Image default

Apa itu Prokrastinasi dan Bagaimana Cara Mengatasinya?

Dalam kehidupan sehari-hari tidak jarang istilah prokrastinasi digunakan dalam percakapan sehari-hari tidak hanya di tengah kalangan pelajar atau mahasiswa, tetapi juga digunakan oleh orang dewasa dalam berbagai setting. Istilah prokrastinasi ini biasanya dipakai untuk menggambarkan perilaku individu yang menunda pekerjaan hingga mendekati tenggat waktu atau deadline.

Salah satu contoh yang paling sering ditemui di tengah masyarakat misalnya saja ketika individu menunda mengerjakan tugas maupun pekerjaan rumah atau PR hingga mepet dengan hari atau bahkan jam pengumpulan dengan alasan agar lebih tertantang saat mengerjakannya.

Pada individu tertentu, perilaku prokrastinasi memang terkadang memberikan semangat yang lebih kepada pelakunya sehingga membuat pengerjaan tugas atau pekerjaan terasa lebih menggebu-gebu. Namun demikian, perilaku ini tidak selalu memberikan dampak positif dan tak dapat ditampik bahwa terdapat berbagai side effect yang disadari maupun tidak.

Misalnya saja dengan mengerjakan dalam waktu yang terlampau singkat menjadikan individu kurang teliti. Bukan hanya itu, perselisihan juga dapat muncul karena perbedaan pola mengerjakan tugas dalam kelompok yang didalamnya terdapat pelaku prokrastinasi atau procrastinator dan bukan procrastinator. Mengingat kondisi tersebut, ada baiknya jika kita mengetahui lebih detail mengenai prokrastinasi agar tidak salah memahami maupun merasakan dampak buruknya.

Table of Contents

Apa itu Prokrastinasi?

Secara harfiah, prokrastinasi adalah sebuah perilaku menunda suatu pekerjaan yang seharusnya dikerjakan. Perilaku prokrastinasi muncul karena adanya perasaan tidak menyenangkan maupun kebosanan (Procrastination, t.t.).

Selain definisi secara bahasa atau harfiah, prokrastinasi juga memiliki definisi tersendiri jika dilihat dari sudut pandang psikologi.

Salah satu definisi dari sudut pandang psikologi disampaikan oleh Klingsieck (2013) yang mana telah mencakup dan menyempurnakan definisi sebelumnya. Prokrastinasi diartikan oleh sebagai sebuah perilaku menunda pekerjaan atau aktivitas yang penting, tanpa memperhatikan dampak negatif yang lebih besar dibandingkan dampak positifnya (Klingsieck, 2013).

Tidak semata-mata hanya dikarenakan adanya penundaan, Krause & Freund (2014) menyimpulkan dari beberapa ahli maupun penelitian terdahulu bahwa perilaku prokrastinasi juga sangat erat kaitannya dengan kombinasi penundaan dalam mengerjakan tugas serta ketidaknyamanan atau discomfort karena menunda pekerjaan tersebut.

Jenis Prokrastinasi

Meskipun apabila dilihat secara definisi prokrastinasi ini memiliki makna yang terlihat sempit, tetapi perilaku ini memiliki berbagai tipe yang berbeda antara satu dengan yang lainnya. Cherry (2020) menyimpulkan dari beberapa ahli terkait tipe prokrastinasi yang dilakukan oleh individu bahwa perilaku prokrastinasi dibagi menjadi dua. Berikut ini dua jenis dasar dari prokrastinasi yang disimpulkan oleh Cherry (2020).

1. Prokrastinasi aktif

Perilaku prokrastinasi aktif ketika individu merasa lebih tertantang atau greget saat mengerjakan tugas, pekerjaan atau aktivitas tertentu berdekatan dengan tenggat waktu yang ada. Tipe perilaku prokrastinasi ini cocok untuk melabeli perilaku prokrastinasi yang biasanya lebih mudah ditemukan disekitar kita.

Misalnya mahasiswa bernama Xavier yang cenderung mengerjakan tugas mepet dengan deadline pengumpulan tugas karena merasa lebih termotivasi dan juga tertantang saat detik-detik terakhir. Selain itu ada sebagian dari mereka yang merasa lebih “kreatif” dan lebih mengalir ketika mengerjakan di akhir waktu.

2. Prokrastinasi pasif

Berbeda dengan prokrastinasi aktif yang cenderung memiliki sisi positif, perilaku prokrastinasi pasif berkebalikan 180 derajat. Pada prokrastinasi pasif, penundaan muncul karena individu yang bersangkutan mengalami kesulitan dalam mengambil keputusan maupun kesulitan dalam melaksanakan pekerjaan dan tugasnya.

Seperti pelajar Xavier yang sedang menjalani proses revisi tugas akhir. Ia menunda pekerjaannya karena kesulitan dalam menentukan bagian mana yang harus direvisi terlebih dahulu.

Penyebab Munculnya Prokrastinasi

Setelah mengetahui beberapa hal umum seperti definisi dan bentuk dasar dari prokrastinasi, mungkin terbersit dalam benak kita mengenai penyebab dari prokrastinasi. Kenapa saya bisa mengalami prokrastinasi? Secara general terdapat beberapa hal yang mengakibatkan munculnya perilaku prokrastinasi pada individu.

Misalnya saja merasa dirinya dapat bekerja atau beraktivitas lebih maksimal di bawah tekanan dan waktu yang terbatas, gangguan kesehatan, memiliki kebiasaan buruk untuk menunggu waktu hampir habis, kebingungan menentukan mau mengerjakan yang mana karena pekerjaan atau aktivitas yang terlalu rumit dan sebagainya. Namun demikian terdapat satu penjelasan yang dapat menjawab faktor penyebab prokrastinasi yang sering ditemukan.

Salah satu faktor yang dapat menjelaskan munculnya perilaku prokrastinasi secara general adalah present-bias preference yang berkaitan dengan inkonsistensi waktu atau time inconsistency pada individu yang bersangkutan.

O’Donoghue & Rabin (2008) menjelaskan bahwa individu dengan present-bias preference cenderung memiliki masalah dalam pengendalian diri, karena cenderung mengejar hadiah atau rasa senang yang instan atau cepat, daripada reward dari upaya atau pekerjaan jangka panjang.

Contoh sederhana dari present-bias preference ini sebenarnya sering ditemukan dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya saja pada seorang mahasiswa semester akhir yang sedang mengerjakan skripsi lebih memilih jalan-jalan bersama teman-temannya karena dapat merasakan kesenangan segera daripada mengerjakan revisi yang mana dua minggu lagi harus dikirimkan.

Perilaku mahasiswa tersebut cukup menggambarkan bahwa ia melakukan prokrastinasi karena adanya present-bias preference, karena memilih melakukan aktivitas yang memberikan reward langsung yakni jalan-jalan, daripada mengerjakan revisi yang memang memerlukan waktu tetapi ada reward lebih besar yaitu cepat menyelesaikan pengerjaan skripsi.

Cara Mengatasi Prokrastinasi

Berdasarkan tipe dan faktor yang menyebabkan kemunculan prokrastinasi, dapat diketahui bahwa terdapat berbagai cara yang dapat dilakukan untuk mengatasi kondisi tersebut. Berikut ini terdapat setidaknya tiga cara sederhana yang dapat dicoba untuk diterapkan dalam mengatasi prokrastinasi pada kehidupan sehari-hari.

1. Membuat daftar pekerjaan atau aktivitas

Menyusun daftar berbagai tugas secara manual baik di buku catatan, kalender, maupun journal hingga daftar secara digital melalui aplikasi dapat digunakan sebagai upaya mengatasi prokrastinasi. Membuat daftar secara menarik, detail dengan proses atau capaian, dan dapat dilihat secara langsung oleh yang bersangkutan dapat memperbaiki kecenderungan prokrastinasi pada individu (Laschke dkk., 2013).

Pada penelitian tersebut Laschke dkk (2013) mengembangkan to-do-list project yang dikenal dengan nama ReMind. Namun demikian, proyek yang ia kembangkan ini dapat disesuaikan dan diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari untuk mengatasi prokrastinasi ringan hingga sedang.

Contoh penerapan to-do-list secara detail dapat dilakukan seperti pada tabel di bawah. Isi dari tabel ataupun daftar dapat disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing. Selain itu, agar mudah teringat akan tujuan atau aktivitas yang ingin dicapai, daftar tersebut dapat dipercantik dengan desain tertentu sesuai keinginan dan jangan lupa untuk diletakkan di area yang mudah dilihat agar kita tidak terlupa seperti meja belajar.

KegiatanDeadlineKeteranganKendala
Mendesain poster  acara Musik17 Agustus 2021Process finishing (15 Agustus 2021)Kurang 2 foto dari pengisi acara
Membuat proposal penelitian31 Agustus 2021Proses review (22 Agustus 2021)Menunggu hasil review
Mendaftar kuliah pascasarjana15 September 2021Proses penyusunan proposal penelitian dan pengumpulan berkas administrasi (20 Agustus 2021)Kurang Proposal penelitian dan belum menghubungi calon profesor

2. Mengubah mindset

Proses mengubah cara berpikir maupun mindset pada individu pastilah tidak semudah apa yang dikatakan. Selain sulit, proses ini juga membutuhkan waktu yang tidak sebentar serta memerlukan upaya yang tidak ringan.

Meskipun demikian, mindset procrastinator dalam melihat peluang, dampak, kemungkinan hasil atau reward dari suatu peristiwa dapat diupayakan untuk diubah agar dapat menghentikan atau mengurangi kebiasaan mereka mengerjakan di akhir waktu.

Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi hal tersebut adalah dengan berempati terhadap diri sendiri terutama future-self maupun berempati terhadap future-self orang lain yang bersinggungan dengan aktivitas tersebut (Procrastination, t.t.; Perlmutter, 2019). Future-self pada konteks ini dapat diartikan sebagai harapan atau tujuan yang ingin dicapai.

Misalnya Budi yang mana seorang procrastinator bekerja sama dengan Rangga yang bukan procrastinator. Untuk mengatasi atau mengurangi perilaku  menundanya, Budi lebih baik mengubah atau membentuk mindset baru dengan mengembangkan empati terhadap Rangga seperti “segera kerjakan bagianmu, agar nanti R bisa segera mengerjakan. Di tugas ini kamu tidak bekerja sendirian dan kalau R tidak bisa dengan pola kerja deadliner ini nanti R dan aku juga rugi karena nilai mata pelajaran ini jadi buruk”.

3. Break down target atau tujuan dan berikan reward

Memperkecil atau menyederhanakan target memberikan peranan tersendiri dalam membantu procrastinator dalam mengatasi perilaku menunda, terutama yang dikarenakan aktivitas atau pekerjaan terlalu rumit dan terasa sulit untuk diselesaikan. Menyederhanakan target dengan membagi sebuah proses panjang menjadi beberapa tahapan untuk mencapai target utama.

Langkah ini sangat membantu  karena dengan melihat target yang lebih manageable atau terlihat lebih mudah untuk diselesaikan, rasa overwhelmed pada individu juga berkurang serta memotivasi untuk terus melakukan tahapan kecil yang ada tersebut (Cherry, 2020).

Misalnya saja Julia sedang berjuang untuk melanjutkan pendidikan pascasarjana yang prosesnya jika dilihat secara utuh atau keseluruhan terlihat sangat melelahkan dan terasa sulit untuk ditaklukan. Setelah beberapa kali periode menunda pendaftaran karena overwhelmed dengan yang ia hadapi, kali ini Julia memantapkan diri dengan memotong proses yang panjang tersebut menjadi 4 proses.

Pertama proses menentukan jurusan dan calon profesor, kedua penyusunan proposal penelitian, ketiga menghubungi calon profesor, dan keempat menyelesaikan administrasi pendaftaran. Setiap kali Julia menyelesaikan 1 tahapan, ia menyelamati dirinya secara verbal dan/atau memberikan reward kecil untuk dirinya seperti membeli makanan kesukaan atau jalan-jalan sebelum melanjutkan proses selanjutnya.

Dengan cara ini, Julia dapat mengatasi perilaku prokrastinasi dan mendapatkan future-goal atau tujuan utamanya di masa depan yakni melanjutkan pendidikan pascasarjana di tempat dan dengan profesor yang ia inginkan.

4. Hindari distraksi

Selain ketiga hal yang telah disampaikan tersebut, menghindari distraksi menjadi salah satu hal yang penting untuk dilakukan (Cherry, 2020). Berbagai upaya yang dilakukan untuk mengatasi prokrastinasi ini tidak akan memberikan efek yang diharapkan jika individu yang bersangkutan masih saja terjebak dengan distraksi yang ada.

Beragam distraksi yang dapat mengacaukan pengendalian diri yang berperan penting dalam mengatasi prokrastinasi, seperti sosial media, berita dan sebagainya. Upaya meminimalisir atau mengatasi distraksi cenderung lebih mudah untuk dilakukan, misalnya saja menonaktifkan sosial media, berita, dan sebagainya ketika mengerjakan suatu pekerjaan.

Sebagai contoh, Julia menonaktifkan pemberitahuan sosial media dan beberapa aplikasi lain yang berpotensi mendistraksi saat ia menyusun proposal penelitian. Julia kemudian mengaktifkan lagi ketika ia sedang tidak mengerjakan proposalnya, seperti ketika ia sedang beristirahat. Upaya Julia tersebut memberikan kesempatan baginya untuk tetap fokus menyusun proposal penelitian dengan minimum distraksi, sehingga proposal yang dikerjakan dapat selesai dengan waktu yang lebih singkat dan kualitas yang lebih baik.


Demikian penjelasan singkat mengenai prokrastinasi dan beberapa hal yang berkaitan maupun ada di baliknya. Penjelasan tersebut diharapkan dapat memberikan gambaran yang lebih tepat bagi individu yang ingin melabeli perilakunya maupun orang lain dengan istilah prokrastinasi secara lebih tepat.

Selain itu, adanya penjelasan mengenai penyebab dan cara mengatasi perilaku tersebut juga diharapkan dapat meningkatkan pemahaman membantu individu yang sedang struggle dengan prokrastinasi, sehingga dampak negatif yang ada dapat diminimalisir.

Referensi

Cherry, K. (2020, Mei 30). What Is Procrastination? Verywell Mind. https://www.verywellmind.com/the-psychology-of-procrastination-2795944

Klingsieck, K. B. (2013). Procrastination. European Psychologist, 18(1), 24–34. https://doi.org/10.1027/1016-9040/a000138

Krause, K., & Freund, A. M. (2014). Delay or procrastination – A comparison of self-report and behavioral measures of procrastination and their impact on affective well-being. Personality and Individual Differences, 63, 75–80. https://doi.org/10.1016/j.paid.2014.01.050

Laschke, M., Hassenzahl, M., Brechmann, J., Lenz, E., & Digel, M. (2013). Overcoming procrastination with ReMind. Proceedings of the 6th International Conference on Designing Pleasurable Products and Interfaces – DPPI ’13, 77. https://doi.org/10.1145/2513506.2513515

O’Donoghue, T., & Rabin, M. (2008). Procrastination on long-term projects. Journal of Economic Behavior & Organization, 66(2), 161–175. https://doi.org/10.1016/j.jebo.2006.05.005

Perlmutter, A. (2019, Oktober 19). Why We Need Empathy for Our Future Selves. Psychology Today. https://www.psychologytoday.com/us/blog/the-modern-brain/201910/why-we-need-empathy-our-future-selves

Procrastination. (t.t.). Cambridge Dictionary. Diambil 22 Agustus 2021, dari https://dictionary.cambridge.org/dictionary/english/procrastination

Procrastination. (t.t.). Psychology Today. Diambil 22 Agustus 2021, dari https://www.psychologytoday.com/us/basics/procrastination

Artikel Terkait

Leave a Comment