Hai, apa kabarmu hari ini? Mungkin baik, mungkin juga tidak. Setiap orang pasti akan mendeskripsikan harinya dengan cara yang berbeda-beda, tergantung dengan situasi dan kondisi yang mereka rasakan. Namun, pernahkah kamu mencoba menanyakan hal yang sama kepada inner child-mu? Jika belum, yuk kita ajak inner child-mu berdialog bersama melalui artikel ini!

Siapakah Inner Child Kita?

Sebelumnya, apa itu inner child? Gampangnya, inner child adalah bagian dari diri kita yang bersifat kekanak-kanakan. Bukan berarti ini sesuatu yang buruk, kok! Menurut Carl Jung, setiap manusia memiliki inner child-nya masing-masing, yang terbentuk akibat interaksi dengan lingkungan keluarga maupun masyarakat sewaktu kita kecil.

Maka dari itu, inner child bisa terpengaruh oleh budaya, nilai-nilai, serta adat kebiasaan yang kita alami semasa kecil. Apabila keluarga, budaya, atau nilai-nilai kemasyarakatan tersebut menyakiti kita, maka inner child kita akan terluka juga. Akibat inner child yang terluka adalah munculnya trauma yang menghantui kita semasa hidup.

Untuk menyembuhkannya, ada banyak cara yang bisa dilakukan. Salah satunya adalah mengajaknya berdialog atau menanyakan keadaannya, seperti mengobrol dengan anak kecil di dalam diri kita.

Mengapa Inner Child Perlu Diajak Berkomunikasi?

Selama menjalani hidup, kamu akan cenderung berhadapan dengan hal-hal yang tidak sesuai dengan ekspektasimu. Apabila kamu belum bisa ‘berkomunikasi’ dengan inner child, kamu akan mengabaikan setiap reaksi inner child terhadap hal-hal yang tak kamu kehendaki. Itulah mengapa banyak orang yang sulit sembuh dari trauma. Mereka tidak membiarkan diri mereka merasakan apa yang inner child mereka butuhkan. 

Misalnya, ketika kamu punya attachment issues dengan pasanganmu, bisa jadi itu disebabkan karena waktu kecil, kamu tidak diberi kasih sayang yang tulus dari orang tuamu. Inner child-mu bisa bereaksi dengan meragukan setiap usaha orang yang berusaha mendekatimu.

Bahkan, bisa jadi kamu malah posesif dengan pasanganmu, karena inner child-mu tidak mau kehilangan orang yang kamu sayangi, seperti waktu kecil. Nah, tentunya, hal ini akan mengganggu hubungan kamu dengan orang lain, bukan?  

Bagaimana Kamu Bisa Menyembuhkan Inner Child yang Terluka?

Melalui bukunya, Cathryn L. Taylor menyebutkan bahwa untuk menyembuhkan inner child, diperlukan usaha dari diri kita sendiri. Ada enam tahap yang bisa kita lakukan untuk menyembuhkan inner child, antara lain:

  1. Mengidentifikasi rasa sakit. Inilah tahap di mana kamu akan ‘mewawancarai’ inner child-mu. Ajaklah dia berdiskusi, menanyakan apa saja yang dia butuhkan, hingga apa yang bisa kita lakukan untuk memenuhinya. Kamu bisa menggunakan metode journaling untuk me-review kebutuhan inner child-mu, lalu merefleksikan kebutuhan tersebut dengan keadaanmu saat ini.
  2. Melakukan riset. Setelah kamu ‘mewawancarai’ inner child, kamu perlu mencari tahu lebih dalam mengenai isu yang kamu alami. Untuk mendapatkan validasi profesional, kamu bisa mengkonsultasikan masalah ini kepada psikolog atau ahli terapi.
  3. Proses perasaan negatif dan biarkan dirimu mengalaminya. Ketika kita mengajak inner child berdialog, pastinya ada perasaan yang tidak mengenakkan muncul dari dalam dirimu. Jika hal itu terjadi, biarkan dirimu menyelami perasaan tersebut. 
  4. Lihatlah rasa sakit melalui kacamata objektif. Cobalah untuk mencari hikmah di balik kejadian yang pernah kamu alami, karena bisa jadi hikmah tersebut tersembunyi, dan kamu hanya melihat permukaannya saja.
  5. Curahkan perasaan duka. Selayaknya dalam teori five stages of grief, setiap rasa sakit yang diakibatkan kehilangan atau trauma dapat kita proses melalui 5 tahap. Gunakanlah waktu untuk memproses kelima tahap tersebut dan curahkan perasaanmu melalui refleksi diri. Jika kamu sudah memasuki tahap acceptance, artinya kamu bisa melanjutkan ke tahap healing tanpa terganggu oleh trauma tersebut.
  6. Menyembuhkan diri. Di tahap ini, harapannya kamu sudah sembuh dari segala luka dan duka inner child, sehingga kamu bisa move on untuk membuka lembaran kehidupan baru. Menyembuhkan diri tidak harus dengan kegiatan yang mahal, kok. Melakukan hobi yang kamu suka, bersosialisasi dengan teman, atau hiking sambil menikmati alam bisa jadi pilihan healing yang efektif.

Bagaimana Kita Mewawancarai Inner Child?

Nah, kita sudah tahu secara garis besar tahap-tahap penyembuhan inner child. Namun, bagaimana jika kita tidak tahu apa yang harus ditanyakan pada inner child pada tahap ‘wawancara?’ Tenang, pertanyaan-pertanyaan di bawah ini bisa jadi alternatifnya!

  1. Apa saja emosi yang tengah kamu rasakan pada saat ini?
  2. Jika kamu berada pada tubuh masa kecilmu, apakah dia akan merasakan reaksi emosi yang sama?
  3. Jika kamu bisa menyaksikan dirimu di masa kecil, kata-kata apa yang cocok menggambarkan keadaannya?
  4. Bagaimana orang-orang di sekelilingmu dan keluargamu bereaksi terhadap dirimu di masa kecil?
  5. Bagaimana kamu menilai sikap orang-orang atau keluargamu di masa kecil?
  6. Sebutkanlah 3 hal yang menjadi impianmu di masa kini!
  7. Sebutkanlah 3 hal yang menjadi impianmu di masa kecil!
  8. Bagaimana reaksi orang-orang dan keluargamu mengenai impianmu di masa kecil?
  9. Jika kamu diberi kesempatan mewujudkan impian masa kecilmu, impian mana yang kamu pilih? Mengapa?
  10.  Jika kamu punya satu harapan tentang masa depan yang berhubungan dengan masa kecilmu, apakah itu?
  11.  Sebutkan pengalaman masa kecil yang menurutmu paling membahagiakan!
  12.  Mengapa kamu menilai pengalaman tersebut membahagiakan?
  13.  Sebutkan pengalaman masa kecil yang menurutmu paling mengecewakan!
  14.  Mengapa kamu menilai pengalaman tersebut mengecewakan?
  15.  Bagaimana pengalaman-pengalaman di atas berefek kepada dirimu pada saat ini?
  16.  Siapakah orang yang kamu kagumi semasa kecil? Jelaskan juga mengapa!
  17.  Deskripsikan hal-hal yang kamu sukai dan tidak kamu sukai dari keluargamu!
  18.  Jika kamu punya kesempatan bertemu dengan dirimu di masa kecil, apa saja yang mau kamu katakan padanya?

Referensi:

Taylor, C. L. (1991). The Inner Child Workbook: What to do with your past when it just won’t go away. New York: Penguin Putnam, Inc.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *