Terdapat banyak sudut pandang terhadap romansa yang mulai terungkap kepada dunia. Bahkan para ilmuwan juga mengakui bahwa ada kekurangan riset pada topik-topik seperti aromantik. Minimnya riset mengenai topik psikologi cinta ini memaksa saya untuk melihat beberapa blog, jadi informasi ini jangan diterima secara mentah-mentah ya.
Okedeh, sekarang kita bahas yang yang sudah diketahui dulu yak.
Pengertian Aromantik
Kasarannya banget nih, orang yang aromantic tidak memiliki ketertarikan romantik terhadap siapapun. Tapi, bukan berarti mereka aseksual (tidak merasakan ketertarikan seksual) ya. Seringkali orang yang aromantik dipanggil “aro.”
Masih ada stereotip yang mengatakan kalau orang aromantis tidak bisa menikmati sex, karena mereka dihubungkan dengan orang askesual. Menariknya, seorang aromantic tidak merasakan ketertarikan romantis tetapi masih menikmati sex (Antonsen, Zdaniuk, Yule, Brotto, 2018).
Umumnya, manusia memiliki ketertarikan romantis yang menuntun mereka untuk mendekati orang tersebut. Romantic attraction adalah suatu hal yang… sedikit rumit. Reinhard, Gerlach, dkk (2018) menjelaskannya sebagai reaksi positif terhadap calon pasangan romantis, seringkali dimulai pada pertemuan pertama/awal kedua orang tersebut. Pada jurnal yang sama, mereka juga menjelaskan kalau hal ini akan memunculkan reaksi positif dengan empat jenis komponen:
- Kognitif: memiliki pikiran dan kepercayaan yang positif mengenai orang tersebut
- Afektif: Memiliki perasaan dan emosi terhadap orang tersebut
- Motivasional: Memiliki hasrat untuk mendekati orang tersebut
- Behavioral: Secara sadar memilih untuk duduk/berjalan berdekatan
Seseorang yang mengidentifikasi dirinya sebagai aromantik, masih bisa tertarik secara seksual terhadap orang lain. Namun, mereka hanya saja tidak jatuh cinta.
Ciri-Ciri Individu Aromantik
Mereka bisa merasakan cinta yang platonis dan cinta antar anggota keluarga. Namun, mereka tidak merasakan cinta seperti yang di Romeo dan Juliet atau kisah cinta yang umum lainnya.
Umumnya seseorang bisa merasakan perbedaan jenis cinta yang diberikan kepada peliharaan, keluarga, dan dengan pasangan. Sayangnya mereka yang mengidentifikasi diri sebagai Aromantik tidak bisa melakukan itu.
Ciri-ciri aromatik adalah:
- Tidak pernah ataupun tidak yakin pernah jatuh cinta terhadap siapapun
- Memandang romansa dengan konotasi negatif (membosankan, mengecewakan, mengganggu).
- Kesusahan untuk memahami pembicaraan teman mengenai yang cinta.
- Tidak memahami tindakan seseorang yang dipengaruhi cinta (irasional, aneh, berlebihan).
- Tidak merasakan antusiasme terhadap cinta/komitmen terhadap pasangan.
- Merasa tidak nyaman dalam sebuah hubungan, seperti merasa tegang, bersalah, tidak bisa membantu, atau tertekan. Padahal, tidak ada pihak yang bermasalah dalam hubungan itu.
- Lebih tertarik dalam hubungan pertemanan dibandingkan romantis.
- Melihat hubungan ”Friends With Benefits” lebih ideal dibandingkan hubungan romantis yang berkomitmen.
- Tidak memahami cerita-cerita romantis, cerita itu terkesan membosankan, tidak bermutu, dan tidak masuk akal.
Masih banyak lagi ciri-ciri orang aromantik, bahkan berbagai blog memberikan ciri-ciri yang berbeda kepada mereka. Saya hanya menyantumkan ciri-ciri spesifik saja.
Hubungan Seseorang yang Aromantis
Orang-orang yang aromantik mampu memiliki hubungan yang bahagia dan tahan lama dengan pasangannya. Istilah gebetan bagi seseorang yang aromantis adalah squish. Pada dasarnya, squish adalah keinginan untuk memiliki hubungan platonis yang lebih intim.
Ada juga hubungan ”Queerplatonic.” Hal ini kurang lebih sama dengan squish. Hubungan pertemanan platonik, yang lebih intim. Setiap anggota LGBTQIA+ memiliki definisi tambahan untuk queerplatonic relationship. Pada wawancara yang dilakukan oleh (Rimm, 2016) Kai dan Mari menggunakan istilah ”queerplatonic” untuk memperjelas hubungan platonis intim mereka diantara hubungan platonis lainnya.
Apakah Seseorang yang Aromantik Melakukan Seks?
Yup, beberapa diantara mereka tetap melakukan seks. Anggota komunitas aromantik tidak sepenuhnya memiliki pikiran yang sama, ada yang melakukan seks dan ada yang tidak tertarik untuk melakukannya.
Ada orang aromantik yang lebih memilih sentuhan intim seperti berpelukan, berpegangan tangan, dan ”affectionate touching.” Affectionate touching adalah sentuhan dengan implikasi intim seperti membelai, mencium dahi, dan lain-lainnya.
Kemudian ada para individu aromantik yang sama sekali tidak menikmati sentuhan fisik. Mereka membangung hubungan intim melalui media lainnya dan individu dengan preferensi seperti ini tidak sedikit.
Hidup Seorang Individu Aromantik Tidak Selalu Hitam dan Putih
Mungkin bagian ini berfungsi sebagai informasi tambahan. Individu aromantik juga memiliki saat ketika mereka merasakan perasaan romantis. Lalu apakah mereka aromantik?
Individu aromantik yang mengalami situasi seperti ini mengidentifikasi dirinya sebagai ”demiromantic” atau ”grey romantic.” Biasanya mereka tidak merasakan ketertarikan romantis, tetapi pada situasi tertentu, ya merasakan.
Nah, mungkin ini semua membuatmu bingung atau merasa… aneh. Saya ingin mengatakn kalau para individu aromantik tidak kebingungan maupun sakit secara mental.
Menjadi Aromantik Bukan Berarti Menderita Sakit Jiwa
Perbedaan dalam orientasi seksual bukanlah difungsi seksual. Kita lambat laun akan memahami bahwa tidak semua orang mengalami sesuatu seperti ”jatuh cinta.”
Siapapun bisa mengidentifikasi dirinya sebagai aromantik, apapun latar belakang dan budayanya. Menjadi aromantik juga tidak ada hubungannya dengan trauma terhadap hubungan romansa yang buruk atau kekerasan seksual.
Menjadi aromantik bukan permasalahan belum menemukan pasangan, atau sedang lagi ingin jomblo saja. Seseorang mengidentifikasi dirinya sebagai aromantik karena dirinya memang kesusahan untuk merasakan dan mengekspresikan cinta.
Amatonormativity
Mungkin anda merasa aneh ketika mendengar ini semua dan istilah ini kurang lebih bisa menjelaskan perasaan anda. Menurut Brake (2012) amatonormativity adalah asumsi bahwa hubungan asmara bersifat sentral dan eksklusif bagi manusia. Bisa juga dikatakan sebagai tujuan yang berlaku bagi seluruh dunia, hubungan ini perlu dan dijunjung diatas segala jenis hubungan lainnya.
Singkatnya, Cinta diatas Segalanya!
Preferensi masyarakat umum untuk cinta yang bikin hati tetangga meleleh membuat para individual aromantik merasa terpinggirkan dan terisolasi.
Pada akhirnya, semua hubungan itu sama-sama berharga. Mau itu cinta sehidup semati, hubungan rekat antara para sahabat, dan lain-lainnya. Sehat tidaknya hubungan itu bisa dilihat dari aspek komunikasi, pemahaman, humor, dukungan, dan cinta.
Romance is optional.
Referensi:
Antonsen, Amy; Zdaniuk, Bozena; Yule, Morag; Brotto, Lori. (2020). “Understanding Differences in Romantic Attractions Among Persons Identifying as Asexual”. Archives of Sexual Behavior. 49 (5): 1615–1630. doi:10.1007/s10508-019-01600-1. PMID 32095971. S2CID 211476089
Brake, Elizabeth. 2012. Minimizing Marriage: Marriage, Morality, and the Law. Oxford: Oxford University Press.
Gerlach, T. M., Arslan, R. C., Schultze, T., Reinhard, S. K., & Penke, L. (2017). Predictive validity and adjustment of ideal partner preferences across the transition into romantic relationships. Journal of Personality and Social Psychology. Advance online publication. https://doi.org/10.1037/pspp0000170.
LGBTQIA+ history month: You might be on the aromantic spectrum if…. (n.d.). DIH. http://www.dih.si/en/interesting-en/2019/you-might-be-on-the-aromantic-spectrum-if
Rimm, H. (2016, Maret 17). Never Heard of Queerplatonic Relationships? Here’s What You Need to Know. HELLOFLO. https://helloflo.com/hannah-queerplatonic-relationships/
Tambahan kak, ga semua aromantik “gak suka” dengan cerita romansa
Kalau tidak nyaman dengan sentuhan lawan jenis, termasuk aromantic juga?