Orangtua memiliki peran penting dalam tumbuh kembang anak. setiap orangtua memiliki caranya masing-masing untuk membentuk dan mendidik anak-anak mereka. Ketepatan orangtua dalam memberikan pola asuh akan menentukan keberhasilan anak untuk menjadi individu yang baik.
Namun ketidaksesuaian dalam menerapkan pola asuh bagi anak dapat memberikan dampak negatif pada anak. Salah satu jenis pola asuh orangtua yaitu pola asuh yang ketat atau strict dalam mendidik anak. Lalu apa yang dimaksud dengan pola asuh ketat atau strict parents?
Apa Itu Strict Parents?
Pola asuh yang strict dikenal juga sebagai authoritarian parenting. Orang tua yang strict adalah orang tua yang menetapkan batasan untuk mengatasi masalah perilaku anak dan membantu anak dengan meningkatkan penggunaan hukuman (Antonopoulou dkk., 2012). Pengasuhan otoriter lebih keras dan menggunakan metode hukuman fisik dan psikologis.
Orang tua tipe ini cenderung menuntut, cukup responsif, tidak menegosiasikan tindakan disiplin anak dan menekankan pentingnya sifat aturan keluarga yang tidak fleksibel. Orangtua yang menggunakan pola asuh ini juga lebih cenderung mengatakan bahwa mereka akan menggunakan hukuman yang ketat jika anak mereka merokok ganja, minum di bawah umur, atau tidak mengejar gelar yang lebih tinggi (Colmone & Greenberg, 2017). Pengasuhan ini mengedepankan hukuman sebagai bentuk responsif dari tidak sesuainya harapan mereka dengan perilaku anak.
Contoh Perilaku Pola Asuh Strict Parenting
Ada beberapa contoh perilaku orangtua yang menggunakan gaya pola strict parenting yang tanpa disadari pernah kita lakukan pada anak.
- Berteriak ketika anak nakal atau melakukan kesalahan. Orangtua yang strict atau ketat terhadap pengasuhan biasanya tanpa didasari berbicara dengan nada yang tinggi. Perilaku ini sebagai manifestasi dari kekesalan orangtua terhadap perilaku anak, padahal bisa saja perilaku salah yang dilakukan anak adalah ketidaksengajaan atau ketidaktahuan.
- Teguran dan kritik agar anak menjadi lebih baik. Kontrol orangtua melalui kritikan agar anak bisa memperbaiki atau menjadi lebih baik. Anak yang menerima pengasuhan jenis ini lebih banyak menerima permusuhan verbal dan fisik dari orangtua mereka. Afeksi ekspresi dan kritik yang sarat seperti, kekecewaan dan rasa malu pada anak.
- Menegur dan mengkritik ketika perilaku anak tidak sesuai dengan harapan kita. Anak yang gagal dalam memenuhi harapan orangtua, biasanya akan mendapatkan kritikan atas perilaku mereka. Kritikan ini menjadi upaya orangtua mengontrol perilaku anak agar sesuai dengan harapan mereka. Orangtua manipulasi dan eksploitasi ikatan orang tua-anak seperti, penarikan cinta dan memberikan perasaan bersalah pada anak
- Orangtua menekankan alasan aturan. Strict parenting menurut laporan diri ibu, mencakup banyak penekanan pada aturan dan kritik terhadap perilaku buruk (Antonopoulou dkk., 2012). Melalui kontrol pribadi yang berlebihan seperti posesif dan protektif orangtua mengontrol anak.
Dampak Strict parent pada anak
Perilaku orang tua yang ketat dalam memberikan mendidik anak memberikan dampak psikologis bagi tumbuh kembang anak. Berikut ini beberapa dampak dari pengasuhan strict parents:
- Aturan dan hukuman orang tua yang ketat sering kali mempengaruhi anak untuk memberontak terhadap figur otoritas saat mereka tumbuh dewasa.
- Gaya pengasuhan yang ketat dapat mengakibatkan anak-anak memiliki tingkat agresi yang lebih tinggi tetapi mungkin juga pemalu, tidak kompeten secara sosial, dan tidak mampu membuat keputusan sendiri.
- Anak yang hidup dalam pengasuhan yang ketat cenderung memiliki perilaku agresi yang tidak terkendali karena mereka mengalami kesulitan mengelola kemarahan dan orangtua tidak memberikan bimbingan yang tepat.
- Orangtua yang strict menggunakan kontrol psikologis yang akan berbahaya dan berpotensi menghambat atau mengganggu perkembangan psikologis anak.
- Pikiran dan perasaan negatif dari ibu yang otoriter lebih merusak harga diri anak-anak dan anak yang memiliki harga diri buruk, semakin memperkuat ketidakmampuan mereka untuk membuat keputusan.
Strict Parents Dalam Budaya Kolektif Dan Individual
Strict Parenting tidak selalu berkaitan dengan kontrol yang ketat yang memberikan dampak buruk pada anak. Parenting directive style atau pola asuh direktif adalah jenis pengasuhan alternatif yang dapat didefinisikan sebagai pola asuh ketat yang mengarahkan dan bermanfaat positif bagi perkembangan anak (Sorkhabi, 2012). Pola asuh otoriter mungkin dimaknai tidak berbahaya meskipun sifatnya nonnormatif (Rudy & Grusec, 2006).
Pada budaya kolektivis seperti Negara-negara Asian termasuk Indonesia, orangtua yang ketat mengenai aturan dianggap sebagai upaya untuk menjaga anak-anak tetap aman dan jauh dari pengaruh lingkungan negatif di lingkungan. Dalam hal ini, orang tua menggunakan aturan ketat mengasuh anak untuk melindungi anak. Orang Amerika keturunan Asia sangat percaya pada gagasan bahwa anak-anak seharusnya mengorbankan keinginan mereka sendiri untuk kepentingan keluarga.
Prinsip timbal balik dalam pengasuhan dimana anak dan orangtua melihat dari sudut pandang yang berbeda. Nilai Kultural seperti pada budaya Asia saling ketergantungan dan keharmonisan keluarga mempengaruhi jenis gaya pengasuhan orang tua yang mungkin dipilih untuk diadopsi (Chang, 2007). Jadi, mungkin saja emosi orang tua dan kognisi mungkin lebih penting dalam mempengaruhi interpretasi anak-anak tentang otoritarianisme daripada apakah itu dianggap normatif (Rudy & Grusec, 2006).
Anak-anak yang tumbuh dengan orang tua yang otoriter biasanya akan berperilaku paling baik di dalam ruangan karena konsekuensi dari perilaku yang salah(Sanvictores & Mendez, 2022). mereka lebih mampu mematuhi instruksi yang tepat yang diperlukan untuk mencapai tujuan. Pola asuh ditemukan di lebih banyak kelompok kolektivis belum tentu memiliki arti yang sama dengan tinggi yang sama tingkat otoritarianisme dalam kelompok individualis (Rudy & Grusec, 2006).
Hingga saat ini penelitian yang berkaitan dengan strict parent masih dikembangkan. Pola asuh yang diterapkan orangtua tidak terlepas dari hasil harapan dari konstruksi budaya yang mereka anut. Penelitian lain juga perlu mempertimbangkan unsur budaya sebagai elemen dari gaya pengasuhan orang tua.
Sumber Referensi
- Antonopoulou, K., Hadjikakou, K., Stampoltzis, A., & Nicolaou, N. (2012). Parenting Styles of Mothers With Deaf or Hard-of-Hearing Children and Hearing Siblings. The Journal of Deaf Studies and Deaf Education, 17(3), 306–318. https://doi.org/10.1093/deafed/ens013
- Chang, M. (2007). Cultural differences in parenting styles and their effects on teens’ self-esteem, perceived parental relationship satisfaction, and self-satisfaction [Thesis, Carnegie Mellon University]. https://doi.org/10.1184/R1/6684062.v1
- Colmone, S., & Greenberg, K. (2017). Parental Influence: Potential long-term effects of strict parenting. https://dspace.sunyconnect.suny.edu/handle/1951/69323
- Rudy, D., & Grusec, J. E. (2006). Authoritarian parenting in individualist and collectivist groups: Associations with maternal emotion and cognition and children’s self-esteem. Journal of Family Psychology, 20, 68–78. https://doi.org/10.1037/0893-3200.20.1.68
- Sanvictores, T., & Mendez, M. D. (2022). Types of Parenting Styles and Effects On Children. Dalam StatPearls. StatPearls Publishing. http://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK568743/
- Sorkhabi, N. (2012). Parent Socialization Effects in Different Cultures: Significance of Directive Parenting -. Psychological Reports, 110(3), 854–878. https://doi.org/10.2466/10.02.17.21.PR0.110.3.854-878