wanita selingkuh

5 Alasan Wanita Selingkuh Menurut Psikologi

Memiliki pasangan yang setia adalah mimpi setiap manusia. Kesetiaan menjadi salah satu harapan dari sebuah hubungan. Namun ada beberapa pasangan yang tidak seberuntung pasangan lain yang mendapatkan kesetiaan dari pasangan mereka.

Tentu keadaan ini akan menghancur hati, menimbulkan amarah, kecewa, tidak percaya, dan bahkan tidak percaya diri karena kita telah memberikan yang terbaik untuk pasangan kita, namun justru dibalas oleh sebuah pengkhianatan. Perselingkuhan memberikan dampak yang negatif pada pasangan yang dikhianati. Perselingkuhan juga meningkatkan depresi dan berpengaruh terhadap kesehatan mental seseorang  yang  menjadi  korban perselingkuhan.

Bagaimanapun buruknya hubungan dengan pasangan, perselingkuhan tidak dibenarkan. Dalam penelitian-penelitian sebelumnya, alasan perselingkuhan laki-laki lebih banyak diteliti dibandingkan daripada wanita. Meskipun pelaku perselingkuhan banyak di antaranya adalah laki-laki, ternyata dari wanita juga banyak melakukan perselingkuhan baik dari segi emosional dan seksual.  

Ada banyak alasan perselingkuhan terjadi. Berikut kami telah merangkum 5 alasan wanita melakukan perselingkuhan.

Table of Contents

5 Alasan Wanita Selingkuh

1. Faktor Intrapersonal

Penyebab perselingkuhan tidak hanya terjadi karena faktor eksternal saja tapi ada faktor intrapersonal dalam diri sebagai karakteristik sifat dari pelaku selingkuh. Faktor Intrapersonal dijelaskan oleh Messripour et al., (2016) dibagi menjadi 3 sifat karakter dari wanita melakukan perselingkuhan, yaitu:

Pencari Perhatian

Salah satu faktor terpenting dalam memprediksi perselingkuhan sensation seeking (pencari perhatian). sifat ini menjadi reaksi terhadap frustrasi dari dirinya. Ciri-ciri kepribadian orang yang mencari sensasi dikaitkan dengan risiko seksual dan impulsif.

Wanita memiliki lebih banyak pasangan seksual dan cenderung berperilaku seksual berisiko tinggi dan sikap permisif terhadap seks. Seorang yang kerap mencari perhatian terhadap lawan jenis bisa jadi menjadi salah satu sifat dari pelaku selingkuh

Harga Diri Rendah dan Citra Diri Buruk

Wanita yang memiliki harga diri rendah dan citra diri negatif akan melakukan perselingkuhan dengan mencari hubungan di luar untuk membuktikan diri harga diri  yang tinggi dan citra diri yang baik. Untuk menjaga dan memperkuat harga diri dan citra diri mereka, wanita yang terlibat dalam perselingkuhan berusaha untuk menunjukkan melalui perilaku mereka bahwa harga diri mereka tinggi dan tidak ada masalah dalam hal ini.

Kebahagiaan yang Ditekan

Perilaku ini akan sejalan dengan sikap non-responsif dari pasangan. Kebahagiaan yang ditekan merujuk pada perasaan emosi yang tidak diinginkan diabaikan oleh pasangan. ketika wanita mengungkap perasaan cinta namun pasangan tidak memberikan respons yang baik.

Contoh sederhana seperti ketika wanita mengatakan I love you dan pasangan menjawab bahwa “kita bukan laki anak kecil untuk mengatakan itu”. perkataan tersebut menjadi respons yang buruk bagi wanita. Mungkin untuk sebagian orang itu adalah hal yang tidak penting, tapi perasaan seperti ini perlu untuk diungkapkan agar tetap menumbuhkan perasaan kasih sayang terhadap pasangan.

2. Kebutuhan Emosional dan Ketidakpuasan Dalam Hubungan

Dalam sebuah penelitian yang dilakukan oleh Messripour et al., (2016)Tidak terpenuhinya kebutuhan emosional diperhitungkan sebagai teori dasar dari perselisihan perkawinan. Masalah yang berkaitan dengan kegagalan dalam memenuhi kebutuhan emosi wanita menjadi alasan perselingkuhan terjadi.

Wanita yang tidak bertahan lebih lama dalam hubungan akan lebih sering dikaitkan dengan penurunan kepuasan dalam hubungan (Glass & Wright, 1977). Penyelidikan lain juga menekankan bahwa perselingkuhan wanita terkait erat dengan konflik dan ketidakpuasan dalam hubungan.

3. Ketidakstabilan dan Perbedaan Nilai Pasangan

Kurangnya koordinasi dan ketidakstabilan dalam tujuan bersama menjadi faktor perselingkuhan (Messripour et al., 2016). Manifestasi dari ketidakstabilan ini kemungkinan besar akan menjalin hubungan baru dengan orang lain untuk mengimbangi tujuan. Seseorang dalam masa ketidakstabilan ini percaya bahwa hubungan mereka saat ini memiliki sedikit kemampuan untuk memperluas kapasitas.

Perlu untuk mengkoordinasi mengenai tujuan dari sebuah hubungan akan menjadi titik baik untuk keduanya. Mentoleransi perbedaan nilai atau prinsip akan memberikan kesempatan bagi pasangan kita untuk saling memahami arti dari kebersamaan untuk saling melengkapi.

4. Alasan Seksual

Bagi pasangan suami-istri faktor seksual menjadi salah satu indikator atau alasan untuk berkhianat dalam ikatan suci mereka. Kepuasan kebutuhan mungkin dapat dianggap sebagai indeks yang dalam menentukan kepuasan dalam hubungan.

Orang yang tidak puas dengan hubungan seksual mereka memiliki kecenderungan lebih untuk terlibat di luar hubungan pernikahan untuk mencari kepuasan seksual di tempat lain (Messripour et al., 2016). Ketidakpuasan seksual selama tahun pertama kehidupan pernikahan membuat mereka rentan terhadap perselingkuhan.

Kendati demikian dalam berbagai sumber perselingkuhan yang dilakukan oleh wanita lebih mengarah pada perselingkuhan bersifat emosional, sedangkan laki-laki mengarah pada perselingkuhan seksual.

5. Tidak Bahagia Bersama Pasangan

Berdasarkan hasil penelitian Scheeren et al., (2018) alasan wanita selingkuh adalah karena wanita tidak bahagia dengan pasangannya. Wanita dibuat merasa menarik oleh pasangan selingkuh mereka. Alasan ini menjadi alasan wanita untuk mencari pasangan jangka panjang yang lebih baik.

Poin ini dapat dikaitkan dengan kebutuhan wanita yang tidak terpenuhi baik oleh pasangan. Ini juga dikaitkan dengan wanita lebih cenderung melakukan perselingkuhan secara emosional sehingga mencari laki-laki lain untuk memenuhi kebutuhan tersebut.

Daftar Pustaka

  • Glass, S. P., & Wright, T. L. (1977). The relationship of extramarital sex, length of marriage, and sex differences on marital satisfaction and romanticism: Athanasiou’s data reanalyzed. Journal of Marriage and the Family, 39, 691–703. https://doi.org/10.2307/350475
  • Messripour, S., Etemadi, O., Ahmadi, S. A., & Jazayeri, R. (2016). Analysis of the Reasons for Infidelity in Women with Extra-marital Relationships: A Qualitative Study. Modern Applied Science, 10(5), 151. https://doi.org/10.5539/mas.v10n5p151
  • Scheeren, P., Apellániz, I. de A. M. de, & Wagner, A. (2018). Marital Infidelity: The Experience of Men and Women. Trends in Psychology, 26, 355–369. https://doi.org/10.9788/TP2018.1-14Pt
This entry was posted in Perempuan on by .

About Irma Dasi, S.Psi., M.A

Irma memiliki minat pada bidang Psikologi Klinis, Sosial, Perkembangan dan Cyber Psychology. enam tahun terakhir ini Irma lebih banyak mengkaji mengenai cyber Psychology dalam kaitannya dengan kesehatan mental remaja. Ketertarikan Irma terhadap penelitian psikologi membuatnya ingin menjadi seorang ilmuwan, pendidik dan penulis mengenai riset-riset terkini dari keilmuan psikologi.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *