Di artikel sebelumnya mengenai work life balance, penulis sempat membahas mengapa work life balance sulit dicapai. Menyeimbangkan pekerjaan dengan kehidupan pribadi, seseorang harus didukung oleh banyak faktor, mulai dari keadaan sosial dan ekonomi, latar belakang keluarga, dan kebutuhan pribadi.
Beberapa usaha untuk menjaga work life balance sudah dilakukan oleh perusahaan demi kesejahteraan mental karyawan. Salah satunya adalah bekerja remote. Menurut data statistik, sebanyak 56% karyawan melaporkan bahwa mereka pasti memiliki pekerjaan yang bisa dikerjakan secara remote, baik secara work from home (WFH) atau di mana pun.
Apakah kebijakan ini berhasil membantu karyawan menjaga kesehatan mentalnya? Data membuktikan bahwa sebanyak 47% karyawan merasa lebih produktif ketika bekerja dari rumah, namun bekerja dari rumah juga meningkatkan risiko stres dan kecemasan yang bisa menyebabkan burnout.
Nah, sebenarnya apa yang harus kita lakukan agar kita menjadi lebih produktif sekaligus sehat mental? Jawabannya bukan work life balance, tapi work life integration!
Integrasi versus Keseimbangan
OK, mari kembali ke pertanyaan utama kita. Apa bedanya work life integration dan work life balance? Meskipun serupa, keduanya memiliki pengertian yang sangat berbeda.
Work life balance berfokus pada menjaga keseimbangan antara dua kehidupan yang terpisah, yakni kehidupan pribadi dan pekerjaan, sementara work life integration menggabungkan antara kehidupan pribadi dan pekerjaan, serta tidak mengabaikan salah satunya.
Dengan kata lain, work life integration menganggap pekerjaan bukanlah hal yang wajib dan luar biasa penting, namun bekerja adalah bagian dari kehidupan yang harus dijalankan.
Plus dan Minus Work-Life Integration
Oleh karena pemahaman mengenai work life integration menganggap kehidupan pribadi dan pekerjaan sebagai satu kesatuan yang tak bisa dipisahkan, bukan berarti hal ini tidak menimbulkan pro dan kontra di kalangan para ahli. Berikut ini penjelasannya mengapa work life integration tetap ada kelebihan dan kekurangannya.
Kelebihan Work Life Integration
a. Bisa Bekerja dengan Fleksibel
Kelebihan work life integration salah satunya adalah bisa bekerja sambil bersantai dan tidak harus menyempatkan diri mengikuti jadwal kerja yang kaku. Intinya adalah kamu bisa bekerja kapan saja dan di mana saja, asalkan pekerjaan kamu beres.
b. Hubungan dengan Keluarga Lebih Terjaga
Bekerja fleksibel juga bisa membantu kamu membangun hubungan yang sehat dengan keluarga, karena kamu jadi bisa menyempatkan waktu untuk menghadiri acara keluarga, liburan bareng, atau main dengan anak-anak. Kamu juga tidak akan merasa terbebani dengan tanggung jawab bekerja penuh karena masih ada waktu mengurus keluarga.
c. Level Stres yang Rendah
Kebiasaan bekerja penuh akan menyedot energi dan pikiran, sedangkan bekerja fleksibel memungkinkan kita untuk bebas bersosialisasi. Maka dari itu, work life integration dianggap bisa meningkatkan well-being karena tingkat stres kita jadi berkurang.
Kekurangan Work Life Integration
a. Membutuhkan Kemampuan Multitasking
Salah satu kekurangan bekerja dengan work life integration adalah membutuhkan kemampuan kita mengorganisir tugas dengan baik. Jadi, tak heran bila tak terbiasa multitasking, energi kita banyak terbuang untuk mengerjakan banyak hal dalam satu waktu.
Meskipun demikian, multitasking itu tidak selamanya baik. Multitasking bisa membuat fokus kita terpecah sehingga kita gagal bekerja efektif.
b. Harus Pandai Memanajemen Waktu
Selain mengorganisir tugas, melaksanakan pekerjaan di sela-sela keseharian bisa membuat kita kewalahan jika kita tidak bisa memanajemen waktu dengan baik. Maka dari itu, mulailah meningkatkan skill manajemen waktu untuk mengerjakan tugas-tugas kamu mulai dari sekarang.
c. Berpotensi Mengurangi Fokus
Meskipun work life integration mempromosikan gaya hidup sehat dan fleksibel, kamu tetap harus menghadapi tantangan ekstra, yakni berfokus pada pekerjaan. Keseringan multitasking dalam pekerjaan bisa menyebabkan berkurangnya atensi dari waktu ke waktu, sehingga akan berpengaruh pada produktivitas kamu.
Tips Menjaga Kesehatan Mental yang Benar Selama Bekerja
Pada akhirnya, mengingat kekurangan maupun kelebihan dari work life integration, kamu harus tetap menjaga kesehatan mentalmu selama bekerja, tak peduli dengan lifestyle seperti apa pun.
Berikut ini tips yang bisa kamu ikuti agar kamu tidak menggunakan istilah work life integration saja, tapi juga menjaga well-being dan produktivitas kerjamu:
1. Jangan terlalu tenggelam dalam pekerjaan
Bekerja giat boleh-boleh saja, namun jika sampai mengorbankan waktu luang dengan keluarga atau bersosialisasi, itu artinya kamu harus meninjau ulang jam kerjamu.
Jangan paksakan diri bila kamu memang merasa lelah. Tak hanya soal kesehatan fisik, tapi kesehatan mental kamu juga penting untuk diperhatikan.
2. Gunakan waktu istirahat dengan produktif
Ketika beristirahat, sebaiknya kamu jangan banyak scrolling medsos atau main gadget. Sebagai gantinya, beristirahat produktif bisa dilakukan dengan meditasi, berolahraga ringan, atau bahkan tidur. Jika kamu punya hobi, gunakan waktu istirahat itu dengan menekuni hobimu.
3. Belajar menggunakan kata “tidak”
Kelihatannya sepele, tapi saat kamu diganggu pekerjaan di sela-sela waktu istirahat, kamu sebenarnya berhak mengatakan “tidak” pada pekerjaan itu.
Menggunakan kata “tidak” memang tidak mudah, apalagi bila kita sudah berkomitmen pada pekerjaan kita. Namun jika memang dalam keadaan mendesak dan kamu tak bisa menyanggupinya, sebaiknya kamu jujur saja dengan keadaanmu.
Apa saja cara yang sudah kamu lakukan untuk menjaga keseimbangan hidup dengan pekerjaanmu? Yuk, bagikan ceritamu di kolom komentar dan jangan lupa share artikel ini bagi yang membutuhkannya.