Belakangan ini, seleksi masuk BUMN dibuka. Jobseekers tentu saja berbondong-bondong untuk mengikutinya. Namun, bagi kalian yang sudah pernah mendaftar BUMN, CPNS, atau melamar pekerjaan lainnya, tahap seleksi tidak semudah kelihatannya.
Beberapa perusahaan menganjurkan peserta seleksi untuk dites dengan tes-tes psikologi untuk mengetahui kandidat mana yang job fit dan organization fit. Penasaran tes psikologinya seperti apa saja? Mari simak uraian berikut!
1. PAPI Kostick
Tes kepribadian ini pasti sudah banyak diketahui semua jobseeker, karena sudah banyak pembahasannya di internet. Sekilas, cara pengerjaan PAPI Kostick sangat sepele. PAPI adalah singkatan dari Personality and Preference Inventory. Tes ini disusun oleh Guru Besar Psikologi Industri yang bernama Dr. Max Martin Kostick tahun 1960-an. pada awal 1960-an.
Tes ini terdiri dari 90 nomor dan masing-masing nomor terdiri dari dua pernyataan yang harus dipilih sesuai dengan keadaan diri kita. Cara menjawabnya adalah melingkari panah ke samping atau ke atas, sesuai dengan yang tergambar di lembar jawaban. Inilah tricky-nya, karena kita harus benar-benar memastikan bahwa jawaban kita tidak terlewat saat melingkari panah tersebut.
Kerjakan saja se-natural mungkin, karena tips mengerjakan psikotes paling penting adalah untuk mengerjakan dengan jujur.
Kegunaan utama tes PAPI adalah menganalisis perilaku dan gaya kerja seseorang yang diungkap oleh 20 aspek karakteristik personal. Ke-20 aspek tersebut antara lain:
A. Work Direction (Arah Kerja)
- Need to finish task (N) – Kebutuhan menyelesaikan tugas secara mandiri
- Hard intense worked (G) – Peran pekerja keras
- Need to achieve (A) – Kebutuhan berprestasi
B. Leadership (Kepemimpinan)
- Leadership role (L) – Peran kepemimpinan
- Need to control others (P) – Kebutuhan mengatur orang lain
- Ease in decision making (I) – Peran membuat keputusan
C. Activity (Aktivitas kerja)
- Pace (T) – Peran sibuk
- Vigorous type (V) – Peran penuh semangat
D. Social Nature (Relasi sosial)
- Need for closeness and affection (O) – Kebutuhan kedekatan dan kasih sayang
- Need to belong to groups (B) – Kebutuhan diterima dalam kelompok
- Social extension (S) – Peran hubungan sosial
- Need to be noticed (X) – Kebutuhan untuk diperhatikan
E. Work Style (Gaya Kerja)
- Organized type (C) – Peran mengatur
- Interest in working with details (D) – Peran bekerja dengan hal – hal rinci
- Theoretical type (R) – Peran orang yang teoritis
F. Temperament (Sifat temperamen)
- Need for change (Z) – Kebutuhan untuk berubah
- Emotional resistant (E) – Peran pengendalian emosi
- Need to be forceful (K) – Kebutuhan untuk agresif
G. Followership (Posisi atasan-bawahan)
- Need to support authority (F) – Kebutuhan membantu atasan
- Need for rules and supervision (W) – Kebutuhan mengikuti aturan dan pengawasan
2. Edwards Personal Preference Schedule (EPPS)
Tes EPPS juga merupakan salah satu tes kepribadian yang sering digunakan saat seleksi. Tes EPPS mirip dengan PAPI Kostick karena sama-sama menggunakan metode pengerjaan forced choice, yaitu peserta tes hanya boleh memilih salah satu di antara dua pernyataan. Bedanya, EPPS digunakan untuk mengukur 15 macam aspek kepribadian yang disusun berdasarkan gagasan ahli bernama Allen L. Edwards tahun 1954.
Uniknya, aspek-aspek EPPS dirumuskan berdasarkan teori needs Henry Murray, yang menyatakan bahwa manusia memiliki dua macam needs, yaitu primary needs dan secondary needs. Primary needs meliputi hal-hal yang esensial untuk menunjang kehidupan, misalnya kebutuhan oksigen, makanan, dan air.
Sedangkan Secondary needs meliputi hal-hal yang penting, namun tidak terlalu esensial bagi kehidupan, misalnya kebutuhan pengasuhan, prestasi, dan pengakuan.
Nah, Ke-15 aspek yang dirumuskan Edwards itu terdiri atas:
- achievement: kebutuhan untuk tergerak mencapai sesuatu
- deference: kebutuhan mendapatkan saran dari orang lain
- order: kebutuhan mengerjakan sesuatu dengan teratur dan rapi
- exhibition: kebutuhan terlihat atau menjadi pusat perhatian
- autonomy: kebutuhan untuk mandiri dan tidak terikat dengan orang lain
- affiliation: kebutuhan membangun hubungan pertemanan
- intraception: kebutuhan menganalisis motif dan perasaan diri sendiri atau orang lain
- succorance: kebutuhan menerima bantuan dari orang lain
- dominance: kebutuhan mempengaruhi dan menjadi pemimpin
- abasement: kecenderungan merasa bersalah dan pantas menerima sanksi
- nurturance: kebutuhan membantu orang lain dan menunjukkan kepedulian
- change: kebutuhan melakukan hal-hal baru dan berbeda
- endurance: kebutuhan untuk mengerjakan sesuatu semaksimal mungkin hingga selesai
- heterosexuality: kebutuhan untuk mendapatkan afeksi dari lawan jenis
- aggression: kebutuhan mengkritik atau menyatakan pendapatnya secara terang-terangan
3. Kraepelin
Siapa yang pernah istilah “tes koran?” Tahukah kalian, “tes koran” merupakan sebutan lain bagi tes Kraepelin. Kemungkinan hal itu dikarenakan saking lebarnya lembar tes ini.
Tes ini disusun oleh psikiater bernama Emil Kraepelin, yang pada waktu itu menggunakan tes Kraepelin untuk membantunya mendiagnosis kondisi mental seseorang.
Instruksi pengerjaan Kraepelin sangat sederhana. Dalam waktu 10-12 menit, kita akan diminta untuk menjumlahkan 50 lajur angka. Namun, penjumlahan angka ini tidak dilakukan melintang, namun membujur dari bawah ke atas.
Tapi, tidak semudah itu! Ketika tes dimulai, instruktur tes akan memberi kita waktu 15 detik untuk mengerjakan satu lajur, lalu ketika instruktur mengatakan “pindah,” kita harus mengerjakan lajur berikutnya sampai selesai.
Fungsi tes Kraepelin adalah mencari tahu konsistensi, kecepatan, ketelitian, dan kemampuan kandidat dalam memanajemen stres saat bekerja. Maka dari itu, tes ini sangat cocok digunakan untuk menyeleksi kandidat pekerjaan teknis yang membutuhkan pengerjaan cepat dan sigap, namun juga teliti.
4. Pauli
Tes ini merupakan pembaruan tes Kraepelin yang dilakukan oleh Richard Pauli tahun 1982. Serupa dengan Kraepelin, tes Pauli digunakan untuk mengukur kecepatan, ketelitian, pola kerja, dan daya tahan seseorang dalam bekerja. Bedanya, lembar tes Pauli lebih besar (hampir seukuran koran yang sebenarnya) dan bentuknya persegi.
Waktu pengerjaan tes Pauli juga lebih panjang, yaitu 60 menit, mengingat banyaknya soal yang harus dikerjakan melebihi Kraepelin. Kemudian, cara mengerjakan tes Pauli juga berbeda dengan Kraepelin. Lajur angka dalam tes Pauli dijumlahkan dari atas ke bawah, bukan dari bawah ke atas seperti tes Kraepelin.
Persamaannya, tes Pauli dan Kraepelin harus dikerjakan secepat mungkin di satu lajur. Namun, ada sedikit perbedaan antara kedua tersebut yaitu ketika instruktur mengatakan “Garis”, maka peserta wajib membuat garis di bawah angka terakhir setelah instruktur mengatakan “garis”, kemudian peserta melanjutkan pengerjaan di bawah garis tersebut. .
5. Culture Fair Intelligence Test (CFIT)
CFIT adalah sebuah tes inteligensi yang dikembangkan oleh Raymond Cattell untuk mengukur kemampuan kognitif manusia secara umum (general intelligence). Cattell sendiri mendefinisikan inteligensi manusia terbagi menjadi dua, yaitu fluid intelligence dan crystallized intelligence.
Fluid intelligence adalah kemampuan seseorang berpikir secara bebas, sedangkan crystallized intelligence berasal dari kumpulan pengetahuan dan pengalaman yang didapatkan sepanjang hidup manusia. Sesuai dengan namanya, “culture fair,” tes ini memang didesain Cattell agar bisa dikerjakan semua orang dari berbagai latar belakang budaya maupun status sosial.
CFIT terdiri dari 3 skala yang disusun dalam form A dan form B. Kegunaan tiap 3 skala berbeda-beda. Skala 1 ditujukan untuk anak berusia 4-8 tahun dan orang-orang dengan retardasi mental, skala 2 untuk usia 8-14 tahun hingga dewasa, serta skala 3 untuk dewasa. Instruksi tes ini juga cukup mudah untuk dikerjakan. Peserta tinggal mengerjakan setiap subtes dalam CFIT dalam waktu yang ditentukan. Adapun output tes ini adalah IQ peserta.
6. Intelligenz Struktur Test (IST)
Berbeda dengan Cattell yang percaya bahwa kecerdasan manusia itu bersifat general, Rudolf Amthauer tidak. Tes ini awalnya bernama IST 2000R. Amthauer mendefinisikan inteligensi manusia terdiri dari berbagai macam jenis, ada yang pintar di verbal, ada yang pintar di numerikal, dan lain-lain.
Maka dari itu, IST juga sangat bagus untuk mendeteksi bakat. Selain digunakan untuk seleksi kerja, tes ini juga digunakan di bidang klinis untuk mengidentifikasi kemungkinan defisit mental pada pasien, terutama untuk membandingkan mana pasien yang rentan dan tidak rentan.
Modul dasar IST terdiri atas sembilan kelompok tugas untuk menilai kecerdasan verbal, numerik dan figural-spasial serta satu kelompok tugas masing-masing untuk menilai memori verbal dan figural. Tugas peserta tes adalah menjawab setiap subtes dalam waktu yang ditentukan oleh penguji. Sama dengan CFIT, output dari tes ini adalah IQ.
7. Wartegg Test
Tes ini seringkali disebut “tes menggambar” karena memang sesuai instruksinya, peserta tes akan disuruh menggambar. Lebih tepatnya, ketika mengerjakan tes ini, peserta akan diminta meneruskan gambar yang kurang lengkap di lembar soal. Masing-masing gambar itu berada di 8 kotak yang tersusun berjajar berukuran 4 x 4 cm. Lalu, setelah selesai, peserta akan diminta:
- Menuliskan secara berurutan, gambar mana yang paling cepat selesai.
- Menuliskan nomor urut yang sesuai dengan gambar yang bisa diselesaikan dengan cepat di luar kotak hitam.
- Menuliskan gambar mana yang paling mudah dan paling sulit.
- Menuliskan gambar yang paling disukai dan tidak disukai disertai dengan penjelasan atau alasannya.
Wartegg merupakan salah satu tes psikologi paling terkenal.
Tujuan utama tes ini dalam proses seleksi adalah melihat seperti apa pola pikir dan kreativitas peserta. Selain digunakan dalam proses seleksi, tes ini juga digunakan dalam setting klinis untuk melihat apakah ada gangguan mental yang dialami oleh individu.
Nah, di antara ketujuh tes di atas, mana yang sudah pernah kamu kerjakan atau merasa familier? Share di kolom komentar, yuk!