Menjalani kehidupan sehari-hari membuat kita mau tidak mau berhadapan dengan berbagai kondisi yang diharapkan maupun tidak. Hal ini tidak menutup kemungkinan untuk kita sebagai individu mengalami kejadian tidak menyenangkan atau bahkan traumatis. Kejadian-kejadian ini terkadang memberikan efek tersendiri bagi individu, dari tidak ada berdampak hingga mengganggu kehidupan sehari-hari.
Pada individu atau kelompok tertentu yang memiliki support system dan coping strategies yang tepat, kejadian tidak menyenangkan ataupun traumatis bisa saja tidak menimbulkan dampak berarti. Namun demikian, pada kelompok lain yang tidak terlalu beruntung, kondisi maupun stimulus yang dianggap wajar dapat menimbulkan dampak negatif dan menimbulkan gangguan pada individu tersebut.
Sebagai contoh, sebuah penelitian yang dilakukan oleh Tajalli, Sobhi dan Ganbaripanah (2010) menunjukkan bahwa tingginya tingkat masalah sehari-hari atau daily hassle mempengaruhi rendahnya tingkat sehat mental pada individu yang bersangkutan.
Data Lapangan
Berdasarkan data yang dipublikasikan oleh World Health Organization atau WHO (t.t.) diketahui bahwa hingga tahun 2017, setidaknya terdapat 20% anak dan remaja yang memiliki gangguan kesehatan mental. Data dari WHO (t.t.) juga menunjukkan bahwa dari sekian banyak gangguan mental, terdapat setidaknya dua gangguan yang paling sering ditemui yakni kecemasan dan depresi.
Meskipun demikian, kondisi gangguan mental ini masih belum banyak mendapatkan perhatian oleh masyarakat baik di Indonesia maupun di belahan dunia yang lain. Misalnya saja di Amerika Serikat yang mana merupakan negara adidaya, persentase masyarakatnya untuk mencari bantuan atas gangguan mental yang dialami masih terbilang rendah.
Tidak hanya itu, Carol Alter (dalam Leonhardt, 2021) menjelaskan bahwa gangguan mental di Amerika Serikat masih under-diagnosed (kurang terdiagnosa), undertreatment (kurang perawatan) atau bahkan tidak mendapat perawatan sama sekali.
Faktor Tidak Mencari Bantuan Psikologis
Rendahnya persentase individu yang mencari bantuan dan mendapatkan perawatan untuk gangguan mental yang dialami dapat dikarenakan beberapa hal. Hasil beberapa penelitian menunjukkan bahwa aspek individual, stigma, agama dan spiritualitas, ekonomi, sistem sekolah, ketersediaan dan aksesibilitas layanan hingga faktor budaya seperti tradisi, norma dan nilai (Maneze dkk., 2015; Planey dkk., 2019).
Faktor lain yang tidak kalah besar dalam mempengaruhi individu untuk mencari bantuan perawatan gangguan mental adalah rendahnya pengetahuan dan literasi akan gangguan mental itu sendiri (Maneze dkk., 2015). Padahal, terapi psikologi efektif dalam perawatan gangguan mental.
Berkaitan dengan hal tersebut, artikel ini disusun bertujuan untuk membantu meningkatkan perilaku mencari bantuan dan konsultasi psikologi dengan meningkatkan pengetahuan akan tanda-tanda umumnya.
Tanda Kamu Butuh Konsultasi Psikologi
Berdasarkan berbagai sumber, terdapat setidaknya tujuh tanda yang biasanya ditemui pada kondisi gangguan mental di berbagai penjuru dunia. Ketujuh tanda tersebut perlu mendapatkan perhatian lebih karena dapat menjadi suatu alarm bahwa Anda memerlukan bantuan dari tenaga kesehatan mental profesional baik psikolog maupun psikiater. Berikut merupakan tujuh tanda-tanda tersebut.
1. Merasa bukan menjadi diri sendiri
Perasaan ini dapat muncul karena perubahan emosi yang signifikan, seperti tidak bisa atau kesulitan melakukan hal yang biasanya dilakukan, merasa marah berkepanjangan dan tidak dapat dikontrol.
Selain itu, bentuk lain dari merasa bukan menjadi diri sendiri dapat terlihat dari perilaku mulai seperti nafsu makan, pola tidur dan lain sebagainya yang berbanding terbalik dengan kondisi biasanya (Sack, 2013). Misalnya kehilangan nafsu makan, biasanya tidur tepat waktu menjadi kesulitan tidur atau sering terbangun dan sebagainya.
2. Perubahan suasana hati
Suasana hati atau mood yang berubah merupakan hal yang wajar terjadi pada setiap individu. Namun tidak dengan perubahan suasana hati terjadi secara ekstrem dan signifikan.
Perubahan ekstrem yang terjadi pada suasana hati seseorang dapat menjadi tanda dari gangguan mental tertentu yang perlu untuk digali lebih dalam oleh ahli kesehatan mental (Early signs and intervention with mental illness, t.t.; Schimelpfening, 2020).
3. Muncul perilaku berisiko sebagai bentuk coping
Perilaku berisiko dapat muncul pada individu dengan beragam bentuk, seperti penyalahgunaan narkotika, mengkonsumsi minuman beralkohol secara berlebihan, makan tidak terkontrol dan lain sebagainya.
Individu dengan kondisi gangguan mental tertentu memiliki kecenderungan untuk mengembangkan perilaku tersebut maupun perilaku berbahaya lainnya meskipun tahu dampak buruk yang akan dialami (Sack, 2013).
Misalnya saja, terdapat beberapa kasus yang mana individu memakan makanan dengan jumlah yang banyak dan tidak terkontrol dengan harapan mampu mengurangi stres yang dialami atau setidaknya mengalihkan perhatiannya dari pemicu stres.
4. Kurang produktif dalam kehidupan sehari-hari
Merasa kurang produktif mungkin sering dialami terutama dalam kondisi-kondisi tertentu, tetapi ketika produktivitas dalam aktivitas sehari-hari menurun dikarenakan kegelisahan hingga muncul perilaku yang tidak terorganisir dapat menjadi tanda tersendiri bagi munculnya gangguan mental tertentu (Early signs and intervention with mental illness, t.t.).
Yang dimaksud dengan kurang produktif di sini misalnya saja seperti selama beberapa minggu terakhir seseorang tidak mampu melakukan kegiatan biasanya (mengerjakan tugas kuliah, tugas kantor dan sebagainya) karena terus diliputi rasa gelisah atau bahkan tanpa alasan yang jelas.
5. Muncul gangguan dalam rawat diri
Sebagai seorang individu sudah selayaknya kita menjaga kebersihan diri dan juga lingkungan agar terhindar dari bakteri maupun virus yang dapat membahayakan diri. Namun demikian, pada individu yang mengalami gangguan mental pada tingkatan tertentu kemampuan untuk merawat diri mereka terganggu secara signifikan (Early signs and intervention with mental illness, t.t.).
Ketika individu mengalami gangguan mental yang berat, ketidakmampuan merawat diri dapat berbentuk tidak mampu mandi, berganti pakaian, makan dan buang air besar maupun kecil sendiri (Yusuf dkk., 2017).
6.Muncul waham dan halusinasi
Waham merupakan kondisi di mana individu memiliki keyakinan yang salah, yang mana ia meyakini bahwa sesuatu benar padahal sejatinya tidak (Early signs and intervention with mental illness, t.t.). Sebagai contoh, seseorang dengan merasa bahwa ia adalah orang yang memiliki kekuatan luar biasa yang dapat menimbulkan gempa besar dan tsunami.
Sedangkan halusinasi didefinisikan sebagai sebuah persepsi sensori yang salah tetapi terasa nyata dan dapat dipercaya meskipun tidak ada stimulus eksternal (Hallucination, t.t.). Seperti penjelasannya halusinasi dapat terjadi pada berbagai indra, misalnya saja indra penciuman yang aman individu merasa mencium sesuatu yang tidak sesuai atau bahkan tidak ada stimulus eksternalnya.
7. Munculnya perasaan, ide atau upaya melukai diri maupun bunuh diri
Poin ketujuh ini merupakan salah satu hal yang penting dan perlu mendapatkan perhatian ekstra. Pemikiran-pemikiran maupun upaya untuk melukai diri atau self-harm baik bertujuan untuk bunuh diri maupun tidak yang dilakukan individu itu perlu untuk diperhatikan dan memerlukan bantuan profesional segera (Early signs and intervention with mental illness, t.t.).
Jika Anda menemukan satu atau kombinasi dari beberapa tanda yang mengganggu aktivitas Anda, maka jangan ragu untuk mencari bantuan profesional baik psikolog maupun psikiater. Hal ini dikarenakan semakin cepat kita mendapatkan diagnosa maka semakin cepat kita mendapatkan perawatan yang sesuai dengan kondisi yang ada.
Perlu diperhatikan kembali, bahwa tujuh tanda tersebut diberikan bukan untuk melakukan self-diagnose, melainkan membantu individu untuk mengenali tanda-tanda dasar dari gangguan mental yang perlu dikonsultasikan lebih lanjut dengan psikolog maupun psikiater.
Referensi
- Early signs and intervention with mental illness. (t.t.). Better Health Channel. Diambil 10 Juli 2021, dari https://www.betterhealth.vic.gov.au/health/ServicesAndSupport/early-signs-and-intervention-with-mental-illness
- Hallucination. (t.t.). APA Dictionary of Psychology. Diambil 10 Juli 2021, dari https://dictionary.apa.org/hallucination
- Leonhardt, M. (2021, Mei 10). What you need to know about the cost and accessibility of mental health care in America. CNBC. https://www.cnbc.com/2021/05/10/cost-and-accessibility-of-mental-health-care-in-america.html
- Maneze, D., DiGiacomo, M., Salamonson, Y., Descallar, J., & Davidson, P. M. (2015). Facilitators and Barriers to Health-Seeking Behaviours among Filipino Migrants: Inductive Analysis to Inform Health Promotion. BioMed Research International, 2015, 506269. https://doi.org/10.1155/2015/506269
- Mental health. (t.t.). World Health Organization. Diambil 10 Juli 2021, dari https://www.who.int/westernpacific/health-topics/mental-health
- Planey, A. M., Smith, S. M., Moore, S., & Walker, T. D. (2019). Barriers and facilitators to mental health help-seeking among African American youth and their families: A systematic review study. Children and Youth Services Review, 101, 190–200. https://doi.org/10.1016/j.childyouth.2019.04.001
- Sack, D. (2013, Maret 18). 5 Signs It’s Time to Seek Therapy | Psychology Today. Psychology Today. https://www.psychologytoday.com/us/blog/where-science-meets-the-steps/201303/5-signs-its-time-seek-therapy
- Schimelpfening, N. (2020, November 25). What Might Be Causing Your Mood Swings. Verywell Mind. https://www.verywellmind.com/what-are-mood-swings-1067178
- Tajalli, P., Sobhi, A., & Ganbaripanah, A. (2010). The relationship between daily hassles and social support on mental health of university students. Procedia Social and Behavioral Sciences, 5, 99–103. https://doi.org/doi:10.1016/j.sbspro.2010.07.058
- Yusuf, A., Nihayati, H. E., & Kurniawan, K. E. (2017). MODELING PARTICIPANT TOWARD SELF-CARE DEFICIT ON SCHIZOPHRENIC CLIENTS. Jurnal Ners, 12(1), 41. https://doi.org/10.20473/jn.v12i1.3754