Hai, Kawan! Siapa di sini yang masuk jurusan Psikologi tapi masih bingung dengan pilihan karir kamu ke depannya setelah lulus? Apabila kamu salah satunya, tidak ada salahnya kamu mencoba menekuni karir jadi UX Researcher. Mau tahu lebih lanjut? Yuk, simak bersama artikel ini!
Apa itu User Experience Research?
UX adalah singkatan dari user experience dalam istilah teknologi, yang secara harfiah artinya “pengalaman pengguna.” Sedangkan research dalam bahasa Inggris berarti riset atau penelitian. Maka dari itu, seorang UX Researcher adalah individu yang bekerja secara sistematis mempelajari perilaku para pengguna produk, serta mengumpulkan dan menganalisis data yang akan membantu proses desain produk. Jenis produk yang dimaksud biasanya meliputi sebuah website, aplikasi, atau program yang baru saja diluncurkan.
Salah satu langkah pertama dalam mendesain produk baru atau meningkatkan performansi produk yang sudah ada adalah mencari tahu kesan pengguna. Data demografi pengguna sangat penting dalam dunia UX, mulai dari usia, jenis kelamin, asal daerah, pendidikan, serta pekerjaan.
Selain itu, penting juga untuk mengetahui apa yang pengguna inginkan, mengapa mereka menginginkannya, dan melakukan testing produk, sehingga produsen dapat mengetahui bagaimana produk yang ditawarkan dapat memenuhi kebutuhan pengguna.
Lalu, pernahkah kalian berpikir, kenapa user experience research sangat dibutuhkan perusahaan startup?
Pentingnya User Experience Research di Perusahaan Startup
Menurut Forbes, perusahaan startup adalah sebutan bagi perusahaan yang masih baru. Startup didirikan untuk mengembangkan produk atau layanan yang unik, sehingga startup berakar pada inovasi untuk mengatasi kekurangan produk yang ada atau menciptakan kategori barang dan jasa yang sama sekali baru.
Maka dari itu, tidak salah bila perusahaan startup yang kita ketahui kebanyakan berfokus pada penggunaan teknologi untuk memudahkan kehidupan manusia. Mereka tak jarang membuat aplikasi smartphone untuk jasa yang mereka tawarkan, misalnya transportasi, kesehatan, lifestyle, dan pendidikan.
Lantas, mengapa user experience research sangat dibutuhkan startup?
Menurut Elizabeth Bohlmann, Vice President of Client Strategy December Labs, manfaat user experience research di startup adalah memvalidasi asumsi pengguna mengenai produk yang ditawarkan, sehingga bagian pemasaran produk juga bisa memetakan pasar yang cocok untuk produk tersebut. Terlebih jika produk tersebut merupakan website, program komputer, atau aplikasi smartphone.
Apa Saja yang Dilakukan UX Researcher?
Melanjutkan uraian di atas, kita bisa menyimpulkan bahwa seorang UX Researcher diharuskan memiliki banyak metode penelitian untuk mengumpulkan data mengenai user atau pengguna. Dilansir dari Maze, berikut ini adalah beberapa metode penelitian yang sering dilakukan oleh UX Researcher dan wajib kamu pelajari:
a. Wawancara
Wawancara sudah sering kita jumpai dalam penelitian. Melakukan wawancara dengan pengguna aplikasi dapat dilaksanakan secara daring maupun luring. Ada dua jenis wawancara, yakni terstruktur dan tidak terstruktur.
Wawancara terstruktur dilakukan dengan menyusun daftar pertanyaan yang akan ditanyakan pada pengguna secara runtut dan sistematis, sesuai dengan aspek-aspek yang mau digali, sedangkan wawancara tidak terstruktur berlangsung lebih luwes dan tidak terlalu terpaku pada pertanyaan. Metode ini merupakan salah satu metode yang paling sering dipakai dalam jurusan psikologi. Jika kamu merupakan lulusan psikologi pasti sudah terbiasa dengan metode penelitian ini.
b. Survei
Survei dilakukan menggunakan kuesioner yang dibagikan kepada pengguna aplikasi. Apabila Kawan-kawan pernah disuruh mengisi survei kepuasan pada beberapa aplikasi seperti Spotify atau Ruang Guru, itulah cara UX Researcher mengumpulkan aspirasi dari pengguna untuk pengembangan aplikasi. Metode penelitian ini merupakan metode yang sangat populer dikalangan keilmuan sosial terutama psikologi.
c. Card sorting
Card sorting adalah metode penelitian UX di mana pengguna mengatur kartu topik ke dalam beberapa kategori dengan cara yang masuk akal bagi mereka. Kegiatan penelitian ini merupakan langkah penting untuk menciptakan arsitektur informasi intuitif (IA) dan pengalaman pengguna.
d. Tree testing
Sesuai dengan namanya, metode penelitian ini membantu UX Researcher untuk mengevaluasi hierarki dan kemampuan menemukan topik dalam aplikasi atau situs web. Data yang dikumpulkan dari pengujian hierarki digunakan untuk memahami bagaimana pengguna menavigasi secara intuitif fitur-fitur dalam aplikasi.
Selama tree testing dilakukan, pengguna akan diberi versi teks situs. Lalu, pengguna diminta menyelesaikan serangkaian tugas untuk menemukan item di situs atau aplikasi selama 15 hingga 20 menit.
e. Usability testing
Metode ini digunakan untuk mengevaluasi produk atau aplikasi dengan cara meminta pengguna menyelesaikan daftar tugas sambil mengamati dan mencatat interaksi mereka. Tujuannya adalah untuk memahami apakah desain suatu produk atau aplikasi sudah cukup intuitif dan mudah digunakan. Selain itu, metode ini juga bisa mengidentifikasi apakah ada masalah dalam penggunaan aplikasi.
f. Five-second testing
Metode ini dilakukan dengan memberikan pengguna waktu lima detik untuk melihat gambar seperti desain atau halaman web. Setelah itu, mereka akan diberi pertanyaan tentang desain untuk mengukur kesan pertama mereka terhadap tampilan produk.
Pengalaman Menjadi UX Researcher
Di uraian sebelumnya, kita sudah mendapatkan banyak informasi mengenai UX Researcher, namun seperti apa rasanya menjadi UX Researcher? Kali ini, penulis berkesempatan mewawancarai salah seorang kawan penulis yang namanya disamarkan menjadi NW. Ia adalah lulusan Psikologi yang saat ini menjabat sebagai salah seorang UX Researcher di salah satu startup yang berfokus pada pengembangan aplikasi di bidang pendidikan atau kerap disebut sebagai education technology atau edutech. Sebagai UX Researcher, NW bertanggung jawab melakukan berbagai penelitian dan mengumpulkan aspirasi pengguna aplikasi.
Penulis: “Pekerjaan (kamu sebagai) UX Researcher itu seperti apa, sih?”
NW:“Ketika ada startup atau company mau bikin produk, UX researcher dibutuhin di situ biar yang dikembangkan itu sesuai dengan kebutuhan user-nya, jadi memudahkan mencari orang-orang yang akan mencari suatu produk.”
Menurut NW, pekerjaan menjadi UX Researcher sangat dekat dengan hal-hal yang dipelajarinya semasa kuliah Psikologi. NW juga menyampaikan bahwa ia biasanya melakukan penelitian menggunakan metode wawancara mengenai apa yang dibutuhkan pengguna aplikasi. Maka dari itu, penting bagi UX Researcher untuk memetakan pengguna sesuai dengan latar belakang pendidikan, sosial, dan ekonominya.
NW: “Misalnya, ibu hamil pasti kebutuhannya berbeda dengan mahasiswa, butuhnya informasi yang membantu proses hamilnya biar anaknya selamat pas lahiran. Beda dengan mahasiswa yang lebih butuh informasi kampus atau informasi magang, begitu.”
Namun, meskipun paling sering menggunakan wawancara, NW mengatakan bahwa ia tidak menutup diri dari mempelajari metode lainnya. Setiap metode user experience research memiliki kelebihan dan kegunaannya masing-masing, sehingga tidak cukup hanya bermodal ilmu observasi dan wawancara yang dipelajari dari Psikologi.
Penulis: “Apakah belajar dari kuliah Psikologi saja cukup untuk menjadi UX Researcher?”
NW: “Kalau boleh jujur, UX Research itu metodenya banyak banget, karena mencakup proses sebelum dan sesudah pengembangan aplikasi. Sebelum produk diluncurkan, riset itu untuk mencari tahu kebutuhan produk. Setelah produk diluncurkan, riset dilakukan untuk mengetahui apakah desainnya sudah bisa digunakan dengan baik oleh user, dan setelah itu pun, juga masih perlu evaluasi. (Apakah) dari desain yang sudah dikembangkan, ada masalah apa yang dialami user?”
Lalu, apakah UX Researcher hanya berasal dari lulusan Psikologi? Menurut NW, dari apa pun jurusannya, tidak ada halangan bagi seseorang untuk berkarir menjadi UX Researcher. Kuncinya adalah terus belajar, misalnya melalui pelatihan atau webinar, mengeksplorasi, dan mengembangkan diri.
UX Researcher berkaitan erat dengan teknologi, dan teknologi terus berkembang seiring zaman. Maka dari itu, seorang UX Researcher harus mampu menghimpun ilmu pengetahuan baru, menyusun strategi, dan bersikap proaktif, apalagi jika ia bekerjasama dengan divisi lainnya dalam perusahaan.
Penulis: “Apa kunci sukses menjadi UX Researcher menurut kamu?”
NW: “Yang penting (bagi yang mau berkarir menjadi UX Researcher) adalah skill-nya mencari tahu kebutuhan user (dan) bisa berkomunikasi dengan baik dengan user. Kalau anak Psikologi pasti udah ada basic komunikasinya, ya? UX Researcher bisa dimasuki siapa saja. Karena menurutku kita kuliah (apa pun) sudah bisa kerja bebas, (apalagi) karena sudah ada bootcamp untuk mempersiapkan karir. ”
Nah, bagaimana, Kawan? Apakah kamu tertarik mencoba peruntungan karir sebagai UX Researcher? Atau mungkin, adakah yang sudah berkarir sebagai UX Researcher? Mari sampaikan kesan, pesan, atau pengalamanmu di kolom komentar!