Buat kalian cewek-cewek, pastinya suka kesal nggak sih bila tiba-tiba cowok kalian menghilang nggak ada kabar alias ghosting? Yang lebih aneh lagi, ketika diajak berkomunikasi, dia malah menarik diri dan nggak mau diganggu siapa pun. Yah, memang terkadang kita harus memaklumi adanya tingkah laku mereka. Apalagi, ketika cowok kamu sedang banyak masalah.
Jangan salah sangka. Sebetulnya, ada alasan psikologis yang bisa mengungkap perilaku unik para cowok. Kali ini, kita akan membahasnya bersama-sama dari berbagai sumber yang scientific, bukan dari asumsi-asumsi dan stereotip belaka. Penasaran? Yuk, simak bersama-sama artikelnya sampai habis!
Perbedaan Volume Otak dan Pola Pikir
Nah, sekarang kita akan membahas terlebih dahulu dari sisi kognitif, yakni perbedaan anatomi otak. Cewek dan cowok ternyata punya volume otak yang berbeda, lho! Usut punya usut, otak cowok itu 10-11 persen lebih besar daripada otak cewek. Hm, apakah hal itu berarti cowok cenderung lebih cerdas?
Eits, jangan cepat-cepat menyimpulkan dulu! Perbedaan volume bukan berarti perbedaan inteligensi, namun berefek pada fungsi area tertentu di otak.
Cowok cenderung punya lobus inferior-parietal yang lebih besar daripada cewek. Lobus inferior-parietal adalah area otak yang berkaitan dengan kemampuan matematis, prediksi, dan penilaian, yang biasanya digunakan ketika memperkirakan soal waktu, jarak, dan kecepatan.
Nah, makanya cowok bisa dikatakan punya pola pikir yang cenderung berorientasi logis. Bagaimana dengan cewek? Sebuah riset yang dilakukan oleh Diane Halpern, Ph.D. mengemukakan bahwa cewek cenderung lebih terampil dalam kemampuan verbal, khususnya menulis dan berbicara.
Namun belakangan ini, para ilmuwan masih terus menggali sebetulnya apa yang menyebabkan perbedaan kognitif cewek dan cowok ini. Yang paling memungkinkan adalah spekulasi bahwa hasil evolusi selama berabad-abad, yang membuat manusia selalu belajar dari leluhurnya mengenai bagaimana caranya bersikap, berpikir, dan berperilaku.
Perbedaan Cara Memproses Emosi
Menurut teori, cewek dan cowok punya kecenderungan memproses emosi yang berbeda karena pengaruh biologis dan sosio-kultural. Secara biologis, cowok memiliki kadar hormon testosteron yang lebih tinggi daripada cewek. Hormon ini mendukung perkembangan organ reproduksi dan pertumbuhan fisik selama masa pubertas.
Namun secara emosional, naik-turunnya kadar testosteron dapat mempengaruhi tingkat agresi dan perubahan mood pada cowok. Cowok dengan kadar testosteron normal biasanya akan stabil secara emosional. Namun, apabila stres berkepanjangan, level kortisol akan meningkat, sehingga hormon testosteron bisa menurun, yang menyebabkan individu mudah terkena kecemasan dan depresi.
Lalu, bagaimana tepatnya cowok memproses emosi? Sebetulnya, caranya nggak jauh berbeda dari cewek. Cowok dan cewek sama-sama memiliki sistem limbik di otak yang berperan dalam reaksi emosional, kewaspadaan, dan reproduksi. Namun, sebuah penelitian dari Deng (2016) membuktikan bahwa cewek lebih ekspresif dibandingkan cowok, terutama jika dihadapkan dengan emosi negatif.
Perbedaan ini ditunjukkan dari level detak jantung cewek, yang jauh lebih cepat dibandingkan cowok, apabila diberi stimulus yang memicu emosi negatif. Secara biologis, detak jantung yang meningkat cepat merupakan bagian dari respon alami manusia terhadap amarah dan rasa takut.
Stereotip Mengenai Cowok Mempengaruhi Keterbukaan
Budaya masyarakat yang cenderung patriarkis ternyata berperan juga dengan keterbukaan cowok terhadap isu-isu emosional. Di masyarakat Asia, budaya patriarki tidak hanya berdampak bagi kehidupan wanita, namun juga laki-laki, melalui pandangan toxic masculinity.
Misalnya, cowok nggak boleh nangis, karena harus menjadi pribadi yang kuat dan tahan banting. Harapan masyarakat terhadap sosok laki-laki sangatlah tinggi, baik itu dari segi perilaku, pendidikan, status sosial, dan status ekonomi. Sebagai contoh, laki-laki harus menjadi pemberi nafkah bagi wanita, pemimpin keluarga, dan diharapkan bisa menjadi teladan dari sikapnya.
Tips Mengajak Cowok Curhat
Nah, dari uraian yang sudah kita bahas, kita bisa menyimpulkan bahwa ada benarnya juga anggapan bahwa cowok cenderung ‘nggak peka’ dibandingkan cewek. Pengaruhnya dari segi biologis dan kultural. Meskipun demikian, bukan berarti cowok nggak merasakan emosi yang kuat.
Mereka cenderung tidak mengekspresikannya seperti cewek. Itulah kenapa, sebagai cewek, kita perlu mengetahui pendekatan yang tepat untuk mengajak mereka terbuka. Gimana, sih, caranya?
1. Cari Waktu yang Tepat
Pernah nggak sih kamu sama cowok kamu bertengkar cuma gara-gara dia nggak mau bicara soal sesuatu yang serius? Makanya, kunci pertama dari mengajak cowok curhat adalah harus sabar.
Namanya terbuka pasti butuh waktu, makanya jangan cepat-cepat mengajak mereka diskusi sesuatu yang berhubungan dengan perasaan. Kalau kamu memaksa mereka terbuka, mereka justru akan semakin terganggu.
2. Kalau Masih Tertutup, Jangan Dikejar!
Setiap orang, nggak mesti cowok atau cewek, yang nggak nyaman berbagi tentang emosinya, seringkali bersikap defensif. Ghosting adalah salah satu tindakan yang menunjukkan sikap defensif tersebut. Jika kamu mendapati cowokmu melakukan ini, jangan buru-buru menyimpulkan bahwa ada yang salah dengan dirimu. ‘
Bisa jadi, dia sedang menghadapi masalah yang nggak mau diceritakannya. Biarkan saja dia memproses emosinya sendiri. Nantinya, jika dia memang ingin berbagi, dia akan terbuka sendiri, kok.
3. Manfaatkan Waktu Luang Bersama
Salah satu cara untuk mengajak seseorang terbuka dengan kita adalah menghabiskan waktu bersamanya. Hal ini berlaku pada semua gender. Penelitian membuktikan bahwa pasangan yang menghabiskan waktu luang bersama akan memiliki kepuasan dalam hubungan yang tinggi karena kualitas hubungan interpersonal mereka menjadi lebih baik.
Penutup
Nah, sekarang kita sudah tahu apa saja alasan cowok nggak suka curhat, kan? Terus, kita juga sudah membahas bagaimana caranya mengajak mereka mengobrol tentang perasaan. Namun, perlu diingat bahwa nggak semua cowok itu seperti yang kita bicarakan di atas, ya!
Meskipun secara biologis, ada faktor yang mempengaruhi kepekaan cowok terhadap perasaan, keterbukaan seseorang terhadap perasaannya tetap bergantung dari latar belakang keluarga, sosial, dan budayanya.
Referensi:
- Felsman, P., Verduyn, P., Ayduk, O., & Kross, E. (2017). Being present: Focusing on the present predicts improvements in life satisfaction but not happiness. Emotion, 17(7), 1047–1051. https://doi.org/10.1037/emo0000333
- Frankl, V. (2017). Man’s Search for Meaning. Jakarta: Noura Publishing.
- Jacinto, G., & Edwards, B. (2011). Therapeutic Stages of Forgiveness and Self-Forgiveness. Journal of Human Behavior in the Social Environment, 21, 423–437. doi:10.1080/15433714.2011.531215.
- Schultz, D., & Schultz, D. (1991). Psikologi Pertumbuhan. Yogyakarta: Penerbit Kanisius.