Image default

Orang Gila, Apakah Bisa Sembuh?

Sebagai anak kecil, saya sering melihat “orang gila” saat berangkat dan pulang sekolah. Semua orang tampak menghindarinya dan kadang mereka dipasung (diikat secara paksa) karena tidak ada yang tahu cara menanganinya. Mungkin, karena masyarakat memang tidak tahu apakah orang gila bisa sembuh atau tidak.

Sebanyak 0-58% penderita gangguan mental sembuh (Slade & Longden, 2015). Namun, jumlah orang yang sembuh juga tergantung dengan gangguan yang mereka miliki. Sebagai contoh, hanya 1 dari 7 penderita Skizofrenia mencapai kriteria sembuh. (Moher et al., 2009 p.1296). Secara keseluruhan, orang gila (ODGJ) bisa sembuh.

Kita mulai dari definisi sembuh berdasarkan kriteria psikologi, lalu baru bahas tentang “orang gila” ya.

Table of Contents

“Sembuh” dalam Psikologi

Sebelum memulai bagian ini, aku pikir kalau kita perlu mendefinisikan kata “sembuh” dalam konteks psikologi. Berbeda dengan gangguan fisik, tidak semua gangguan mental akan hilang begitu saja. Karena sifat gangguan mental yang dialami setiap individu itu unik, terkadang gangguan mereka bisa sembuh atau dikurangi.

Orang-orang sering menambahkan kata “living with” untuk menekankan bahwa mereka berjuang dan bertahan untuk co-exist dengan gangguan mereka yang tidak bisa hilang.

Jadi mereka itu seperti menekan gangguan mental yang dimiliki. Kelompok yang mampu hidup bersama gangguan mental mereka juga bisa dikatakan sebagai sehat mental kok.

Siapa itu Orang Gila?

Permasalahan pertama dimulai dari sini. Kata “orang gila” itu sendiri sudah salah karena memiliki banyak sekali arti. Namun, masyarakat secara garis besar melihat “orang gila” sebagai seseorang yang memiliki gangguan jiwa. Dugaan ini memang benar, tetapi masih salah. Melihat banyaknya jenis gangguan jiwa yang ada, sepertinya tidak adil kalau semua penderitanya disebut sebagai orang gila.

Gangguan jiwa/mental illness adalah kondisi kesehatan yang melibatkan perubahan pada emosi, pikiran, perilaku, atau gabungan dari ketiganya (Parekh, 2009). Sama seperti sakit biasa, gangguan mental bisa disembuhkan juga kok. Bahkan ada banyak individu dengan gangguan mental yang bisa menjalani hidup sehari-hari mereka.

Gangguan jiwa itu merupakan hal yang umum, tetapi kurang banyak datanya (khususnya di Indonesia). Catatan Riset Kesehatan Dasar dari Kementrian Kesehatan Republik Indonesia (2018) menemukan kalau:

  • Jumlah penduduk diatas 15 tahun yang memiliki gangguan emosional sebanyak 9.8% di tahun 2018.
  • Jumlah penduduk yang menderita depresi sebesar 6.1% di tahun 2018.
  • Jumlah penduduk yang menderita gangguan jiwa berat (seperti Skizofrenia) meningkat menjadi 7% di tahun 2018.
  • Berdasarkan pemantauan melalui aplikasi “Keluarga Sehat” pada tahun 2015, sebanyak 15.8 keluarga mempunyai anggota yang menderita gangguan jiwa berat (Juniman, 2018). Sayangnya, pemantauan ini belum memperhitungkan semua penduduk Indonesia karena baru mencatat 13 juta keluarga.

Kamu juga harus tau kalau gangguan jiwa itu ada bermacam-macam. Berdasarkan PPDGJ 3, terdapat dua kategori gangguan jiwa yaitu ringan dan berat (Suryani, 2013).

  • Gangguan jiwa ringan antara lain: cemas, depresi, psikosomatis dan kekerasan
  • Gangguan jiwa berat antara lain: skizofrenia, manik depresif dan psikotik lainnya.

Kalau kamu ingin membaca dan mengetahui berbagai gangguan jiwa secara lebih lengkap, kamu bisa membeli atau mengunduh PPDGJ 3 atau DSM-V. Kedua buku ini dipakai oleh komunitas Psikolog Indonesia (Buku PPDGJ) dan Psikolog seluruh dunia (Buku DSM) dan dikombinasikan dengan tes kesehatan mental

Secara umum, “orang gila” yang kerap kali kita lihat memiliki ciri-ciri seperti berikut:

  • Seperti melihat atau mendengarkan sesuatu yang tidak ada
  • Terlihat seperti berbicara dengan dirinya sendiri
  • Ataupun berperilaku yang tidak sesuai dengan kondisi dan lingkungan

Berdasarkan yang aku baca di DSM-V, ciri-ciri “orang gila” yang sering kita lihat ini sesuai dengan gangguan jiwa Waham dan Skizofrenia. Aku bahas Skizo secara lebih mendalam ya, karena sekalian membahas waham/delusi.

Gangguan Jiwa: Skizofrenia

Deskripsi diatas cocok dengan diagnosa gangguan mental Schizophrenia, singkatnya Skizo. Skizo adalah salah satu jenis gangguan psikologis kronis yang rumit.  Beberapa gejala yang menjadi ciri khas Skizo adalah delusi, halusinasi, pola perilaku/bicara yang tidak teratur, dan kemampuan kognitif yang terganggu (Patel dkk., 2014). Seseorang yang menderita Skizo umumnya melewati 3 fase secara berurutan, yaitu Prodromal, Active, dan Residual.

DSM-5 menyatakan bahwa kriteria diagnostik untuk Schizophrenia meliputi dua atau lebih gejala active-phase yang persisten dan signifikan selama periode satu bulan. Gejala Active-phase yang dimaksud meliputi:

  • Delusi: Kepercayaan kokoh terhadap suatu hal/teori yang tidak mungkin (Aquino, 2009). Individu akan tetap percaya, meskipun sudah dibuktikan salah (Grohol, 2017).
  • Halusinasi: Persepsi sensori/sensasi yang dirasakan, yang tidak berdasarkan realita (Aquino, 2009). Contoh halusinasi paling umum adalah individu yang mendengar suara-suara di kepalanya, melihat hal yang sebenarnya tidak ada, dll (Grohol, 2017).
  • Gejala negatif
    • Hilang/berkurangnya fungsi tertentu, seperti kemampuan kognitif, emosional, socio-occupational. DSM-5 juga menambahkan affective flattening, alogia (minim berbicara), dan avolition (tidak mampu memulai dan mempertahankan kegiatan yang memiliki tujuan).
  • Pola bicara yang tidak teratur
  • Perilaku yang berantakan atau perilaku katatonik

Apabila individu mengalami delusinasi yang aneh maupun halusinasi yang berisi satu suara yang mengomentari perilaku/pemikiran seseorang, atau dua dan lebih suara berbicara satu sama lain. Hanya satu gejala karakteristik A yang diperlukan untuk mendiagnosa (DSM-5, 2013).

Nah, yang diatas itu, cara untuk mengobservasi seseorang yang mungkin menderita Skizo. Kalau kamu ada teman dekat yang sesuai

Tapi jangan lupa kalau, tidak semua “orang gila” yang kita lihat menderita Skizo. Jangan langsung melabeli semua “orang gila” sebagai penderita Skizo ya. Kenapa? Karena salah dan mendorong stigma yang buruk.  

Bagaimana Cara Menyembuhkan Gangguan Mental?

Prosesnya tidak semudah memberikan obat flu ke orang yang pilek, tetapi gangguan mental bisa disembuhkan. Gangguan mental itu hal yang serius dan juga rumit. Karena itu, dibutuhkan kerjasama dari individu, lingkungan disekitar individu (terutama keluarga), tenaga psikolog, dan tenaga psikiater. Ini penjelasannya:

1. Penggunaan Obat

Salah satu obat antipsikotik yang seringkali digunakan untuk menangani Schizophrenia adalah Clozapine. Obat ini bekerja dengan cara memblokir reseptor dopamin orang yang mengkonsumsinya. Meskipun obat ini sangat penting dalam mengurangi gejala yang dialami, kemanjuran dari obat ini tidak berlaku untuk semua orang. Setiap orang berkemungkinan untuk memiliki hasil yang berbeda-beda.

Namun, perlu diingat bahwa obat antipsikotik saja tidak cukup. Harganya cenderung mahal dan memiliki efek samping. Para individu yang membutuhkan bantuan perlu didukung oleh lingkungan sekitarnya(khususnya keluarga), psikolog, dan psikiater (khususnya di bidang psikofarmakologi).

2. Peran Lingkungan

Kita perlu mengakui bahwa sebuah lingkungan yang suportif sangat membantu kehidupan sehari-hari kita. Hal yang sama juga berlaku kepada para individu yang menderita Schizophrenia. Keluarga yang memahami gejala-gejala yang dialami individu tersebut akan mampu memahami tindakannya dengan lebih baik.

Para individu juga memiliki pilihan untuk mengikuti group therapy bersama seorang konselor/terapis untuk membantu mengembangkan kemampuan dalam memahami diri, dan belajar lebih banyak mengenai hal-hal yang bisa dilakukan untuk hidup bersama skizofrenia.

3. Tenaga Psikolog dan Psikiater

Individu yang mengalami Schizophrenia juga perlu bekerjasama dengan psikolog atau psikiater yang ahli. Sangat disarankan untuk mencari terapis yang memahami perasaan dia, membuat dia merasa tenang/nyaman, dan pastinya profesional.

Individu juga perlu bekerja sama dengan psikiater untuk membicarakan berbagai pilihan antipsikotik yang dianjurkan atau tidak dianjurkan untuk diambil. Kebanyakan antipsikotik/obat untuk gangguan jiwa bisa mengurangi gejala individu dengan signifikan, tetapi ada beberapa efek samping kecil yang perlu diperhitungkan.

Kesimpulan

Secara psikologis, “orang gila” masih bisa disembuhkan. Proses penyembuhan mereka bisa dimulai dengan memberikan mereka akses kepada obat-obatan yang sesuai, menciptakan lingkungan yang suportif, dan kerjasama antara psikolog dan psikiater yang ahli. Apabila para penderita gangguan jiwa mampu hidup dengan kondisi yang sesuai dan bisa berfungsi secara optimal, bisa dikatakan kalau dia sudah “sembuh”.

Daftar Pustaka:

American Psychiatric Association . Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders. 5th ed. Washington, DC: American Psychiatric Association; 2013. Schizophrenia and other psychotic disorders; pp. 89–122.

Aquino, Patrick. “Diagnosing and Treating Schizophrenia.” AMA Journal of Ethics, vol. 11, no. 1, 1 Jan. 2009, pp. 43–48, journalofethics.ama-assn.org/article/diagnosing-and-treating-schizophrenia/2009-01, 10.1001/virtualmentor.2009.11.1.cprl1-0901.. Accessed 9 Apr. 2021.

Grohol, John. “Schizophrenia Basics: Delusions, Hallucinations & Onset.” Psych Central, 17 May 2017, psychcentral.com/lib/schizophrenia-basics-delusions-hallucinations-onset#The-Differences-Between-a-Delusion-a-Hallucination. Accessed 9 Apr. 2021.

Juniman, Puput Tripeni. “15,8 Persen Keluarga Hidup Dengan Penderita Gangguan Mental.” CNN Indonesia, CNN, 10 Sept. 2018, cnnindonesia.com/gaya-hidup/20180830182931-255-326289/158-persen-keluarga-hidup-dengan-penderita-gangguan-mental. Accessed 16 Apr. 2021.

Moher, D., et al. “Preferred Reporting Items for Systematic Reviews and Meta-Analyses: The PRISMA Statement.” TheBMJ, vol. 339, no. jul21 1, 21 July 2009, pp. b2535–b2535, www.bmj.com/content/339/bmj.b2535, 10.1136/bmj.b2535. Accessed 16 Apr. 2021.

Patel, K. R., Cherian, J., Gohil, K., & Atkinson, D. (2014). Schizophrenia: overview and treatment options. P & T : a peer-reviewed journal for formulary management, 39(9), 638–645.

Parekh, Ranna. “What Is Mental Illness?” Psychiatry.org, American Psychiatric Association, 2009, www.psychiatry.org/patients-families/what-is-mental-illness. Accessed 13 Apr. 2021.

Slade, M., & Longden, E. (2015). Empirical evidence about recovery and mental health. BMC psychiatry, 15, 285. https://doi.org/10.1186/s12888-015-0678-4

Suryani, Suryani. (2013). Mengenal gejala dan penyebab gangguan jiwa.

Artikel Terkait

Leave a Comment