Image default

Apa itu Kecerdasan Spiritual?

Kecerdasan adalah hal yang dimiliki manusia. Umumnya sebagian besar dari kita tahu apa itu Intelligence Quotient (IQ) dan Emotional Quotient (EQ), namun belum mengerti tentang kecerdasan spiritual. Jika IQ merupakan skor hasil dalam mengukur kecerdasan manusia sebagai nilai utama dalam berpikir rasional, tanpa IQ tentu saja kita tidak bisa berfungsi dengan baik. Sementara EQ adalah kapabilitas seorang individu untuk menyadari emosi yang terdapat dalam diri sendiri dan juga orang disekitar mereka dan menggunakan emosi dalam berpikir dan juga bertindak.

Contoh paling mudah dari EQ adalah bersimpati dan empati terhadap orang lain ketika orang lain mengalami masalah (baca cara meningkatkan kecerdasan emosi). Ternyata, kecerdasan yang ada dalam manusia tidak terbatas pada pemikiran rasional dan emosional, tetapi juga memiliki peran penting dalam spiritualitas sehingga kecerdasan spiritual atau Spiritual Intelligence (SI) mulai dibicarakan. Jika dianggap memiliki fungsi, IQ dapat dikatakan sebagai “Apa yang aku pikirkan”, EQ dapat dikatakan sebagai “Apa yang aku rasakan”, dan SI dikatakan sebagai “Apa itu Aku” yang memiliki maksud bahwa menyadari eksistensi dari diri mereka sendiri.

World Health Organization (WHO) menganggap bahwa manusia sebagai sebuah individu memiliki definisi sebagai makhluk yang bersifat sosial, psikis, dan batin. Hal tersebut tentu membutuhkan pemenuhan terhadap setiap aspeknya. Ketiga aspek tersebut memiliki syarat untuk memenuhi sifat dari manusia itu sendiri. Gampangnya, ibarat kamu ingin memiliki barang maka harus punya uang dulu untuk mendapatkan barangnya.

Jika ingin memenuhi aspek sosial tentu saja kita perlu membuka diri dengan orang lain. Jika ingin memenuhi aspek psikis maka kamu juga harus memperhatikan kesehatan mentalmu karena manusia tidak mungkin untuk hidup terus-menerus berada dalam tekanan tanpa adanya pemecahan masalah. Dalam kehidupan sehari-hari, kita tidak selamanya bisa memecahkan permasalahan tersebut secara mandiri, oleh karena itu kita dapat membicarakan masalah tersebut bersama dengan orang lain contohnya teman atau keluarga kita yang sudah kita penuhi di aspek sosial. Jika dua aspek diatas sudah terpenuhi, maka akan ada satu aspek yang dapat dipenuhi yaitu aspek batin. Menurut para ahli,  spiritualitas memiliki tanggung jawab dalam memenuhi aspek batin (Sohrabi, 2007).

Sohrabi (2007) menyatakan bahwa ada pengaruh kesehatan mental saat dihubungkan dengan kecerdasan spiritual. Emmons (2000a) mengatakan bahwa bentuk dari kecerdasan spiritual atau Spiritual Intelligence (SI) berhubungan dengan kapasitas dan kemampuan yang dapat membuat orang untuk menyelesaikan permasalahan sehari-hari dan mencoba untuk mencapai tujuan tertentu di setiap harinya. Adanya referensi yang membuktikan bahwa adanya hubungan antara kecerdasan spiritual dan berkurangnya masalah dalam lingkungan sekitar terutama lingkungan pekerjaan, dengan hal tersebut dapat dikatakan kecerdasan spiritual meningkatkan kualitas kehidupan dari orang tersebut. Beberapa ahli juga mulai mempelajari konsep baru terhadap agama dan kerohanian. Spiritualitas yang ada dalam diri kita dapat dijadikan sebagai sumber utama sebagai teknik untuk mengatasi  krisis dan trauma. Kecerdasan spiritual tersebut dapat meningkatkan kualitas hidup yang lebih baik.

Kecerdasan spiritual yang ada dalam diri kita dianggap sebagai cara kita dalam memproses eksperimen pribadi dan penambahan wawasan baru (Emmons, 2000a). Secara teknis dapat disimpulkan bahwa adanya kecerdasan secara spiritual tersebut akan memengaruhi pola pikir kita saat melakukan perencanaan atau melihat pola tertentu dari suatu kejadian.

Lalu Apa Hubungan Kecerdasan Spiritual dengan Kecerdasan yang Lainnya?

Zohar (2017) Memiliki pendapat bahwa kecerdasan spiritual merupakan hal yang lebih fundamental di antara kecerdasan yang lain. Tentu saja hal tersebut akan memaksa kita untuk mengubah cara berpikir kita yang memiliki pola pikir bahwa satu hal terbentuk hanya melalui  kecerdasan tertentu seperti IQ dan EQ saja (baca cara meningkatkan IQ). Adanya kecerdasan spiritual akan membuat mekanisme berpikir yang berbeda dalam diri kita sehingga kita dapat melihat arti atau nilai dari sebuah masalah dengan kepala yang tenang, sehingga tentu saja kita dapat lebih bijak dalam menghadapi masalah dan tidak mudah menyerah ketika mengalami kesusahan.

Kecerdasan spiritual juga akan mengoptimalkan cara berpikir rasional (IQ) dan emosional (EQ) dikarenakan kecerdasan spiritual memiliki akses yang lebih tinggi dalam hal makna, nilai, tujuan, dan aspek ketidaksadaran dari diri kita yang selalu terikat dengan makna, nilai, dan juga tujuan dalam hidup yang memberikan beragam perspektif.

Apakah Kecerdasan Spiritual Berpatok pada Prinsip?

Manusia memiliki kemampuan dalam menggunakan berbagai macam kecerdasan dan juga berprinsip pada kecerdasan tersebut. Dalam hal ini, kamu dapat menerapkan 12 prinsip kecerdasan spiritual yang dikemukakan oleh Zohar sebagai prinsip utama yaitu:

1. Self Awareness

Kesadaran diri menjadi poin penting untuk meningkatkan kecerdasan spiritual. Hal tersebut menjadi nilai utama untuk motivasi. Contohnya adalah sebuah kepercayaan atau nilai dari suatu

2. Spontaneity

Maksud dari spontanitas disini bukan asal melakukan tindakan tanpa memikirkan konsekuensi ya. Spontanitas yang dimaksud adalah Hidup secara responsif terhadap moment yang kamu jalankan saat ini. Menjadi sadar dengan tindakan apa yang kita pilih.

3. Being Vision and Value-led

Mempunyai visi sebagai kapasitas diri dalam memotivasi diri kita dan mencari nilai yang ada dalam kehidupan kita. Hal tersebut akan membuat kita menjadi lebih konstruktif dalam pandangan hidup.

4. Holism

Menyadari bahwa setiap bagian dari diri kita adalah bagian dari sistem yang besar. Kalimat tersebut memiliki arti bahwa kita memiliki peran atau koneksi pada setiap kejadian dan selalu terhubung dengan berbagai macam kejadian.

5. Compassion

Rasa kasih sayang yang timbul dalam diri kita terbentuk karena adanya rasa empati yang dalam. Hal tersebut menyebabkan diri kita menjadi orang yang tidak hanya memahami perasaan tersebut tetapi juga ikut merasakan perasaan tersebut.

6. Celebration of Diversity

Belajar untuk menerima adanya perbedaan di setiap kehidupan. Manusia selalu memiliki pemikiran yang unik dalam diri kita sehingga muncul sebuah pemikiran yang tidak selamanya sejalan dengan kita. Dengan cara menghormati dan mencoba untuk memahami cara pandang orang lain hal tersebut akan meningkatkan kesadaran diri dan empati kita.

7. Field Independence

Berani untuk menjadi orang yang dapat melawan arus dan independen. Tidak selamanya dirimu bisa sejalan dengan lingkungan atau orang di sekitarmu, ada saatnya kamu harus dapat melangkah mandiri dan bisa mengandalkan dirimu sendiri.

8. Humility

Merupakan kebalikan dari Field Independence yaitu menyadari bahwa dirimu aktor yang ada dalam sebuah drama yang lebih besar. Kamu dipaksa untuk menanyakan dirimu sendiri seperti “apakah tindakan yang kamu lakukan benar?” memiliki pertanyaan yang dalam tentang apa yang kita lakukan dalam menghadapi konsekuensi dari tindakan yang kita lakukan. Kesannya seperti overthinking sih, tapi hal ini cukup membantu kamu agar kamu tidak terpaku pada perspektifmu terus menerus.

9. Tendency to Ask “Why?” Questions

Selalu memiliki pertanyaan di dalam pikiran kita. Pikiran yang penuh dengan akan pertanyaan akan membuat kita menjadi orang yang ingin tahu. Dengan pertanyaan tersebut kita akan mencari jawaban dari semua pertanyaan kita.

10. Ability to Reframe

Kemampuan untuk melihat keadaan melalui lensa yang berbeda. Ibarat kata “mundur satu langkah untuk maju dua langkah”, kita harus mundur atau diam sejenak dan mulai berpikir melalui gambaran yang lebih besar.

11. Positive Use of Adversity

Bersifat positif terhadap rasa susah kita. Terkadang kita tenggelam dalam gengsi sih kalau terkena masalah. Padahal ketika kita mengakui kesalahan atau masalah kita. Menyadari bahwa hidup akan selalu dibayangi oleh penderitaan dan kita harus bisa melihat sisi positif dari hal tersebut.

12. Sense of Vocation

Rasa untuk terpanggil pada sebuah kewajiban. Maksud dari pernyataan tersebut adalah kita sebagai bagian dari komunitas ikut berkontribusi terhadap masyarakat karena masyarakat sudah memberikan kontribusi terhadap kita. Oleh karena itu kita terpanggil untuk melaksanakan sebuah tugas.

Kesimpulan dari Tulisan Ini               

Kecerdasan spiritualitas memiliki peran penting dalam kehidupan sehari-hari. Hal tersebut dikarenakan adanya konsep berpikir yang tidak hanya satu sisi tetapi juga mencari arti dan nilai dari suatu permasalahan sehingga permasalahan tersebut dianggap sebagai batu loncatan untuk menjadi versi lebih baik dari diri kita sendiri. Walaupun dinamakan kecerdasan spiritual, hal tersebut tidak terus berpaku terhadap agama, karena kecerdasan spiritual juga dapat dicapai dengan berbagai cara contohnya adalah meditasi. Peningkatan kecerdasan spiritual akan memengaruhi kualitas kehidupan yang ada menjadi lebih baik. Kecerdasan spiritual juga dapat dikatakan sebagai penyeimbang dari pemikiran kita yang rasional dan pemikiran kita yang emosional sehingga membentuk sebuah pengalaman baru dalam diri kita untuk menggapai makna dan nilai baru dari diri kita ataupun orang lain di sekitar kita.

Referensi:

Emmons, R. A. (2000a). Is spirituality an intelligence? Motivation, cognition, and the psychology of ultimate concern. The International Journal for the Psychology of Religion, 10(1), 3–26.

Emmons, R. (2000b). Spirituality and intelligence: Problems and prospects. International Journal for the Psychology of Religion, 10(1), 57–64.

Ewert, A., & Chang, Y. (2018, May 17). Levels of Nature and Stress Response. Retrieved from https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC5981243/

In touch, in tune. (2009, September 18). Retrieved from https://www.news24.com/health24/Natural/Life-lessons/In-touch-in-tune-20120721

Moallemi, S., Bakhshani, N. M., & Raghibi, M. (2011). On the relationship between mental health, spiritual intelligence and dysfunctional attitudes in students of Systan and Baluchestan University, Southeast of Iran.

Moallemi, S. (2014, February 15). Spiritual intelligence and high risk behaviors. Retrieved from https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC4070194/#A18477R7

Nazir, S. A. P. S. M., & Nazir, A. (2018). REVIEW AND ANALYSIS OF A NEW INTELLIGENCE: THE SPIRITUAL INTELLIGENCE. Advance and Innovative Research, 309.

Skrzypińska, K. (2020). Does spiritual intelligence (SI) exist? A theoretical investigation of a tool useful for finding the meaning of life. Journal of religion and health, 1-17.

Sohrabi, F. (2007). Fundamental of spiritual intelligence.

Zohar, D. (2017, November 26). Spiritual Intelligence: A New Paradigm for Collaborative Action. Retrieved from https://thesystemsthinker.com/spiritual-intelligence-a-new-paradigm-for-collaborative-action/

Vaughan, F. (2002). What is Spiritual Intelligence? Journal of Humanistic Psychology42(2), 16–33. https://doi.org/10.1177/0022167802422003

Artikel Terkait

7 comments

Wawan Aji Saputro February 9, 2021 at 5:47 PM

Ya betul, jadi IQ tidak bisa mematokkan untuk menilai seseorang itu pintar atau tidak. Karen tes IQ hanya membuat pusing sebagian orang dengan pola-pola yang rumit atau dengan pertanyaan yang tidak dimengerti sebagian orang dan dengan waktu yang singkat. Itu seperti diskriminasi pada orang yang mendapat nilai IQ rendah. Sebaliknya, EQ lah yang membuktikan orang itu benar-benar cerdas dan menilai semua orang cerdas. Mempunyai simpati dan empati terhadap orang lain merupakan hal yang utama. Itu ada kaitannya pada pelajaran keagamaan yaitu Hablumminannas. Hubungan kita, rasa cinta kita dengan keadaan horizontal dan itu wajib. Jadi EQ lebih baik untuk menilai seseorang, karena penilaian bukan hanya dari otaknya saja , bukan hanya dari pikirannya saja namun juga dari hatinya. Salam hangat

Reply
Indriyani February 9, 2021 at 10:40 PM

Mantab sekali kak penjelasannya. Sangat rinci. Terkadang kita ngelupain kecerdasan spiritual hanya karena terlalu banyak membahas IQ, dan setelah baca artikel ini jadi punya pemahaman baru, kalo SI bener2 sangat penting untuk kita kembangkan.
Thanks kak ilmunya

Reply
Syifa Arohmah Nur Fitriana February 10, 2021 at 8:34 AM

Terimakasih min ilmunya, sangat bermanfaat dan mudah dicerna bagi orang awam seperti saya.

Reply
Desla Fitria February 10, 2021 at 4:37 PM

Jadi inget bahwa, orang yang berilmu itu adalah orang yang paling takut kepada Allah Subhanahu Wa Taala…
Sangat berhubungan antara IQ dan juga SQ ini

Reply
Reza nugraha February 11, 2021 at 6:32 PM

Wah mantep banget min , terimakasih banyak atas ilmunya . Saya banyak dapet ilmu dari akun ini

Reply
Nita February 12, 2021 at 2:51 PM

Sebelumnya saya Sangat berterimakasih dengan artikel ini,sangat bermanfaat sekali untuk memperluas pengetahuan,saya Sangat setuju bahwa kecerdasan spiritual juga penting. IQ EQ DAN SI sama sama pentingnya

Reply
Furnimaker August 24, 2022 at 7:11 PM

SQ itu pintu gerbang menuju kecerdasan yang lebih tinggi. Ini yg jarang diketahui oleh banyak orang.
Jika kita andaikan intelligence adalah software, maka sistem kerja IQ dibatasi oleh rasio (perbandingan) dan data (memori). Sedangkan SQ tidak dibatasi oleh 2 hal tersebut.
Ada ungkapan – ungkapan yg tidak mungkin dicerna oleh IQ tapi bisa dengan mudah dicerna oleh SQ, misal “Sugih tanpo bondho” (kaya tanpa harta), “Sekti tanpo aji” (Sakti / Cerdas tanpa ajian / kelebihan), “Ngluruk tanpo bolo” (Menyerbu tanpa bantuan orang lain), “Menang tanpo ngasorake” (Menang tanpa merendahkan), “kosong adalah isi dan isi adalah kosong”, “Bersamaan dengan kesulitan ada kemudahan”, “Didalam kelemahan ada kekuatan dan didalam kekuatan ada kelemahan”.
Dan berbagai ungkapan lain yg bersifat “bertabrakan” (beyond logic, tidak dapat dilogika)
Jika kita mampu mencerna salah satu ungkapan tersebut diatas, maka software SQ kita telah aktif. Selamat mencoba …

Reply

Leave a Comment