“Intuisiku slalu mengarah kepadamu….”
Pernahkah kamu mendengar lirik lagu diatas? Yups, lirik lagu dengan judul ‘Intuisi’ tersebut dinyanyikan oleh penyanyi solo terkenal bernama Yura Yunita.
‘Intuisi’ menceritakan tentang seseorang yang telah yakin pada pasangannya dari kata hati yang paling dalam dan paling jujur namun harus dikecewakan karena kerap kali dihiraukan, meskipun dirinya sudah mengusahakan yang terbaik untuk hubungannya.
Dalam lagu ini Yura mengungkapkan bahwa selama ini intuisinya salah. Lalu, apakah arti intuisi yang sebenarnya? Apakah intuisi bisa salah? Mari simak arti intuisi menurut psikologi.
Apa Arti Intuisi Menurut Psikologi?
Menurut Myers (2002), intuisi adalah pengetahuan tentang hal-hal yang tidak diketahui, karena individu tidak menyadari bahwa sebenarnya pengetahuan tersebut telah dimilikinya. Day (2006) juga menjelaskan bahwa intuisi adalah sebuah proses non-linier dan non-empiris dalam memperoleh serta menafsirkan informasi untuk menjawab pertanyaan.
Seseorang yang menggunakan intuisi biasanya akan menjawab pertanyaan dengan cepat tanpa memerlukan waktu untuk berpikir. Menurut Butler (2003), istilah intuisi merujuk pada sekumpulan proses fisik yang membuat seseorang tetap bertahan hidup, yang berlangsung tanpa disadari dan memberi sinyal-sinyal mengenai apa yang telah terjadi dan apa yang akan terjadi.
Dalam otak manusia, pengetahuan-pengetahuan yang secara tidak sengaja tersimpan dalam memori, menjadi bagian-bagian tersendiri dan seolah-olah tidak saling berhubungan, tidak bermakna, dan biasanya tidak bermanfaat sama sekali oleh individu yang terbiasa berpikir rasional atau berpikir berdasarkan fakta dan data.
Padahal dengan berpikir intuitif, tanpa kesadaran dengan proses berpikir yang super cepat serta mendadak, individu dapat mengambil kesimpulan dengan cepat tentang suatu keadaan yang dihadapinya sehingga dapat mengarahkan perilaku dengan benar (Gazzaniga dalam Myers, 2002).
Tiga Bentuk dan Contoh Intuisi yang Dapat Dimiliki Individu
Natalie Nixon dalam buku yang berjudul: “The Creativity Leap” memaparkan terdapat tiga bentuk intuisi yang dapat bermanfaat bagi individu. Tiga bentuk tersebut adalah sebagai berikut.
- Ordinary intuition adalah intuisi yang sadar atau tidak sadar digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Intuisi ini bersumber dari pengalaman-pengalaman yang pernah terjadi sepanjang hidup seseorang. Contohnya, ketika kita melihat awan gelap dilangit maka kita akan mendapat intuisi bahwa sebentar lagi akan turun hujan. Hal ini terjadi karena di sepanjang hidup kita pernah melihat hujan turun setelah adanya awan gelap.
- Expert intuition merupakan intuisi yang terbentuk dari mengasah satu atau lebih kemampuan tertentu di sepanjang kehidupan seseorang. Sebagai contoh, ketika kita menyukai olahraga bulutangkis dan berlatih kemampuan di bidang tersebut secara rutin, maka kemungkinan kita akan memiliki intuisi yang lebih baik dalam bidang tersebut dibanding orang lain yang tidak pernah. Kita akan mengetahui kapan waktu harus bertahan dan kapan untuk menyerang.
- Strategic intuition merupakan intuisi yang terbentuk dari pengalaman dalam mengelola suatu organisasi atau usaha. Intuisi ini bermanfaat untuk pengambilan keputusan dalam jangka pendek karena perubahan lingkungan drastis. Contohnya adalah pengambilan keputusan seorang pengusaha sebelum terjadinya masa krisis ekonomi dengan melakukan efisiensi bisnis. Intuisi ini terbentuk dari pengalaman dalam mengelola usaha, dimana semakin lama pengalaman seseorang maka orang tersebut akan lebih mudah mengidentifikasi faktor-faktor yang akan mempengaruhi operasional usaha.
Kapan Kita Bisa Menggunakan Intuisi?
Intuisi memiliki nilai lebih dalam situasi pengambilan keputusan yang sulit namun membutuhkan waktu yang cepat. Myers (2002) menjelaskan bahwa dalam sebuah penelitian menunjukkan bahwa, ketika seseorang menganalisa banyak data namun informasi yang didapat tidak memberi tahu apa yang harus dilakukan, disitulah terkadang intuisi akan bekerja.
Intuisi dalam pengambilan keputusan tersebut memang nampak tidak berdasar, namun tanpa kita sadari seperti yang telah dijelaskan pada bagian sebelumnya, otak kita secara tidak sadar telah mencocokkan berbagai pengalaman di masa sebelumnya untuk melakukan penilaian tersebut.
Apakah intuisi bisa salah?
Disamping intuisi, terdapat satu fenomena dalam psikologi yang dikenal sebagai ‘kesalahan insting pertama’. Fenomena ini merupakan suatu bentuk keyakinan bahwa jawaban-jawaban intuitif lebih cenderung benar, seperti contoh dalam ujian pilihan ganda, misalnya, kita harus tetap dengan pilihan pertama dan tidak berubah pikiran nanti.
Contoh lain, dalam situasi wawancara kerja, seorang recruiter dalam melakukan wawancara pertama terkadang memiliki insting bahwa kandidat tersebut adalah kandidat yang tepat. Tetapi apakah itu benar adanya?
Dalam melakukan penilaian yang cepat terkadang banyak bias kognitif yang dapat mempengaruhi penilaian kita, di mana orang-orang yang kita sukai dan “terasa” tepat, sering kali merupakan orang-orang yang mirip dengan kita, alih-alih orang yang memiliki kualifikasi terbaik untuk pekerjaan itu.
Sejatinya intuisi bukanlah perasaan yang logis. Intuisi bukan berasal dari serangkaian langkah yang dipertimbangkan dengan matang dan dapat dijelaskan. Namun, meskipun muncul secara cepat dan biasanya bermanfaat, intuisi tidak sepenuhnya akurat. Ada kalanya intuisi kita kurang tepat dalam memperkirakan sesuatu.
Otak bawah sadar kita mencoba mengenali dan memproses pola berpikir dari pengalaman yang sudah ada. Keakuratan intuisi juga tergantung pada kekuatan otak dalam pencocokan pola dengan memori jangka panjang yang sudah ada sebelumnya untuk menyajikan penilaian saat ini.
Selain itu, kekuatan intuisi juga dipengaruhi oleh kebiasaan dan durasi pengalaman yang telah didapatkan seseorang. Semakin banyak seseorang mengalami atau mendapatkan peristiwa serupa, maka semakin tinggi tingkat keakuratan intuisi yang dimiliki.
Selain itu, intuisi juga dapat diasah melalui empati, dengan memperhatikan cerita orang lain dan memposisikan diri dalam situasi orang tersebut, kita dapat berlatih untuk mencari tahu solusi meskipun tidak merasakannya secara langsung. Merasakan “kekhawatiran” yang dirasakan orang lain dapat mengasah intuisi kita apabila dihadapkan pada peristiwa lain dalam hidup kita sendiri.
Nah, itulah yang perlu kita ketahui mengenai intuisi. Kita bisa tahu bawah intuisi yang dimiliki oleh penyanyi Yura Yunita yang diceritakan dalam lagunya dengan judul yang sama bisa saja salah, karena sejatinya intuisi bisa saja akurat namun bisa juga salah karena banyak faktor yang dapat mempengaruhi intuisi yang kita miliki.
Namun, tetap intuisi adalah suatu hal yang bermanfaat dalam kehidupan kita sehari-hari, oleh karena itu mengasah intuisi dengan terus menambah pengalaman, wawasan, dan empati adalah sebagian dari sekian banyak cara yang dapat kita lakukan.
Sumber:
- Butler, M. J. (2003). The power of sixth sense. Jakarta: Penerbit Cakrawala
- Day, L. (2006). Practical intuition. Jakarta: PT Serambi Ilmu Semesta.
- Myers, D.G. (2002). Intuition: The powers and perils. London: Yale University Press.
- Nixon, N. (2020). The Creativity Leap: Unleash Curiosity, Improvisation, and Intuition at Work. London: Berrett-Koehler Publishers.