dalam Kehidupan Sehari-hari

Pernahkah kalian mendengar tentang istilah bias kognitif? Bias kognitif merupakan salah satu fenomena yang sering dibahas dalam ilmu psikologi kognitif. Gagasan ini pertama kali diperkenalkan oleh Amos Tversky dan Daniel Kahneman pada tahun 1972. 

Menurut Ross (2014), bias kognitif adalah kesalahan dalam pemikiran, menilai, mengingat maupun proses kognitif lainnya yang sering timbul sebagai buah dari keteguhan akan pilihan atau preferensi/kesukaan. Bisa juga berupa keyakinan dengan mengesampingkan informasi yang bertentangan atau berbeda.

Beberapa fenomena yang kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari bisa jadi merupakan salah satu bentuk dari adanya bias kognitif dalam pengambilan keputusan. Bias yang seringkali muncul terkadang terjadi tanpa kita sadari dan tanpa kita ketahui mengapa itu terjadi.

Misalnya saja, ketika berada di lingkungan sosial, seringkali kita menilai bahwa seseorang yang good-looking memiliki kualitas yang diinginkan secara sosial, misalnya kebahagiaan, kesuksesan, dan kecerdasan. Akhirnya mereka pun diberi perlakuan khusus oleh orang lain. Padahal secara rasional, hal tersebut tidaklah berhubungan. Hal ini disebut dengan efek halo, yang merupakan salah satu bentuk bias kognitif dalam kehidupan sehari-hari.

Efek halo membuat inidvidu memiliki kecenderungan untuk memberi kesan menyeluruh (positif atau negatif) pada seseorang atau sesuatu yang didapat dari mengeneralisasi salah satu karakteristiknya. Menurut Howard J. Ross (2014) dalam bukunya yang berjudul “Everyday Bias”, bias yang terjadi pada individu dapat dipengaruhi oleh pola asumsi bawah sadar yang telah diserap sepanjang hidup. Pola ini akhirnya memengaruhi bagaimana cara seseorang mengambil keputusan dikemudian hari.

Selain efek halo, masih banyak jenis-jenis bias kognitif yang seringkali terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Berikut adalah 8 bias kognitif yang sering kita jumpai:

Table of Contents

1. Anchoring Bias (efek jangkar)

Anchoring bias juga dikenal sebagai jebakan relativitas. Bias ini terjadi karena kecenderungan dimana kita harus membandingkan dan mengontraskan hal-hal yang terbatas. Biasanya seseorang akan memercayai suatu informasi yang pertama kali ia dapatkan melebihi informasi lainnya.

Contohnya, kita menyukai seorang pemimpin dari partai A. Ketika ada seseorang memiliki pendapat yang berbeda, maka seketika kita tidak menyukai orang tersebut. Hal ini kemudian menyeret kita untuk berpikir tidak rasional, sebab kita akan mengabaikan semua informasi tidak menyenangkan yang berkaitan dengan pemimpin yang kita idolakan tersebut.

2. Barnum Effect

Efek Barnum mungkin sering kita dengar dalam kehidupan sehari-hari. Efek Barnum adalah suatu fenomena psikologis ketika seseorang akan memercayai bahwa suatu deskripsi kepribadian dirancang khusus untuk mereka, padahal deskripsi itu sebenarnya sangat umum sehingga dapat berlaku untuk banyak orang.

Contoh dari efek ini dalam kehidupan sehari-hari ialah banyaknya orang yang memercayai astrologi, ramalan, pembacaan aura, grafologi, dan beberapa jenis tes kepribadian.

Saat membaca kolom horosokop, pembaca secara aktif mencoba mengaitkan isi horoskop tersebut dengan aspek kepribadian mereka. Padahal jika ditelusuri lebih lanjut, poin-poin dalam horoskop dengan sentuhan Barnum Effect terdiri dari kalimat yang netral dan bisa terjadi pada semua orang.

3. Availability Heuristic Bias (ketersediaan heuristik)

Availability Heuristic Bias adalah jenis bias kognitif yang biasanya dilakukan oleh seseorang ketika melakukan penalaran dengan mental jalan pintas (mental shortcut) berdasarkan pada informasi yang sering mereka dapat atau yang terakhir mereka dapat dan yang paling mudah dipikirkan untuk segera diambil keputusan.

Biasanya orang mudah percaya pada informasi yang didapat dari lingkungan sekitarnya saja. Contohnya, seorang perokok yang merasa bahwa merokok tidak mengganggu kesehatan. Ternyata si perokok mendapatkan informasi bahwa Kakeknya yang perokok berat baru meninggal pada usia 100 tahun. Padahal sudah jelas bahwa merokok dapat merusak kesehatan.

4. Blind Spot Bias

Jenis bias ini menganggap bahwa orang lain telah melakukan tindakan atau pemikiran bias daripada dirinya sendiri. Jadi, blind spot bias adalah satu bias yang menganggap orang lain lebih bias.

Hal ini sering kita jumpai di sosial media dimana terkadang satu kubu merasa tindakan dan pikirannya didukung dengan pengetahuan dan literatur yang lebih objektif dibanding dengan kubu lawannya.

5. Confirmation bias (bias konfirmasi)

Confirmation bias adalah kecenderungan orang untuk mendukung informasi yang menegaskan keyakinan atau hipotesis mereka. Contohnya, kita seringkali setuju dengan orang-orang yang sependapat dengan kita.

Itulah mengapa kita cenderung lebih suka bergaul dengan orang-orang yang mempunyai pandangan dan selera yang sama dengan kita. Selain itu, kita juga cenderung merasa terganggu oleh individu, kelompok, atau sumber berita yang membuat kita tidak nyaman.

6. Choice-supportive bias

Choice-supportive bias adalah kecenderungan seseorang untuk memberikan nilai positif pada kepunyaan yang mereka pilih atau yang dimilikinya. Ketika orang memilih sesuatu, orang cenderung akan memberikan penilaian positif pada pilihannya tersebut.

Contoh dalam kehidupan kita ialah ketika kita membeli smartphone dengan merk tertentu, kita akan merasa smartphone pilihan tersebut sudah sangat sempurna untuk kita. Padahal smartphone pilihan kita juga bisa jadi memiliki banyak kekurangan.

7. Clustering illusion

Clustering illusion adalah kecenderungan manusia untuk melihat pola dalam suatu kejadian yang acak. Illusi ini disebabkan oleh kecenderungan manusia untuk meramalkan sesuatu yang berubah-ubah hanya dengan melihat sedikit sampel data yang acak.

Misalnya seorang penjudi merasakan bisa memprediksi pola-pola yang akan terjadi dalam permainan dadu.

8. Bandwagon bias

Bandwagon bias atau efek ikut-ikutan adalah kecenderungan individu untuk memperoleh gaya, perilaku, atau sikap tertentu karena semua orang melakukannya. Contohnya saja disuatu kota sedang ngetren dengan olahraga bersepeda. Karena banyak yang melakukan olahraga bersepeda itu, banyak orang berbondong-bondong untuk membeli sepeda dan bersepeda dengan berombongan. Orang yang awalnya tidak suka bersepeda menjadi tertarik untuk bersepeda karena orang-orang melakukannya.

Meski sering kali tidak disadari, kita suka mengikuti arus. Efek negatif dari bias ini dalam kehidupan sehari-hari ialah ketika terjadi semacam “groupthink” dalam pengambilan suatu keputusan kelompok. Seorang individu memilih suatu pilihan hanya karena orang lain dalam kelompok juga memilihnya. Inilah sebabnya mengapa voting pendapat seringkali menyesatkan.

Delapan poin diatas ialah sebagian dari banyaknya jenis-jenis bias kognitif yang baik disadari maupun tidak telah memengaruhi pemikiran kita dalam kehidupan sehari-hari. Bias kognitif bagi kehidupan manusia memang hal yang sangat sulit untuk dihindari, namun perlu diketahui agar dapat mengenal diri dengan lebih baik.

Oleh karena itu, alangkah baiknya jika kita sadar secara utuh mengenai setiap keputusan yang kita buat dan tidak menggunakan bias sebagai cara untuk mengambil keputusan. Meskipun hal tersebut terdengar tidak realistis, karena akan semakin memperlambat kita dalam mengambil keputusan terutama keputusan yang harus diambil secara spontan, namun kunci untuk mengurangi bias yang terjadi ialah menyadari ketika bias tersebut sudah berdampak negatif bagi kehidupan kita dan memengaruhi tujuan yang hendak kita capai.

Bibliography

Ross, H. J. (2014). Everyday Bias: Identifying and Navigating Unconscious Judgements in Our Daily Life. London: Rowman & Littlefield.

Artikel Terkait

Leave a Comment