Perjalanan karir setiap orang tentu sangat berbeda dan memiliki cerita unik meskipun berada dalam satu profesi yang sama. Meskipun berbeda, ada kesamaan dari setiap perjalanan karir seseorang yaitu tantangan yang dihadapi pada setiap tahap perkembangan karir.
Pada saat memulai karir hingga memasuki masa pensiun akan menghadapi krisis dan permasalahan. Tidak perlu cemas karena hal tersebut wajar terjadi dialami oleh semua orang. Apa saja tantangan karir yang akan dihadapi? Simak penjelasan di bawah ini.
5 Tahap Perkembangan Karir
Salah satu teori pengembangan yang terkenal dan yaitu Super Career Development (Super, 1990). Ternyata, perkembangan karir dimulai sejak lahir. Tahap perkembangan karir dibagi menjadi 5. Berikut penjelasan tahap-tahap perkembangan karir:
1. Growth
Tahap ini dimulai sejak usia 0 hingga 14 tahun. Mereka belajar tentang konsep diri, mengenal berbagai profesi dan mengembangkan sikap sehingga bisa mengerti hal-hal yang disukai.
Jika kita kembali mengingat masa anak-anak, sering kali diberi pertanyaan tentang cita-cita. Pertanyaan seperti ini bertujuan untuk mengenal berbagai profesi dan mengajarkan untuk mengerti tentang diri sendiri.
2. Exploration
Pada usia 15-24 tahun memasuki tahapan eksplorasi. Tahapan ini dimulai saat SMA hingga mendapat pekerjaan pertama. Tahap eksplorasi akan dipenuhi dengan mencoba berbagai hal untuk mengetahui keinginan dan minat pribadi.
Saat SMA aktif bergabung di ekstrakurikuler untuk menggali minat dan mengasah soft skill. Disamping itu, pelajaran SMA sudah mulai dibagi berdasarkan jurusan sehingga terlihat arah minat dan bakat. Masa SMA diakhiri dengan mengambil keputusan memilih jurusan kuliah yang tentunya berpengaruh pada karir di masa depan.
Memasuki dunia perkuliahan, mahasiswa pun aktif di kegiatan luar akademik seperti kepanitiaan, unit kegiatan mahasiswa atau magang. Kegiatan tersebut bertujuan untuk mengasah soft skill dan eksplorasi minat.
Biasanya pada masa ini sangat menyenangkan namun bagi yang belum bisa memahami dan mengenal dirinya akan mengalami kebingungan. Tidak tahu minat, passion dan tujuan karir ke depan. Permasalahan yang sering terjadi yaitu salah jurusan SMA atau kuliah. Maka, saat memasuki dunia kerja seperti hilang arah, kebingungan dan ketidakpastian.
Kebingungan yang dihadapi pada tahap eksplorasi bisa disebut quarter life crisis. Mereka merasa cemas terhadap masa depan khususnya karir, uang dan kehidupan sosial (Agarwal dkk, 2020). Krisis ini dapat dihadapi jika seseorang memahami dirinya sendiri serta mampu mengelola emosinya supaya tidak putus asa dan insecure melihat pencapaian teman-temannya.
3. Establishment
Setelah melewati masa-masa pencarian, seseorang di usia 25 – 44 tahun sudah mulai yakin dan fokus pada satu pekerjaan. Selain itu, sudah mengetahui tujuan hidup dan arah hidup ke depan.
Pengetahuan dan keterampilan perlahan-lahan semakin bertambah seiring bertambahnya pengalaman kerja. Mulai muncul kesempatan naik jabatan atau promosi. Tanggung jawab pekerjaan pun lebih strategis.
Kemampuan memimpin harus dimiliki di tahap ini. Pekerjaan menuntut untuk bisa mengarahkan sebuah tim, memimpin sebuah project dan menerima tanggung jawab yang lebih besar untuk mencapai tujuan perusahaan.
4. Maintenance
Permasalahan yang sering muncul di usia 45-60 tahun adalah gap dengan anak muda. Hal ini sering terjadi di berbagai tempat kerja terkait perbedaan pandangan antar generasi.
Mereka yang mulai memasuki dunia kerja memiliki banyak pengetahuan dan mengikuti dengan kondisi terkini. Jika kita tidak ada keinginan untuk terus belajar maka akan kalah dengan anak-anak muda. Dampak yang paling negative yaitu organisasi tidak akan maju dan berinovasi jika dikendalikan oleh orang-orang yang mau belajar hal baru.
5. Decline
Usia produktif kerja terhitung hingga usia 60 tahun, setelah itu akan pensiun dari pekerjaan. Sebelum memasuki pensiun, banyak perusahaan yang menyiapkan pelatihan persiapan pensiun. Bahkan, terdapat tempat kerja yang memiliki kebijakan untuk mengurangi beban kerja karyawan sebelum pensiun
Pensiun bukan lah hal yang mudah karena akan mengalami kebiasaan yang sangat berbeda. Permasalahan yang sering muncul ketika pensiun yaitukesepian. Menurut Shin dkk (2019) kesepian bisa teratasi jika mendapat dukungan sosial dari orang-orang sekitar. Maka, saat pensiun sebaiknya tetap bersosialisasi dengan siapa pun. Salah satu kegiatan yang bisa dilakukan saat pensiun yaitu bergabung di pengurus RT/RW, aktif di komunitas atau melakukan hobi. Pensiun bukan menjadi halangan untuk tetap produktif.
Mengapa Penting Mengetahui Tahap Perkembangan Karir?
Mencapai kesuksesan karir perlu memahami diri sendiri, tujuan & mengembangkan pengetahuan serta keterampilan meskipun harus menghadapi tantangan atau krisis di setiap perkembangan karir. Krisis tersebut seperti jati diri, quarter life crisis, mid life crisis dan retirement crisis. Krisis-krisis yang dihadapi di setiap tahap perkembangan pada intinya berakar pada dorongan untuk belajar hal baru. Selalu berani untuk mencoba berbagai hal, melihat dari berbagai perspektif dan tetap menjalin network dengan siapa pun.
Situasi dunia selalu mengalami perubahan dan muncul berbagai inovasi-inovasi. Ketika tidak pernah mencoba, maka kita tidak akan pernah tahu. Jika kita merasa cukup dengan ilmu yang dimiliki, maka kita akan kalah dengan orang-orang baru.
Krisis dalam karir sesuatu hal yang wajar. Tidak apa-apa jika mengalami putus asa, kebingungan dan ketidakpastian karena hal tersebut wajar terjadi. Dengan mengetahui tahap perkembangan karir akan membuat lebih siap dan memiliki gambaran masa depan.
References
- Agarwal, S., Guntuku, S. C., Robinson, O. C., Dunn, A., & Ungar, L. H. (2020). Examining the Phenomenon of Quarter-Life Crisis Through Artificial Intelligence and the Language of Twitter. Frontiers in Psychology, 341.
- Shin, O., Park, S., Amano, T., & Kwon, E. (2019). Nature of Retirement and Loneliness: The Moderating Roles of Social Support. Journal of Applied Gerentology, 1-11.
- Super, D. E. (1990). A life-span, life-space approach to career development. San Fransisco: Jossey-Bass.