wanita usia 20, bagaimana perkembangan psikologisnya?

Perkembangan Psikologis Wanita Usia 20-an Tahun

Kita semua tahu bahwa dengan bertambahnya usia, semakin bertambah juga kewajiban kita. Namun, tahukah kamu kalau psikologi kita juga akan ikut berubah? Karena secara singkat, kita akan menjadi lebih dewasa dan memerlukan beberapa kebutuhan spesifik yang harus diikuti.

Penting juga untuk mengetahui kalau psikologi seseorang dapat dipengaruhi lingkungan, orangtua, status sosial dan ekonomi, ras, dan banyak lainnya. Jadi untuk hari ini, kubatasi ke teori Erik Erikson dan perubahan Emosional dan kognitif ya.

Perkembangan psikologis manusia memang sedikit rumit, mari kita investigasi sedikit demi sedikit.

Table of Contents

Menurut Teori “Stages of Psychosocial Development”

Menjadi perempuan muda tidaklah mudah

Semua orang merayakan saat mereka telah memasuki usia “kepala dua.” Mereka telah berkembang sebagai sebuah pribadi dan mulai menjadi young adult berdasarkan konsep Erik Erikson.

Menurut teori Erik Erikson “Stages of Psychosocial Development” seseorang yang berusia 20 tahun mulai memasuki fase Intimacy vs. Isolation (Erikson, 1980). Saat kamu sudah menciptakan sebuah konsep mengenai identitasmu, sekaranglah saat untuk berbagi dengan hidup dengan orang lain. Singkat kata, inilah masa kamu untuk berkomitmen pada orang lain.

Tantangan utama dari fase ini adalah penciptaan hubungan cinta jangka panjang yang membuatmu merasa aman. Contohnya, hubungan intim antara kamu dan pacarmu, hubungan persahabatan yang benar-benar dekat, dan hal-hal lain yang serupa. Apabila seseorang berhasil melewati fase ini, mereka akan memiliki hubungan aman yang dipenuhi oleh komitmen dan cinta. Pahami juga bagaimana karakteristik psikologi wanita putus cinta yang sudah pernah dibahas sebelumnya.

Seseorang yang tidak memenuhi fase ke-lima Erikson yang sebelumnya (Identity vs. Role Confusion) dan belum memiliki identitas seringkali gagal dalam menciptakan hubungan yang perlu berkomitmen (berdasarkan teori Psychosocial Development). Orang yang tidak memiliki hubungan yang penuh cinta dan keamanan akan cenderung merasa kesepian dan depresi.

Oh dan aku mau nambahin sedikit nih. Meskipun teori Erik Erikson sudah memberikan batasan umur untuk setiap fasenya, sangat memungkinkan untuk seseorang untuk berada di fase berikutnya secara lebih cepat/lambat daripada orang lain. Hal ini bisa disebabkan oleh lingkungan, kondisi tertentu, maupun peristiwa traumatik.

Perubahan Emosional dan Kognitif

Perubahan emosional di umur 20-an atau fase “emerging adulthood” menjadi sedikit rumit karena perkembangan otak dan transisi mereka ke kehidupan yang lebih mandiri. Tentu saja akan ada aspek-aspek yang berbeda dari perkembangan emosi remaja. Kita mulai dari decision-making mereka dahulu.

Ketika kita memikirkan perubahan menjadi lebih dewasa  kita membayangkan seseorang yang memiliki pekerjaan, mandiri, sudah memiliki rumah sendiri, dan banyak lagi. Pada akhirnya, kita akan berpisah dengan orang tua dan harus menjaga hubungan dengan mereka. Secara bersamaan, bagian motivasional dan emosional dari otak para “emerging adulthood” yang berkontribusi kepada pengambilan keputusan akan rentan untuk mengambil keputusan yang buruk (Crosnoe & Johnson, 2011).

Transisi ini juga yang membuat keputusan mereka terorientasi kepada teman sebaya, sensitif terhadap lingkungan sekitar mereka, keterbatasan dalam kendali diri, dan membuat keputusan yang tidak fokus kepada konsekuensi jangka panjang (Galván et al., 2006). Kita juga bisa berasumsi bahwa berdasarkan pendapat Galván et al, individu yang berada di emerging adulthood rentan terhadap penyalahgunaan narkoba, alkoholisme, ataupun sex bebas.

Penelitian psikologi perkembangan milik Harris, Gordon Larsen, Chantala, dan Udry (2006) juga menemukan bahwa individu yang memasuki usia 20 lebih jarang berolahraga, sarapan, periksa ke dokter. Tidak hanya itu, mereka menemukan kalau individu yang sama juga memiliki risiko yang lebih besar terkena Penyakit Menular Seksual, merokok, kebiasaan alkoholik, pemakaian marijuana dan narkoba lainnya.

-> Perubahan di Otak para Emerging Adulthood

Untuk menambah banyaknya permasalahan yang dialami para individu ini, ada juga perkembangan pesat di otak dan keadaan psikologi wanita usia 20. Otak manusia berkembang secara pesat dari lahir sampai pada 35 tahun dan ada juga penambahan dan pengurangan jumlah synapse.

Secara singkat, synapse merupakan sela antara saraf/neuron dan mampu mengirim sinyal kepada neuron lainnya. Saat semua neuron bekerja bersamaan, kamu akan seketika merasa lebih fokus dan cekatan.

Fungsi synapse yang menjadi sorotan hari ini adalah kemampuannya untuk membentuk memori. Semakin banyak synapse akan tentunya semakin bagus, dan membuat perkembangan otak dari usia muda sangat penting. Gray Matter pada frontal lobe perempuan akan mencapai volume maksimal pada 11 tahun, dibanding lelaki yang mencapainya pada umur 12 tahun (Lenroot dan Giedd, 2006).

Selain itu, otak juga menciptakan synapse baru yang akan semakin kuat oleh myelin. Myelin, adalah sebuah lapisan insulator yang dari lemak, fungsinya mempercepat perpindahan informasi. Bayangkan Myelin sebagai berlemak yang menyelimuti daging dan semakin banyak myelin, maka semakin cepat perpindahan informasi. 

Sayangnya, otak juga akan melakukan Systematic Pruning dalam proses perkembangannya. Pada dasarnya, otak akan memotong jalur synapse yang jarang terpakai. Operasi ini terjadi agar struktur otak menjadi efisien bagi orang tersebut. Kalau kamu tidak memakai kemampuanmu, otakmu akan membantu menghilangkannya untukmu.

Seputar Fase Transisi di Wanita Usia 20-an

Aku menemukan satu jurnal menarik pada 2019 yang membahas flourishing dari perspektif gender. Dalam jurnal ini, Flourishing diartikan sebagai persepsi individu bahwa hidupnya sedang lancar-lancar saja. Para perempuan memiliki tingkat flourishing yang lebih tinggi ketika dibandingkan para lelaki (46% vs. 16%).

Penelitian dari Arrosa dan Gandelman (2016) ikut menjelaskan bahwa ada sebuah “female optimism” yang membuat para wanita memandang karakteristik dan keadaan hidup secara lebih positif. Istilah ini muncul saat para peneliti menyadari ketika para perempuan melaporkan kesejahteraan yang lebih tinggi saat di kondisi yang buruk.

Fase transisi juga akrab dengan isu pekerjaan, hubungan, dan kekeluargaan. Kerap kali fase ini juga diasosiasikan dengan banyak stress terhadap para remaja. Namun, sebuah studi longitudinal dari Australia (Bell dan Lee, 2008) terhadap 8749 perempuan berumur 18-27 tahun justru menemukan hasil yang berbeda dengan ekspektasi biasanya. Transisi para subyek penelitian ini diasosiasikan dengan tingkat stress yang rendah. Pindah dari rumah, mencari kerja, dan fase keibuan menunjukkan tingkat stress yang tidak berubah. Menariknya, pernikahan menurunkan tingkat stress mereka.

Studi diatas menunjukkan beberapa hal penting. Pertama, fase-fase transisi tidak selalu berhubungan positif dengan tingkat stress yang tinggi. Kedua, pengalaman setiap orang itu unik. Terakhir, lingkungan dan budaya memainkan peran yang signifikan dalam fase transisi ini.

Pastinya, dinamika dan perkembangan sebuah individu memiliki ketergantungan yang besar terhadap lingkungan dan pastinya keluarga. Carlson (2014) adalah salah satu ilmuwan yang menggarisbawahi pentingnya peran keluarga dalam fase emerging adulthood, serta menghubungkannya dengan tingkat kesejahteraan mereka.

Kesimpulan

Emerging adulthood merupakan salah satu fase besar bagi lelaki dan perempuan. Meskipun tidak ada perbedaan signifikan dari psikologi kedua gender ini. Kedua gender terpengaruhi oleh budaya tempat tinggal mereka secara unik. Daerah-daerah yang memiliki patriarki yang kental, diskriminasi gender yang signifikan, serta norma yang masih merendahkan kodrat perempuan memiliki pengaruh yang sangat besar terhadap mereka.

Mulai dari perubahan cara bicara, pola perilaku, nilai-nilai individual. Lingkungan memiliki dampak yang terbesar dari pembentukan psikologis seorang individu. Tentu saja, dari sisi psikologi, semua wanita usia 20-an bisa menjadi seorang alpha girl.

Sekian dari saya, terima kasih!

Referensi:

Arrosa, M. L., & Gandelman, N. (2016). Happiness decomposition: Female optimism.

Journal of Happiness Studies, 17(2), 731–756. https://doi.org/10.1007/s10902-015-9618-8.

Bell, S., & Lee, C. (2008). Transitions in emerging adulthood and stress among young Australian women. International Journal of Behavioral Medicine, 15(4), 280–288. doi:10.1080/10705500802365482

Carlson, C. L. (2014). Seeking self-sufficiency: Why emerging adult college students receive and implement par- ental advice. Emerging Adulthood, 2(4), 257–269. https://doi.org/10.1177/2167696814551785

Crosnoe, R., & Johnson, M. K. (2011). Research on Adolescence in the Twenty-First Century. Annual Review of Sociology, 37(1, 439–60. doi:10.1146/annurev-soc-081309-150008

De la Fuente, R., Parra, Á., Sánchez-Queija, I., & Lizaso, I. (2019). Flourishing During Emerging Adulthood from a Gender Perspective. Journal of Happiness Studies.doi:10.1007/s10902-019-00204-9

Erikson, E. H. (1980). Identity and the life cycle. New York, NY: Norton.

Harris, K. M., Gordon-Larsen, P., Chantala, K., & Udry, J. R. (2006). Longitudinal trends in race/ethnic disparities in leading health indicators from adolescence to young adulthood. Archives of pediatrics & adolescent medicine, 160(1), 74–81. https://doi.org/10.1001/archpedi.160.1.74

Lenroot, R. K., & Giedd, J. N. (2006). Brain development in children and adolescents: Insights from anatomical magnetic resonance imaging. Neuroscience & Biobehavioral Reviews, 30(6), 718–729.doi:10.1016/j.neubiorev.2006.06.001

Lewis, R., 2021. Understanding the Stages of Child Development. Healthline. https://www.healthline.com/health/childrens-health/stages-of-child-development#developmental-screening diakses pada 2 Maret 2021.

This entry was posted in Perempuan on by .

About K. Lintang Mahadewa

Saat ini, Lintang Mahadewa adalah mahasiswa psikologi di UGM. Karena merasa bosan dan ingin mencari pengalaman, Lintang saat ini menjadi content writer dan ghostwriter dengan jumlah artikel 50+. Lintang mengetik dengan sudut pandang ketiga, karena membuatnya merasa lebih nyaman dan tidak cringe. Namun, akan ada saat dimana Lintang “merasa humoris” dan melontarkan lelucon ala bapak-bapak.

11 thoughts on “Perkembangan Psikologis Wanita Usia 20-an Tahun

  1. Itsmeatik

    Relate banget nih di bagian “perubahan emosial dan kognitif” . Ada yang bilang juga kalau
    lingkungan tidak mempengaruhi perkembangann pengetahuan seseorang. Lalu menurut kakak bagaimana? APakah benar pernyataan ini?

    Reply
    1. Mala

      Setuju banget sama artikel ini,lingkungan emang berpengaruh banget untuk kehidupan seseorang apalagi di umur 20 an dimana umur itu adalah proses pendewasaan

      Reply
  2. Elita

    Pantes saja ya anak broken home kebanyakan mempunyai sikap pemberontak saat usia remaja menginjak dewasa, krn mereka mencari jati diri nya. Tp knp ada jg anak diusia 20an yg kepribadian nya baik sedangkan dia anak broken home dan mempunyai lingkungan sekitar yg tdk mendukung?? Apakah dia pintar mengatur emosi?? Atau bagaimana??

    Reply
  3. Ayu hanifah

    Sebagai perempuan berusia 20 awal, penjelasan artikel ini sesuai dengan yang saya alami. Menghadapi masa pandemi menambah kerentanan gagalnya membentuk dan melewati usia ini karena kemungkinan kesepian dan kebosanan yang tinggi juga penurunan aktivitas akibat distraksi dan sulitnya menjaga konsistensi. Hal yang membuat saya penasaran adalah bagaimana cara agar perubahan otak yang terjadi dapat berkembang kearah yang lebih baik. Bagaimana membentuk synapse dalam otak emerging adulthood?

    Reply
  4. Elvira

    Sangat relate dengan saya setelah memasuki usia 20 tahun, semua hal yang disebutkan di atas benar terjadi. Bagaimana ketika mereka mengambil keputusan, bagaimana seorang remaja mulai berfikir mengenai pendewasaan diri dan kemandirian, serta bagaimana seorang wanita yang bisa berubah menjadi alpha girl di usia ini. Semua ini benar saya alami, namun saya baru tahu jika lingkungan merupakan salah satu pengaruh besar dalam perkembangan usia ini. Terima kasih informasinya, sangat membantu dan menambah informasi bagi saya.

    Reply
  5. Diniglib

    Bener banget ga bisa dipungkiri kalau lingkungan itu berpengaruh bgt. Makanya makin dewasa kita akan lebih punya kesadaran buat milah milah lingkungan

    Reply
  6. Siti Munawaroh

    Dan benar lah, bahwa lingkungan di sekitar kita memang sangat berpengaruh terhadap kehidupan seorang perempuan yang beranjak umur 20 an. Terlebih lagi di usia 20an merupakan proses pendewasaan.

    Reply

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *