Setelah lulus kuliah, orang-orang pada umumnya melanjutkan ke dunia kerja sebagai karyawan atau pekerja mandiri. Pernahkah kalian berpikir mengapa kita harus bekerja? Apa sebenarnya tujuan bekerja? Apa orientasi karir seseorang?
Setiap individu memiliki pandangan yang berbeda terhadap pekerjaannya. Cara memandang suatu pekerjaan akan mempengaruhi pada tingkat kepuasan kerja dan kebahagiaan. Penelitian yang dilakukan oleh Wrzesniewski (1997) membagi tiga model orientasi kerja yang terdiri dari:
1. Orientasi Job
Individu dengan orientasi job melihat bahwa bekerja hanya sebuah cara untuk memperoleh keuntungan ekonomis. Ia bekerja untuk menerima gaji agar dapat memenuhi kebutuhan materi keluarga, hobi atau kehidupan di luar pekerjaan. Ia tidak tertarik untuk memperoleh penghargaan.
Ia cenderung tidak menunjukkan ambisi dalam bekerja karena yang terpenting mendapatkan imbalan. Individu dengan orientasi ini cenderung kurang terlibat aktif dalam pekerjaannya. Ia akan tertarik melakukan kerja jika mendapat keuntungan. Pekerjaannya ia lakukan karena pekerjaan ini dianggap cara terbaik untuk mendapatkan uang.
Individu dengan orientasi job memiliki ciri-ciri:
a. Tujuan utama dalam bekerja adalah uang yang dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan di luar pekerjaannya.
b. Ia cenderung menginginkan waktu berjalan dengan lebih cepat dan menantikan akhir minggu dan hari libur.
c. Ia sangat ingin untuk pensiun dari pekerjaannya.
Contoh individu dengan orientasi job sebagai berikut:
a. Saya mengikuti bootcamp data science karena pekerjaan tersebut memiliki gaji yang tinggi.
b. Saya menjadi marketing jual beli rumah karena mendapatkan imbalan besar yang bisa saya gunakan untuk memenuhi kehidupan keluarga.
2. Orientasi Career
Individu dengan orientasi career memandang bahwa kerja sebagai proses untuk meningkatkan karir dan dianggap sebagai tangga yang harus dicapai. Pekerjaan akan terasa penting jika ia memperoleh perkembangan karir bagi individu. Ia berharap seiring memperoleh peningkatan jabatan maka akan diperoleh gaji yang lebih tinggi.
Hal ini akan berdampak pada status sosial yang tinggi, memiliki kekuasaan yang lebih besar, harga diri yang lebih tinggi. Ia akan berusaha mengeluarkan energi dan waktu yang banyak untuk mencapai jabatan dalam suatu struktur. Namun ketika proses peningkatan karir melambat akan muncul perasaan frustrasi, sinis, tidak puas dalam bekerja dan dapat menyebabkan individu untuk keluar dari organisasi.
Bagi mereka, keberhasilan sebuah pekerjaan bukan hanya dari keuntungan ekonomis melainkan adanya peningkatan berkelanjutan. Ciri individu yang memiliki orientasi career yaitu
a. Ia menikmati pekerjaannya dan ia berharap dalam kurun waktu tertentu sudah menduduki jabatan lebih tinggi
b. Memiliki tujuan yang berkaitan dengan posisi yang diharapkan
c. Promosi adalah suatu pengakuan terhadap kinerja dan menjadi tanda keberhasilan dalam kompetisi dengan rekan kerjanya
d. Ia terkadang merasa lelah dalam bekerja namun ia menyadari bahwa ia harus bekerja dengan baik agar memperoleh jabatan yang lebih tinggi
Contoh dari individu yang berorientasi pada career:
a. Saya akan berusaha untuk memperoleh sertifikasi agar lebih mudah mencapai suatu posisi
b. Menjadi asisten desain interior adalah langkah untuk membuka kantor desain interior sendiri
3. Orientasi Calling (Panggilan)
Individu dengan orientasi calling melihat pekerjaannya sebagai sebuah panggilan individu. Ia bekerja bukan hanya mencari keuntungan ekonomis atau meningkatkan karir namun adanya panggilan hidup. Pekerjaannya sebagai sarana untuk memperoleh kebahagiaan karena menemukan makna kerja yang mendalam.
Calling berupa panggilan yang menarik, adanya rasa takdir dan prososial. Individu yang terpanggil untuk berkarir di suatu domain memiliki passion pada karir tersebut. (Duffy & Autin, 2013). Bunderson dan Thompson (2009) mendefinisikan calling sebagai hasrat dan bermakna pada domain karir atau pekerjaan yang dianggap sejalan dengan tujuan hidupnya. Individu yang terpanggil untuk berkarir di suatu domain memiliki passion pada karir tersebut.
Selain itu individu tersebut melakukan suatu pekerjaan karena memiliki tujuan dan maksud atau misi pribadi (Dik & Duffy, 2009). Menurut Wrzesniewski dkk (1997) individu dengan orientasi calling memiliki ciri sebagai berikut :
a. Pekerjaannya merupakan hal penting dalam hidupnya
b. Ia merasa bahagia mengenai pekerjaannya
c. Ia merasa puas dengan pekerjaannya
Contoh individu dengan orientasi calling sebagai berikut:
a. Saya membangun usaha beauty product menyediakan berbagai shade agar menunjukkan bahwa cantik tidak identik dengan kulit putih dan wanita Indonesia mencintai dirinya sendiri.
b. Saya ingin bekerja di suatu organisasi yang memperhatikan sustainable development goals.
Berdasarkan tiga orientasi kerja di atas setiap orientasi memiliki arah yang berbeda. Orientasi job berfokus pada uang, orientasi career berfokus pada prestasi dan orientasi calling berfokus pada tujuan.
References:
- Bunderson, J. S., & Thompson, J. A. (2009). The call of the wild: Zookeepers, callings, and the double-edged sword of deeply. Administrative Science Quarterly, 32-57.
- Dik, B. J., & Duffy, R. D. (2009). Calling and Vocation at Work. The Counseling Psychologist, 424-450.
- Duffy, R. D., & Autin, K. L. (2013). Disentangling the link between perceiving a calling and living a calling. Personnel Psychology, American Psychological Association.
- Wrzesniewski, A., McCauley, C., Rozin, P., & Schwartz, B. (1997). Job, Careers, and Calling: People’s Relations to Their Work. Journal of Research in Personality, 21-33.