omong kosong

Opini: Tes 16 Personalities Itu Omong Kosong! Ini Faktanya

Beberapa orang saat menjadi jobseeker, pastinya pernah mengalami seleksi karyawan menggunakan tes psikologi, bukan? Tes psikologi saat seleksi digunakan untuk membaca karakter kandidat guna menemukan karyawan yang tepat untuk posisi tertentu.

Namun, tak sedikit pula perusahaan yang menginginkan proses seleksi berjalan cepat. Makanya, para recruiter pun sering menggunakan tes psikologi online yang biasanya memberikan laporan secara gratis. Salah satu tes itu adalah 16 personality test dari www.16personalities.com.

Pernahkah kalian mendengar nama tes ini? Jika kalian generasi millennial maupun gen-Z yang suka iseng-iseng tes kepribadian, pastinya kalian pernah mencoba setidaknya satu atau dua kali tes ini. Pihak-pihak di balik tes ini mengklaim sebagai alat ukur psikologi yang akurat dengan basis teori Myers-Briggs. Tapi, tahukah kalian? Secara teknis, klaim itu tidak sepenuhnya benar.

Table of Contents

Kenapa 16Personalities.com Begitu Populer?

Saking populernya tes kepribadian 16personalities.com di kalangan anak muda, salah stasiun televisi Korea Selatan pernah mengadakan sebuah reality show berjudul MBTI Inside (2021) yang menggabungkan 16 orang dengan kepribadian yang berbeda-beda berdasarkan yang mereka dapatkan dari website tersebut.

Artis-artis Korea Selatan pun mulai sering membicarakan tipe kepribadiannya berdasarkan website tersebut.

Kepopuleran website 16personalities.com sebetulnya bukanlah hal baru di kalangan masyarakat Indonesia, sebab website ini sudah sering digunakan sebagai tes kepribadian gratisuntuk keperluan profesional, misalnya seleksi karyawan. 

Sayangnya, banyak pihak-pihak yang belum tahu bahaya tersembunyi yang muncul apabila kita menggunakan tes ini untuk kebutuhan profesional. Apa saja?

Kerugian Asesmen dengan Tes Online Gratis

Pertanyaan besarnya: apakah artis-artis dan perusahaan yang menggunakan 16personalities.com mengerti basis teorinya? Entahlah.

Bisa jadi mereka mempelajarinya, bisa jadi tidak.Namun, dari yang penulis amati, kebanyakan orang awam hanya mengikuti tren dan menyebarkannya. Seperti halnya public figure lainnya, mereka menghalalkan segala cara agar orang-orang menaruh perhatian pada mereka.

Lebih parahnya lagi, target audiens mereka adalah anak-anak muda yang masih mencari jati diri, atau fans yang sering ikut-ikutan lifestyle idolanya.

Bagaimana dengan perusahaan? Sudah jadi rahasia umum bahwa perusahaan itu maunya yang gratis, tidak suka repot-repot, dan menganggap ukuran dari tes online cukup menjadi potret kepribadian seorang kandidat.

Tak hanya seleksi, perusahaan juga bisa menggunakan tes online ini untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan anggota tim.

Lalu, apa kerugian sebenarnya menggunakan tes 16 Personalities di ranah profesional?

1. Hasil Tesnya Tidak Bisa Dipertanggungjawabkan

Bagaimana suatu tes bisa dipertanggung jawabkan? Suatu tes psikologi yang baik harus memiliki konsistensi dalam pengukuran. Indikator konsisten tidaknya suatu tes adalah validitas dan reliabilitas tes (Dewi, 2018).

Validitas adalah ketepatan suatu alat ukur dalam melakukan pengukuran, sedangkan reliabilitas mengacu kepada keajegan atau stabilitas hasil dari pengukuran tes (Azwar, 2010).

Saat kita memilih alat ukur untuk seleksi karyawan maupun asesmen biasa, kita perlu memperhatikan bagus tidaknya alat ukur tersebut dilihat dari kriteria berikut:

A. Apakah tes tersebut mengukur apa yang diklaim untuk diukur secara konsisten?

Dengan kata lain, jika seseorang mengikuti tes lagi, orang tersebut akan mendapatkan nilai tes yang sama. Beberapa user yang menggunakan 16 Personalities berulang kali mengklaim bahwa nilai yang mereka dapatkan dari tes tersebut berbeda dari awal mereka melakukan tes.

Hal ini bisa jadi indikator bahwa tes yang digunakan tidak sepenuhnya akurat dan reliable. Secara teori, perubahan kepribadian bisa terjadi dikarenakan banyak hal, misalnya event yang tak terduga. Namun, perubahan kepribadian yang drastis tidak serta merta mengubah kita menjadi kelompok manusia tertentu.

Anna Elise dari MBTI Journey menjelaskan bahwa kelemahan tes ini adalah tidak menjelaskan secara rinci mengenai tipe dengan huruf berbeda, seperti INFP dan INFJ. Gampangnya, tes 16 Personalities itu bekerja begini: “Oh, kamu cenderung banyak ke S berarti kamu S, bukan N.” Aneh, bukan?

B. Apakah tesnya bisa mengukur apa yang diklaim untuk diukur?

Tes psikologi itu harus to the point. Misalnya, tes intelegensi harusnya mengukur kemampuan mental seseorang, bukan karakteristik lainnya. Bagaimana dengan tes 16 Personalities?

Bisa dibaca di website-nya bahwa tes ini mengukur karakteristik kepribadian berdasarkan 5 faktor. Kelima faktor tersebut adalah introversion-extraversion, sensing, perceiving, intuiting, dan judging.

Namun berdasarkan hukum penyusunan tes, harus diperjelas lagi kelima asal faktor ini asalnya dari mana. Penyusun 16 Personalities (16P) mengklaim bahwa tes ini hanya mengukur spektrum dari kelima faktor tersebut. Yang jadi masalah adalah sebetulnya, tak ada kejelasan arahnya sensing-nya seperti apa atau intuitive-nya seperti apa.

Secara kognitif atau secara keperilakuan? Jelas bahwa dasar teori ini terlalu dangkal bila dibandingkan dengan konsep Myers-Briggs yang jelas mengacu kepada aspek pola pikir yang membentuk kepribadian melalui cognitive functions-nya.

Jadi, jelaslah bahwa tes dari web 16P ini tidak jelas mau mengukur aspek apanya. Lebih jauh lagi, teorinya pun tidak masuk akal. Segala macam asesmen yang menggunakan alat ukur “tidak jelas” ini bisa jadi malah merugikan perusahaan karena tidak mendapatkan kandidat yang sesuai dengan kriteria job.

2. Teori yang Dangkal bisa Menyesatkan

Secara teoritis, tes dari 16 Personalities (16P) tidak jelas asal usulnya. Teori yang dipakai hanya mengambil kecenderungan dari 4 huruf Myers-Briggs tanpa menyertakan konsep cognitive functions yang disusun oleh Isabel Briggs Myers dan Catherine Cook Briggs.

Hal ini juga sempat dibahas oleh website Real Wealth Business, bahwa tes ini tidak menjunjung proses skoring Myers-Briggs sehingga tidak bisa dinyatakan tes 16P dan Myers-Briggs adalah tes yang sama. Jadi, tes 16P sebaiknya tidak digunakan untuk asesmen kepribadian secara profesional karena basis teoritisnya yang dipertanyakan. Jika terus digunakan, malah akan menyesatkan.

Meskipun teori Myers-Briggs (yang asli, bukan yang di website 16P!) juga banyak didebat oleh banyak orang, penelitian terkini menyatakan bahwa tes Myers-Briggs bisa dimanfaatkan sebagai sarana self-discovery yang membantu individu menentukan jalan hidupnya, terutama soal minat dan karir sesuai dengan kepribadiannya (Kin & Rameli, 2020).

Mengapa bisa demikian?

Setiap orang yang memiliki cognitive functions berbeda tentunya berbeda dari sisi pola pikirnya, sehingga akan mempengaruhi bagaimana ia bersikap terhadap suatu pekerjaan tertentu.

Misalnya, orang yang memperhatikan detail dan keadaan saat ini (Introvert Sensors) akan cocok untuk bekerja sebagai akuntan atau staf admin, sedangkan orang yang banyak ide dan hidup dari visi (Extrovert Intuitives) akan cocok untuk bekerja menjadi jurnalis.

3. Mudah Terjadi Bias

Tes 16P sangat mudah membuat orang termakan oleh confirmation bias dan barnum effect. Confirmation bias mengacu kepada kecenderungan membenarkan informasi yang dirasa sesuai dengan nilai-nilai yang dianut individu.

Sedangkan barnum effect adalah fenomena psikologis di mana kita cenderung merasa bahwa suatu deskripsi yang sebetulnya netral sangat cocok dengan diri kita, misalnya saat membaca ramalan zodiak atau golongan darah.

Jadi, orang-orang bisa sepakat kalau semua Gemini tukang selingkuh dan golongan darah AB itu aneh karena setiap pernyataan yang mengacu kepada golongan tertentu sangat cocok dengan ciri-ciri orang tersebut.

Padahal, deskripsi yang mereka tampilkan di website belum tentu berlaku pada semua orang.

Faktanya, yang membentuk kepribadian kita itu berasal dari dua hal: nature (genetika)dan nurture (lingkungan). Akan sangat keliru apabila kita berasumsi bahwa kepribadian setiap orang adalah mutlak hanya berdasarkan kecenderungan karakteristik bawaannya.

Maka dari itu, sebelum memutuskan akan menggunakan MBTI (yang asli, bukan 16P!) kita harus mempelajari teori cognitive functions Myers-Briggs terlebih dahulu sebelum melakukan self assessment atau pengetesan diri.

Fungsinya untuk mengajak kita merenungkan terlebih dahulu, manakah cognitive functions yang paling sering kita gunakan, lalu kita dites untuk mengkonfirmasinya.

Kesimpulan

Dari sini, kita sudah bisa menyimpulkan, bahwa meskipun mudah dan terjangkau, tes online gratis itu sangat kurang reliable untuk digunakan dalam ranah profesional.

Lalu, apakah kita masih boleh tes di 16 Personalities? Boleh saja, tapi jangan dianggap serius. Tes ini belum terbukti akurat secara scientific, jadi anggaplah tes 16 Personalities ini sebagai sarana untuk main-main saja.

Jika memang memerlukan tes kepribadian untuk melamar kerja atau mendaftar kuliah, kalian bisa mengunjungi biro psikologi terdekat atau gunakan tes Myers-Briggs yang asli dari Myers-Briggs Company. Jangan hanya menggunakan tes online yang tidak jelas asal usulnya.

Bagaimana jika kita masih penasaran dengan teori Myers-Briggs dan teori kepribadian lainnya? Jangan belajar lewat 16 Personalities!

Sebaiknya, kunjungilah situs-situs dan media psikologi yang terpercaya, terutama yang kontributornya terdiri atas praktisi di berbagai bidang psikologi. Beberapa situs media psikologi yang penulis rekomendasikan antara lain:

  1. Psychology Junkie
  2. Psychology Today
  3. Personality Growth
  4. Introvert, Dear
  5. Personality Junkie

Yang terakhir, ingatlah bahwa kita hidup di era digital. Sebagai netizen yang bijak, marilah kita crosscheck semua informasi di internetsupaya tidak rugi di kemudian hari.

Referensi:

  • Azwar, S. (2010). Reliabilitas dan Validitas. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
  • Dewi, D. A. (2018). Modul Uji Validitas dan Reliabilitas. Statistika Terapan, 1-14.
  • Kin, L., Rameli, M. R. (2020). Myers-Briggs Type Indicator (MBTI) Personality and Career Indecision among Malaysian Undergraduate Students of Different Academic Majors. Universal Journal of Educational Research, 8, 40-45. 10.13189/ujer.2020.081906
  • The Myers & Briggs Foundation. (2022). Personality and Careers. Dikutip dari The Myers & Briggs Foundation: https://www.myersbriggs.org/ 

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *