Kita pasti familiar atau setidaknya pernah merasakan kesepian. Sebagai makhluk sosial, kita dituntut untuk bisa berhubungan dengan manusia lain sebagai cara kita memenuhi kehidupan. Terkadang kita suka salah asumsi bahwa merasa kesepian disebut sebagai orang yang tidak mandiri atau independen. Padahal memang sudah jadi kebutuhan primer manusia untuk memiliki hubungan sosial. Tidak masalah kalau kamu merasa kesepian karena kita semua pasti pernah merasakan hal tersebut.
Dalam pengertian, kesepian bisa disebut sebagai sebuah pengalaman yang menyedihkan ketika kita mempersepsikan hubungan sosial kita kurang baik secara kuantitas atau kualitas dari yang kita inginkan, jatuhnya sih lebih ke tidak sampai ke ekspektasi kita ketika melakukan hubungan sosial. Kalau masalah merasa kesepian, itu semua sangat bergantung pada cara kita memandang rasa kesepian, hal tersebut dapat dikatakan subjektif dikarenakan hubungan sosial yang kita inginkan bisa saja berbeda-beda. Para psikolog menyatakan bahwa kesepian merupakan sifat yang stabil dan mempunyai ‘standar minimum’ merasa kesepian. Saat mulai beranjak dewasa ke masa tua biasanya sudah memiliki set point tersebut.
Awal Mula Teori Kesepian Psikologi
Kesepian memang sudah ada dalam kehidupan manusia, namun jika dipelajari secara psikologis kita hanya memiliki sejarah yang sedikit dalam mengungkap rasa kesepian. Dalam teori yang diciptakan oleh seorang psikiatris bernama John Bowlby, teori keterikatan atau attachment theory menegaskan pada pentingnya ikatan emosional yang kuat antara bayi dan pengasuhnya. Hal tersebutlah yang menjadi pelopor teori sementara dari kesepian.
Jika dilihat dari perspektif tersebut maka kita memiliki analogi berdasarkan salah satu dari empat macam teori keterikatan yaitu insecure/avoidant attachment. Sedikit penjelasan, insecure attachment adalah salah satu dari empat macam teori keterikatan yaitu ketika orangtua sebagai pengasuh anak mengasuh anaknya dengan cara insensitif dan mudah menolak ajakan dari anaknya seperti mengabaikan, mencemooh, atau merasa kesal dengan sang anak. Ketika anak dengan insecure attachment bertindak, dan tiba-tiba dirinya dijauhi atau ditolak oleh teman seumurannya. Penolakan atau penjauhan tersebut tentunya menyebabkan kemampuan sosial terhalangi karena meningkatnya rasa tidak percaya dengan orang sehingga menyebabkan kesepian yang berlanjut.
Pendekatan secara Emosi
Karena hal tersebut, maka Teori keterikatan dijadikan sebagai fondasi awal dari perkembangan teori psikologi kesepian yang dikembangkan oleh sosiologis yang bernama Robert S. Weiss. Weiss menyatakan bahwa adanya enam kebutuhan sosial yang perlu dipenuhi, jika tidak terpenuhi maka hal tersebut akan memberikan kontribusi terhadap rasa kesepian kita. Kebutuhan sosial tersebut anatara lain adalah keterikatan, integrasi sosial, pengasuhan, merasa diandalkan dalam sebuah pertemanan, reassurance of worth, dan mempunyai pedoman ketika mengalami masa sulit.
Pertemanan dapat menghindari rasa kesepian namun tidak dapat menggantikan hubungan yang intim terhadap pasangan kita dalam mencegah rasa kesepian. Makanya wajar aja sih kalau misal kamu punya teman di tongkrongan tapi dia ngerasa galau waktu pacarnya ngilang, karena emang teman dan pacar mempunyai tingkatan hubungan yang berbeda. Artinya, secara perbedaan tingkatan hubungan, keintiman atau keakraban dari hubungan menjadi pengaruh penting. Weiss (1973) Menyatakan bahwa intimate loneliness mengacu pada perasaan hampa karena ketidakhadiran orang yang penting contohnya adalah pasangan kita yang biasanya kita andalkan sebagai emotional support kita saat sedang mengalami krisis, saling memberikan bantuan, dan saling menghargai orang lain.
Pendekatan secara Perilaku
Sekarang kalau dilihat melalui pendekatan secara perilaku, perasaan kesepian selalu digambarkan melalui sifat kepribadian yang biasanya berhubungan atau berkontribusi dalam merugikan hubungan antara manusia dengan manusia lain. Contoh sederhananya adalah kesepian pasti selalu dikorelasikan dengan kecemasan sosial, rasa malu, rasa tidak percaya dan lain-lain. Pada dasarnya orang yang kesepian mempunyai kesulitan dalam menjalin dan menjaga hubungan. Apalagi sering menceritakan pengalamannya terhadap teman seumuran sehingga tidak jarang mempunyai hubungan yang kurang akrab dengan teman walaupun teman dekat sekalipun.
Pendekatan secara Kognitif
Dalam pendekatan secara kognitif, rasa kesepian dikarakterisasikan melalui beberapa perbedaan yang ada melalui persepsi dan atribusi yang ada. Individu yang kesepian cenderung untuk mempunyai pandangan hidup secara pesimistik. Cenderung untuk menyalahkan diri sendiri karena tidak dapat meraih rasa puas dalam hubungan sosial. Dalam arti lain, pendekatan secara kognitif berhubungan dengan keterikatan dan perspektif perilaku melalui pembahasan sebelumnya dan rasa kesepian merupakan self fulfilling prophecy atau deskripsi gampangnya “menebak apa yang akan terjadi melalui skenario yang kamu bayangkan” (Hawkley, 2018).
Contoh kecil self fulfilling prophecy adalah kamu berasumsi bahwa temanmu tidak suka dengan kamu lalu kamu mencoba menjahili temanmu sehingga temanmu merasa kesal dan tidak suka dengan tindakanmu. Tentu saja asumsi pertamamu salah, tetapi karena kamu menjahili temanmu maka kamu secara tidak langsung membenarkan asumsimu sehingga asumsimu menjadi relevan dan berusaha untuk menjauhi diri. Padahal bisa saja hal tersebut merupakan salah paham saja.
Konklusi
Well, yang namanya kesepian tidak dapat ditarik mudah dengan standar yang sama karena setiap orang memiliki pandangan subjektif tentang rasa kesepian. Karena kesepian adalah hal yang wajar dialami oleh semua manusia terutama ketika beranjak dewasa dimana semua orang mulai berfokus pada tujuan masing-masing sehingga kita jarang sekali untuk mendapatkan hubungan yang akrab terhadap teman atau keluarga kita.
Kesepian bisa menjadi hal yang wajar dialami dan akan terlewati, namun bisa jadi akan terjadi secara terus-menerus. Pada kasus tertentu, rasa kesepian dapat menjadi masalah karena adanya kemungkinan ekspektasi sosial yang negatif karena self fulfilling prophecy tersebut selalu cocok dengan ekspektasi tersebut. Sehingga adanya kemungkinan orang tersebut untuk tidak segan untuk langsung memutus kontak orang atau langsung menimbulkan rasa ketidakpercayaan ketika terjadi kecocokan dari asumsi ekspektasi sosial negatif yang dia pikirkan.
Referensi:
Hawkley, L. (2018, December 6). Loneliness. Encyclopedia Britannica. https://www.britannica.com/science/loneliness
Cherry, K. (2019, July 17). How attachment theory works. Retrieved from https://www.verywellmind.com/what-is-attachment-theory-2795337#citation-9
Cacioppo, S., Grippo, A., London, S., Goossens, L., & Cacioppo, J. (2015). Loneliness: Clinical Import and Interventions. Perspectives on Psychological Science, 10(2), 238-249. Retrieved February 5, 2021, from http://www.jstor.org/stable/44290064